
Analisis Teknikal
Rupiah Melemah & Harga Minyak Naik, Ini Proyeksi Gerak IHSG
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
03 October 2018 08:06

Jakarta, CNBC Indonesia - Rupiah melemah hingga menembus level psikologis baru Rp 15.000/US$ hari Selasa (2/10/2018). Pelemahan rupiah ini terjadi akibat kuatnya dolar Amerika Serikat (AS) yang tergambar dari naiknya dollar index hingga 0,4% kemarin.
Perkasanya greenback terjadi akibat sentimen positif dari kenaikan suku bunga acuan bank sentral Federal Reserve/ The Fed sebesar 25 basis poin pekan lalu. Hal ini membuat berinvestasi di Negeri Paman Sam terlihat makin menarik.
Dolar AS juga menguat lantaran kegaduhan di Italia. Setelah menetapkan defisit anggaran tiga kali lipat di atas yang diperintahkan Uni Eropa (UE), seorang politisi dari partai koalisi penguasa Italia mengatakan sebagian besar masalah ekonomi negaranya akan terselesaikan bila kembali menggunakan mata uang lira.
Gonjang-ganjing di Eropa tersebut tentu akan membuat investor global berpikir dua kali untuk mempertahankan investasinya dalam mata uang euro, dan kemungkinan melirik mata uang kuat lainnya, apalagi the Fed terus menaikkan suku bunganya.
Dari harga minyak dunia, minyak mentah dengan jenis brent mencetak rekor tertingginya dalam empat tahun terakhir sejak November 2014. Pada Selasa (2/10/2018), brent diperdagangkan di level US$85,03/barel untuk kontrak pengiriman Desember 2018.
Brent merupakan minyak mentah yang digunakan pemerintah Indonesia dalam menghitung formula harga minyak. Brent juga menjadi acuan Eropa dalam menentukan harga minyaknya. Minyak mentah jenis light sweet yang digunakan AS, pada kontrak November 2018 juga meningkat ke US$75,55/barel.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri mengalami pelemahan hingga 1,16% ke 5.875 pada penutupan Selasa (2/10/2018). Nilai perdagangannya sebesar Rp 7,8 triliun dengan investor asing melepas portofolio sahamnya senilai Rp 90 miliar di pasar reguler.
Sektor yang mendorong IHSG ke jurang pelemahan adalah industri dasar yang melemah 2,98%, disusul keuangan 1,29%.
Kami memperkirakan hari ini IHSG akan bergerak variatif dengan kecenderungan melemah, dengan perkiraan rentang perdagangannya antara 5.900 hingga 5.815. Secara teknikal, kemungkinan tersebut dapat terjadi.
Dikarenakan pada penutupan kemarin, indeks mengalami pelemahan sehingga grafiknya membentuk pola senja yang muram (evening star), pola tersebut memberi tanda pelemahan cukup kuat pada perdagangan selanjutnya.
Indeks juga sedang dalam periode jangka pendek yang cenderung tertekan, indeks berada di bawah garis rata-rata harganya selama lima hari, seperti tercermin dari indikator teknikal rerata pergerakan (moving average/MA), dimana IHSG menembus grafik MA 5.
Adapun bursa AS ditutup bervariasi menyikapi kondisi yang terjadi di AS maupun global, antara lain: Indeks Dow Jones (+0,46%), S&P 500 (-0,04%) dan NASDAQ (-0,47%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Hampir Masuk Jurang, IHSG Mampu Menguat Tipis 0,07%
Perkasanya greenback terjadi akibat sentimen positif dari kenaikan suku bunga acuan bank sentral Federal Reserve/ The Fed sebesar 25 basis poin pekan lalu. Hal ini membuat berinvestasi di Negeri Paman Sam terlihat makin menarik.
Dolar AS juga menguat lantaran kegaduhan di Italia. Setelah menetapkan defisit anggaran tiga kali lipat di atas yang diperintahkan Uni Eropa (UE), seorang politisi dari partai koalisi penguasa Italia mengatakan sebagian besar masalah ekonomi negaranya akan terselesaikan bila kembali menggunakan mata uang lira.
Dari harga minyak dunia, minyak mentah dengan jenis brent mencetak rekor tertingginya dalam empat tahun terakhir sejak November 2014. Pada Selasa (2/10/2018), brent diperdagangkan di level US$85,03/barel untuk kontrak pengiriman Desember 2018.
Brent merupakan minyak mentah yang digunakan pemerintah Indonesia dalam menghitung formula harga minyak. Brent juga menjadi acuan Eropa dalam menentukan harga minyaknya. Minyak mentah jenis light sweet yang digunakan AS, pada kontrak November 2018 juga meningkat ke US$75,55/barel.
Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) sendiri mengalami pelemahan hingga 1,16% ke 5.875 pada penutupan Selasa (2/10/2018). Nilai perdagangannya sebesar Rp 7,8 triliun dengan investor asing melepas portofolio sahamnya senilai Rp 90 miliar di pasar reguler.
Sektor yang mendorong IHSG ke jurang pelemahan adalah industri dasar yang melemah 2,98%, disusul keuangan 1,29%.
Kami memperkirakan hari ini IHSG akan bergerak variatif dengan kecenderungan melemah, dengan perkiraan rentang perdagangannya antara 5.900 hingga 5.815. Secara teknikal, kemungkinan tersebut dapat terjadi.
![]() |
Dikarenakan pada penutupan kemarin, indeks mengalami pelemahan sehingga grafiknya membentuk pola senja yang muram (evening star), pola tersebut memberi tanda pelemahan cukup kuat pada perdagangan selanjutnya.
Indeks juga sedang dalam periode jangka pendek yang cenderung tertekan, indeks berada di bawah garis rata-rata harganya selama lima hari, seperti tercermin dari indikator teknikal rerata pergerakan (moving average/MA), dimana IHSG menembus grafik MA 5.
Adapun bursa AS ditutup bervariasi menyikapi kondisi yang terjadi di AS maupun global, antara lain: Indeks Dow Jones (+0,46%), S&P 500 (-0,04%) dan NASDAQ (-0,47%).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(yam/prm) Next Article Hampir Masuk Jurang, IHSG Mampu Menguat Tipis 0,07%
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular