China Batasi Impor, Boy Thohir: Tidak Berdampak ke Adaro

Anastasia Arvirianty, CNBC Indonesia
03 October 2018 18:40
Meski China batasi impor, Boy Thohir sebut tak berpengaruh besar ke bisnis Adaro
Foto: REUTERS/Beawiharta/File Photo
Jakarta, CNBC Indonesia- Meski pemerintah China memutuskan untuk melakukan pembatasan impor dalam memenuhi kebutuhan batu bara di negeri mereka, Presiden Direktur PT Adaro Energy (ADRO) Garibaldi Thohir mengaku hal tersebut tidak berdampak signifikan pada penjualan batu bara perusahaan.

Boy, sapaan akrab Garibaldi, menjelaskan perusahaan telah menerapkan sebaran pasar yang luas, sehingga membuat Adaro tidak terlalu bergantung pada kondisi sebuah negara. "Untuk Adaro, kami memang tidak terlalu berdampak karena kebetulan kami sudah dari jauh-jauh hari mendiversifikasikan pasar kami, penjualan kami ke Tiongkok kurang dari 10%, jadi tidak terlalu berdampak," ujar Boy kepada media ketika dijumpai di gedung Kementerian Keuangan, Jakarta, Rabu (3/10/2018).



Lebih lanjut, ia menjelaskan, pangsa pasar perusahaan saat ini masih didominasi oleh pasar domestik. Sedangkan untuk pasar ekspor, dibagi menjadi beberapa negara yang komposisinya hampir sama. Boy mengatakan, saat ini pasar ekspor perusahaan ada di 17 negara.

Boy mengatakan persoalan pasar juga erat kaitannya dengan harga. Meski saat ini harga batubara sedang turun, ia menilai fluktuasi harga bisa ditangani oleh strategi manajemen resiko perusahaan.

"Harga saya sudah bilang tidak bisa diprediksi, memang ada penurunan, tapi strategi kami tidak hanya tergantung pada pasar, jadi risikonya juga tersebar, sehingga kami bisa mengatur harga jual. Secara keseluruhan, ini masih sesuai dengan guidance kami," ujar Boy.

Adapun, perusahaan juga berencana untuk meningkatkan produksi tambang kastrel kedepan. Hal ini merupakan rencana jangka menengah yang akan dilakukan Adaro pascaselesainya proses peralihan manajemen dari Rio Tinto ke Adaro. 

Boy menuturkan, aksi perusahaan tersebut seiring dengan menariknya pasar cooking coal atau tambang metalurgi di pasar Internasional.

"Pasar cooking coal sendiri saat ini banyak peminat di negara yang memang menjadi produsen baja. Ada Jepang, China dan Korea Selatan. Saat ini demandnya sangat strong. Cooking coal merupakan komponen utama pembuatan baja," terang Boy.

Ia juga menuturkan, menariknya pasar cooking coal ini juga didukung dengan pemasok yang juga masih belum banyak. Sehingga, hal ini bisa menjadi peluang yang menjanjikan bagi perusahaan untuk bisa menjadi leader pasar.

"Ya kami melihat peluang ini, sehingga kami memang ada rencana untuk meningkatkan produksi, kenapa enggak," pungkas Boy.
(gus) Next Article Naik 4,3%, Produksi Batu Bara Adaro Capai 54 Juta Ton di 2018

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular