9 Bulan Mencekam, Indeks LQ45 Anjlok 12,34%

Monica Wareza, CNBC Indonesia
01 October 2018 17:25
Hingga akhir September lalu indeks LQ45 tercatat terkoreksi 12,34%, turun lebih dalam dibanding dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG).
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Kinerja 45 saham paling likuid (LQ45) di bursa saham Indonesia sepanjang sembilan bulan pertama tahun ini konsisten bertahan di zona merah. Hingga akhir September lalu indeks LQ45 tercatat terkoreksi 12,34%, turun lebih dalam dibanding dengan kinerja Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) pada periode yang sama.

Dari 45 sahm tersebut, tercatat hanya sembilan saham yang mencatatkan kinerja positif sejak awal tahun lalu. Sementara 36 saham lainnya masih mencatatkan kinerja negatif, paling dalam dialami oleh saham PT PP Tbk (PTPP) yang sudah melemah 40,15% sejak awal tahun.

Salah satu yang mendorong pelemahan indeks LQ45 yaitu koreksi saham-saham dari sektor konstruksi. Sektor konstruksi memang sedang mendapat tekanan tahun ini, yang tercermin dari penurunan indeks sektor ini sebesar 12,17%.

Emiten sektor konstruksi, khususnya perusahaan konstruksi Badan Usaha Milik Negara (BUMN), yang sempat mendapatkan sentimen negatif dari investor.

Penyebabnya adalah kenaikan nilai utang yang tinggi karena mengerjakan proyek infrastruktur. Ada kekhawatiran kenaikan beban terebut menambah beban keuangan emiten dari sektor ini.

Sementara itu, pada Juli lalu Bursa Efek Indonesia (BEI) melakukan perombakan atas indeks ini yang berlaku hingga Januari tahun depan. Terdapat lima pendatang baru, yakni PT Bukit Sentu; Tbk (BKSL), PT Elnusa Tbk (ELSA), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP), PT Indo Tambangraya Megah Tbk (ITMG) dan Medco Energi Internasional Tbk (MEDC).

Dari lima saham yang masuk ke dalam indeks ini, tiga diantaranya merupakan saham dari sektor pertambangan. Kondisi ini didukung oleh kinerja perusahaan yang mencatatkan kinerja moncer sejak akhri tahun lalu.

Kemudian, posisi harga komoditas yang sudah mengalami perbaikan sejak penghujung 2017 juga menjadi sentimen positif yang tak bisa terelakkan. Selain itu, pemerintah juga mendukung sektor ini untuk terus meningkatkan produksi dan jumlah ekspornya untuk menyelamatkan neraca perdagangan Indonesia yang masih mengalami defisit.

Saham-saham yang mengalami penurunan dalam pada periode ini tercatat atas saham PT PP (Persero) Tbk (PTPP) turun 42,05%, PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) turun 38,74%, dan PT Media Nusantara Citra Tbk (MNCN) terkoreksi 37,35%.

Sedangkan sahams-saham yang terkoreksi selama 9 bulan pertama 2018, diantaranya saham PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP) yang naik 218,06%, PT Bukit Asam Tbk (PTBA) naik 78,86%, saham PT Aneka Tambang Tbk (ANTM) naik 32% dan saham PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS) yang naik 28%.

Dari 45 saham, tercatat hanya 9 saham yang mengalami kenaikan dan 36 saham harga saham terkoreksi.

(hps/hps) Next Article Walau IHSG Terkapar 3% Lebih, 6 Saham LQ45 ini Tetap Hijau

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular