
Perang Dagang dengan AS, HKMU Bidik Kanada Ekspor Alumuniun
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
09 October 2018 14:19

Jakarta, CNBC Indonesia - PT HK Metals Utama Tbk (HKMU) bidik satu negara lagi sebagai tujuan ekspor baru pada 2019 yakni Kanada. Saat ini, perseroan telah melakukan penjualan ekspor ke negara Belanda dan juga Amerika Serikat (AS)
Direktur Keuangan HKMU Pratama Girindra mangatakan dengan menguatnya mata uang dolar AS saat ini, perusahaan menargetkan kontribusi penjualan ekspor mencapai 40% dari total penjualan perseroan dari saat ini sebesar 20%.
Sedangkan untuk ekspor yang sudah dilakukannya saat ini (Belanda dan AS) memiliki volume penjualan sebesar 120 ribu ton per bulan produk aluminium extrusion.
"Kanada sudah menunggu produk kami didistribusikan ke sana yakni aluminium extrusion. Karena kami lihat potensi penguatan dolar AS kedepan bisa berdampak positif bagi perusahaan," ungkapnya di Main Hall Bursa Efek Indonesia (BEI), Selasa (9/10/18).
Sedangkan seluruh dana dalam peningkatan nilai ekspor tersebut perseroan akan mengunakan anggaran yang berasal dari penawaran umum perdana sahamnya (initial public offeirng/IPO) yang dilakukan pada hari ini dengan target dana Rp 235 miliar.
Peningkatan produksi juga didorong dengan rencana perseroan untuk menambah 3-5 mesin pendukung untuk menambah kapasitas produksi di PT Handal Aluminium Sukses, anak usaha perseroan dari sebelumnya 500 ton menjadi 1.500 ton.
Sementara itu, hingga akhir tahun ini perseroan menargetkan nilai penjualan sebesar Rp 800 miliar. Nilai tersebut sudah tercermin dari penjualan hingga Maret tahun ini senilai Rp 400 miliar.
Paska pencatatan perdana sahamnya hari ini, Analis dari Trimegah Sekuritas Willinoy Sitorus memberikan rekomendasi beli (buy) pada saham perseroan dengan target price sebesar Rp 475 per saham.
Pada hari ini saja, saham HKMU terkena auto reject atas disebabkan meningkat 49,57% atau 114 poin ke level Rp 344 per saham dari harga penawaran senilai Rp 230/saham.
Willinoy menambahkan, setelah lebih dari dua dekade perdagangan aluminium perusahaan dilakukan, HKMU akhirnya masuk ke manufaktur aluminium extrusion pada 2017.
Pabrik aluminium extrusion tersebut diproyeksikan memberi nilai positif bagi fundamental perusahaan kedepannya.
"Kami melihat bisnis aluminium extrusion akan menjadi pengganti bahan kayu yang lebih mahal. Permintaan yang kuat dari segmen perumahan dan renovasi bangunan juga menjadi titik manis bagi perusahaan," ujarnya.
(hps/hps) Next Article Buntut PKPU, Operasional Anak Usaha HKMU Terganggu
Direktur Keuangan HKMU Pratama Girindra mangatakan dengan menguatnya mata uang dolar AS saat ini, perusahaan menargetkan kontribusi penjualan ekspor mencapai 40% dari total penjualan perseroan dari saat ini sebesar 20%.
Sedangkan untuk ekspor yang sudah dilakukannya saat ini (Belanda dan AS) memiliki volume penjualan sebesar 120 ribu ton per bulan produk aluminium extrusion.
Sedangkan seluruh dana dalam peningkatan nilai ekspor tersebut perseroan akan mengunakan anggaran yang berasal dari penawaran umum perdana sahamnya (initial public offeirng/IPO) yang dilakukan pada hari ini dengan target dana Rp 235 miliar.
Peningkatan produksi juga didorong dengan rencana perseroan untuk menambah 3-5 mesin pendukung untuk menambah kapasitas produksi di PT Handal Aluminium Sukses, anak usaha perseroan dari sebelumnya 500 ton menjadi 1.500 ton.
Sementara itu, hingga akhir tahun ini perseroan menargetkan nilai penjualan sebesar Rp 800 miliar. Nilai tersebut sudah tercermin dari penjualan hingga Maret tahun ini senilai Rp 400 miliar.
Paska pencatatan perdana sahamnya hari ini, Analis dari Trimegah Sekuritas Willinoy Sitorus memberikan rekomendasi beli (buy) pada saham perseroan dengan target price sebesar Rp 475 per saham.
Pada hari ini saja, saham HKMU terkena auto reject atas disebabkan meningkat 49,57% atau 114 poin ke level Rp 344 per saham dari harga penawaran senilai Rp 230/saham.
Willinoy menambahkan, setelah lebih dari dua dekade perdagangan aluminium perusahaan dilakukan, HKMU akhirnya masuk ke manufaktur aluminium extrusion pada 2017.
Pabrik aluminium extrusion tersebut diproyeksikan memberi nilai positif bagi fundamental perusahaan kedepannya.
"Kami melihat bisnis aluminium extrusion akan menjadi pengganti bahan kayu yang lebih mahal. Permintaan yang kuat dari segmen perumahan dan renovasi bangunan juga menjadi titik manis bagi perusahaan," ujarnya.
(hps/hps) Next Article Buntut PKPU, Operasional Anak Usaha HKMU Terganggu
Most Popular