Pasar Terkoreksi, Pemerintah Lelang SBSN Rp 5,1 Triliun

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
02 October 2018 17:58
Pemerintah menerbitkan surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) Rp 5,1 triliun dalam lelang rutin hari ini, di atas target pemerintah Rp 4 triliun.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah menerbitkan surat berharga syariah negara (SBSN/sukuk negara) senilai Rp 5,1 triliun dalam lelang rutin hari ini, di atas target pemerintah Rp 4 triliun.

Meskipun di atas target, tetapi angka penerbitan hari ini masih di bawah rerata penerbitan SBSN dalam lelang.
 Rilis Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu menunjukkan angka permintaan yang masuk dalam lelang tersebut adalah Rp 10,39 triliun. 

Meskipun di atas target, tetapi jumlah penerbitan tersebut masih di bawah rerata penerbitan surat berharga syariah (SBN) sejak awal tahun yaitu Rp 5,88 triliun.

Jumlah penawaran dari peserta lelang juga masih di bawah rerata sejak awal tahun Rp 12,91 triliun.
 

Hari ini, dolar AS menjadi tujuan utama investasi investor global yang tercermin dari pengautan posisi mata uang Paman Trump tersebut di mata uang dunia.

Cerminan itu adalah Dollar Index yang naik 0,4% menjadi 95,679. Alhasil, rupiah terkapar di atas level psikologis Rp 15.000, tepatnya menjadi Rp 15.040 per dolar, posisi terendah sejak 1998.

  Hasil Lelang Surat Berharga Syariah Negara (SBSN)
02-Oct-18SPNS03042019SPNS03072019PBS016PBS019PBS012PBS015
Jatuh tempo05-Mar-1903-Jul-1915-Mar-2015-Sep-2315-Nov-3115-Jul-47
Kupon imbal hasilDiskontoDiskonto6.250%5.450%8.875%8.000%
Yield rerata tertimbang6.759%7.156%7.955%8.289%8.710%9.458%
Penawaran masuk 3,8642,5002,4821273561,061
Kompetitif dimenangkan7005001,4945770872
Total dimenangkan   1,4001,0001,510651001,030
Persentase dimenangkan 50.00%50.00%98.94%87.69%70.00%84.66%
Target indikatif4,000
Total penawaran masuk 10,390
Penerbitan 5,105
(Rp miliar)
Sumber: Ditjen Pengelolaan Pembiayaan dan Risiko Kemenkeu

Dolar AS naik karena investor global sedang mengkhawatirkan kondisi di Eropa, di mana APBN Italia sedang menjadi perhatian karena berpotensi menyeret ekonomi Eropa. Di tengah kontraksi pasar tersebut, harga obligasi juga tertekan.

Merujuk data Reuters, koreksi harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus mengangkat tingkat imbal hasilnya (yield). Koreksi terjadi setelah hampir setengah hari pasar obligasi justru positif di tengah penguatan dolar AS terhadap mata uang dunia.

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.
 Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri yang paling terkoreksi harganya adalah seri 20 tahun dan 10 tahun, yang mengalami kenaikan yield 8 basis poin (bps) dan 6 bps menjadi 8,56% dan 8,09%. Besaran 100 bps setara dengan 1%.  

Seri lain juga terkoreksi, yaitu seri 5 tahun dan 15 tahun dengan penurunan yield 4 bps dan 0,3 bps menjadi 7,94% dan 8,26%.

 Yield Obligasi Negara Acuan 2 Oct 2018
SeriBenchmarkYield 1 Okt 2018 (%) Yield 2 Oct 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR0063 5 tahun7.9047.9484.40
FR0064 10 tahun8.0268.0926.60
FR0065 15 tahun8.2638.2660.30
FR0075 20 tahun8.4788.568.20
Avg movement4.88
Sumber: Reuters

Koreksi pasar obligasi pemerintah hari ini juga tercermin pada harga obligasi wajarnya, yang tercemin oleh turunnya indeks INDOBeX Government Total Return milik PT Penilai Harga Efek Indonesia (PHEI/IBPA).

Indek tersebut turun 0,68 poin (0,3%) menjadi 230,09 dari posisi kemarin 230,77.
 

Penurunan harga pasar obligasi rupiah pemerintah tersebut juga membuat selisih yield-nya(spread) dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) dengan SBN tenor 10 tahun kembali menembus level psikologis 500 bps, tepatnya 503 bps.  

Yield US Treasury 10 tahun mencapai 3,06% dari posisi kemarinj 3,08% karena adanya penguatan pasar obligasi akibat beralihnya dana investasi global dari pasar ekuitas AS dan dari negara berkembang di tengah kekhawatiran Italia.  

Spread yang masih lebar, ditambah faktor turunnya yield US Treasury, membuat investor global perlu menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek.  

Rebalancing tersebut membuat investasi di pasar SBN rupiah menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. Pelemahan di pasar surat utang tersebut juga terjadi di pasar ekuitas dan pasar nilai tukar mata uang hingga sore ini.  

Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) terperosok 1,16% menjadi 5.875 hingga penutupan tadi sore, dan nilai tukar rupiah melemah 0,91% menjadi Rp 15.040 di hadapan setiap dolar AS.  

TIM RISET CNBC INDONESIA


(irv/roy) Next Article Laris Manis! Lelang Sukuk Negara Oversubscribed 5,5 Kali

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular