Meski Rupiah Terseret-seret, Global Bond Indonesia Masih Kuat

Irvin Avriano Arief, CNBC Indonesia
02 October 2018 17:02
Yield obligasi dolar AS tenor 10 tahun, atau yang biasa disebut INDON 10 tahun, turun 1 basis poin (bps) menjadi 4,68% dari posisi kemarin 4,67%.
Foto: CNBC Indonesia
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga surat berharga negara (SBN) denominasi dolar AS masih menguat tipis pada perdagangan hari ini, meskipun posisi nilai tukar rupiah sedang terpojok di atas Rp 15.040. 

Data perdagangan Reuters menunjukkan kenaikan harga pasar surat utang global tersebut dicerminkan oleh turunnya tingkat imbal hasil (yield) seri 10 tahun, yang lumrah dijadikan acuan pelaku pasar.  

Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder. Yield juga lebih umum dijadikan acuan transaksi obligasi dibanding harga karena mencerminkan kupon, tenor, dan risiko dalam satu angka.  

Yield obligasi dolar AS tenor 10 tahun, atau yang biasa disebut INDON 10 tahun, turun 1 basis poin (bps) menjadi 4,68% dari posisi kemarin 4,67%. Besaran 100 bps setara dengan 1%. 

Penguatan SBN dolar tersebut terjadi ketika dolar AS melemah hampir 1% hingga menembus level psikologis Rp 15.000, tepatnya 0,91% menjadi Rp 15.040. 

Meskipun demikian, data yang dihimpun dari pelaku pasar menunjukkan harga SBN dolar AS bertenor 10 tahun turun tipis hari ini.  

Yield SBN dolar AS yang berkupon 4,1% dan jatuh tempo pada 24 April 2028 naik 3 bps menjadi 4,5% dari sebelumnya 4,47%.  

INDON USDFoto: Irvin Avriano Arief
INDON USD


TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps) Next Article MAMI: Yield Obligasi RI 10 Tahun Berpeluang Turun Ke 6%

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular