Internasional

Ekonomi China Melambat, Bank Sentral Diprediksi Intervensi

Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
01 October 2018 16:51
Beijing kemungkinan akan mengambil langkah mitigasi terhadap dampak perang dagang dengan Amerika Serikat (AS).
Foto: PBOC (REUTERS/Jason Lee)
Jakarta, CNBC Indonesia - Beijing kemungkinan akan mengambil langkah mitigasi terhadap dampak perang dagang dengan Amerika Serikat (AS) karena indikator perekonomian terkini dari China menunjukkan perlambatan, kata seorang ekonom pada hari Senin (1/10/2018).

"Kami melihat beberapa perlambatan, tetapi tingkatannya jauh lebih daripada yang kami prediksi," kata Jeff Ng, Kepala Ekonom untuk Asia di perusahaan riset Continuum Economics.



Selama akhir pekan, survei yang dilakukan pihak swasta menunjukkan pertumbuhan sektor pabrik China terhenti setelah tumbuh selama 15 bulan, saat pesanan ekspor turun tajam dalam dua tahun. Sementara itu, survei resmi mengonfirmasi pelemahan manufaktur lebih lanjut, dilansir dari CNBC International.

Indeks manufaktur pemerintah turun ke posisi terendah dalam tujuh bulan yaitu 50,8 di bulan September, dari 51,3 di bulan Agustus dan lebih rendah dari proyeksi polling Reuters yaitu 51,2. Indeks tersebut tetap bertengger di atas level 50 selama 25 bulan berturut-turut.

Level di atas 50 mengindikasikan pertumbuhan, sementara level di bawahnya mengisyaratkan penyusutan.

Namun, Indeks Caixin/Markit Manufacturing Purchasing Manager (PMI) anjlok lebih dari ekspektasi ke posisi 50,0 di bulan September dari 50,6 di bulan sebelumnya. Para ekonom yang dikumpulkan oleh Reuters memproyeksi posisi rata-rata indeks tersebut di 50,5.

Gedung bank sentral China People's Bank of China (PBOC)Foto: REUTERS/Jason Lee
Gedung bank sentral China People's Bank of China (PBOC)
"Saya pikir kita memprediksi lebih banyak pemotongan triple-R di akhir tahun ... Saya berpendapat satu lagi pemotongan triple-R di akhir tahun," kata Ng. Dia merujuk pada kemungkinan bank sentral People's Bank of China (PBOC) memangkas rasio giro wajib minimum (GWM) untuk bank-bank guna mendorong likuiditas dan pertumbuhan.

Rasio GWM merujuk pada jumlah uang yang harus dimiliki bank di dalam kasnya sebagai bagian dari total deposito mereka. Menurunkan jumlah yang diwajibkan akan meningkatkan pasokan uang yang bisa bank pinjamkan ke bisnis dan individu. Sehingga, hal itu akan memangkas ongkos pinjaman.

Pemerintah China juga memiliki alat-alat lain untuk mengelola kebijakan moneternya.



Meski masih akan ada beberapa risiko negatif ke perekonomian China akibat perang dagang, Ng berkata dia mengharapkan pertumbuhan di sektor-sektor seperti jasa untuk mengurangi dampak tarif impor dan membuat pertumbuhan ekonomi terbesar kedua di dunia itu tetap tangguh.

Target pertumbuhan resmi pemerintah China tahun ini adalah sekitar 6,5%.
(prm) Next Article Jaga Likuiditas, China Tempuh Kebijakan Moneter Netral

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular