Rupiah Tembus Rp 15.000/US$, Pasar Obligasi Masih Positif

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
02 October 2018 11:24
Penguatan dolar disokong oleh kekhawatiran investor global terhadap nasib APBN Italia yang berpotensi membebani perekonomian negara-negara kawasan Eropa.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga obligasi rupiah pemerintah menguat tipis pada perdagangan hari ini, meskipun dolar AS semakin kuat dan menekan rupiah hingga melewati level psikologis Rp 15.000. 

Penguatan dolar disokong oleh kekhawatiran investor global terhadap nasib APBN Italia yang berpotensi membebani perekonomian negara-negara kawasan Eropa. 

Merujuk data Reuters, menguatnya harga surat berharga negara (SBN) itu tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus menurunkan tingkat imbal hasilnya (yield).

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka. 

Keempat seri yang menjadi acuan itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun. Seri acuan yang paling menguat adalah seri 15 tahun, yaitu sebesar 3 basis poin (bps) menjadi 8,23%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Seri acuan lain juga menguat, yaitu seri 5 tahun dan 15 tahun dengan penurunan yield 0,8 bps dan 3 bps menjadi 7,89% dan 8,45%.

Dari keempat seri acuan, hanya seri acuan 10 tahun yang sudah terkoreksi dan mengangkat yield-nya sebesar 0,4 bps menjadi 8,03%. 

Penguatan SBN hari ini tampaknya menunjukkan resistensi pasar obligasi rupiah pemerintah terhadap guncangan mata uang, yang sudah terjadi sejak pekan lalu. 

Penguatan SBN itu menunjukkan pelaku pasar masih berminat dan mengoleksi efek utang pemerintah setelah koreksi yang terjadi akibat perang dagang.

 Yield Obligasi Negara Acuan 2 Oct 2018
SeriBenchmarkYield 1 Okt 2018 (%) Yield 2 Oct 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun7.9047.896-0.80
FR006410 tahun8.0268.030.40
FR006515 tahun8.2638.233-3.00
FR007520 tahun8.4788.452-2.60
Avg movement-1.50
Sumber: Reuters 

Kondisi pasar SBN hari ini juga membuat selisih(spread) obligasi rupiah pemerintah tenor 10 tahun dengan surat utang pemerintah AS (US Treasury) tenor serupa mencapai 495 bps. 

Yield US Treasury 10 tahun turun hingga 3,07% dari posisi kemarin 3,08% karena adanya pengalihan dari pasar saham AS ke instrumen yang dianggap lebih aman yaitu obligasi pemerintahnya. 

Spread yang menyempit (sudah di bawah level psikologis 500 bps) menunjukkan investor global sudah menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek. 

Rebalancing tersebut terjadi karena SBN rupiah terlihat menjadi sedikit lebih menarik karena lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya. 

Terkait dengan porsi investor di pasar SBN, investor asing masih menggenggam Rp850,85 triliun (36,83%) SBN rupiah dari total beredar Rp 2.306 triliun per 28 September. 

Angka itu masih menunjukkan aliran positif investor asing ke pasar SBN rupiah Rp 4,94 triliun sejak akhir Agustus.

Penguatan di pasar surat utang hari ini juga terjadi di pasar ekuitas. Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) naik 0,16% 5.954 hingga siang ini. Namun, dolar AS masih menguat, yang ditunjukkan oleh kenaikan Dollar Index 0,03% menjadi 95,32.

Dollar Index merupakan cerminan dari posisi dolar AS terhadap mata uang negara utama dunia. 

Penguatan mata uang Paman Sam tersebut membuat rupiah melemah 0,06% menjadi Rp 14.995 per dolar AS, 5 poin menuju level psikologis Rp 15.000 per dolar AS.  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article Investor Asing Berpeluang Banjiri Pasar SBN di 2021

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular