UOB: Ekonomi Dunia Melemah, Tapi RI Masih Bisa Tumbuh Kuat

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
04 October 2018 08:14
Bank multinasional asal Singapura, United Overseas Bank (UOB), menilai perekonomian Indonesia masih tetap kuat di tengah gejolak perekonomian global.
Gedung Bank UOB (Foto: Muhammad Luthfi Rahman)
Jakarta, CNBC Indonesia - Bank multinasional asal Singapura, United Overseas Bank (UOB), menilai perekonomian Indonesia masih tetap kuat di tengah gejolak perekonomian global.

UOB memproyeksikan ekonomi Indonesia bakal tetap tumbuh positif pada tahun depan.



"Di tengah gejolak ekonomi global, daya tahan ekonomi Indonesia tetap kuat. Diproyeksikan PDB [produk domestik bruto] tumbuh 5,2%-5,4% di akhir 2019," kata Presiden Direktur UOB Kevin Lang, dalam acara Economy Outlook 2019 di Jakarta, Rabu (3/10/2018).
Pemerintah Indonesia sendiri menargetkan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% tahun depan.

Bahkan, Kevin menegaskan bahwa berbagai faktor penyebab kekacauan ekonomi global, mulai dari perang dagang antara Amerika Serikat (AS)-China, hingga pengaruh dariĀ krisis mata uang yang terjadi di Turki, Argentina, dan beberapa negara lainnya, tidak terlalu berdampak bagi pertumbuhan ekonomi Indonesia.

Ia juga mengatakan saat iniĀ Indonesia tidak mengalami krisis meski defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) melebar karena Indonesia bukanlah negara yang sangat bergantung pada ekspornya.

Diskusi Panel UOB Economy Outlook 2019Foto: Diskusi Panel UOB (CNBC Indonesia/Rehia Indrayanti Beru Sebayang)
Diskusi Panel UOB Economy Outlook 2019
"Krisis ekonomi Indonesia saat ini hanya ilusi... Secara komparatif dan struktural Indonesia masih punya CAD [yang baik] sehingga untuk Indonesia harusnya tidak terlalu berdampak. Hanya negara-negara yang berbasis ekspor yang seharusnya terkena," jelasnya.

Kevin juga berpendapat langkah pemerintah Indonesia dalam melakukan reformasi struktural akan memperkuat ekonomi Indonesia ke depan, terutama dalam jangka panjang.

Hal itu akan menjadikan Indonesia menjadi tujuan investasi yang menarik bagi para pemegang modal.



Namun, ia juga mengungkapkan pesimisme terkait pertumbuhan ekonomi global. Ia menyebut sejak 2012 pertumbuhan ekonomi global tidak pernah melewati angka 4%.

"Di awal tahun (prediksi) IMF masih sangat bullish, mungkin 3,8%. Kemungkinan minggu depan [Direktur Pelaksana IMF Christine] Lagarde akan mengatakan pertumbuhan hanya 3,7% atau 3,6%. Angka itu diluar dari komoditas karena trade war, trade volume turun, dan currency melemah," ujarnya.
(prm) Next Article UOB Ramal Ekonomi RI 2019 Bakal Tumbuh 5,2%-5,4%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular