
China Masuk Musim Dingin, Perhatikan Saham Batu Bara
Monica Wareza, CNBC Indonesia
26 September 2018 12:25

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga saham batu bara diprediksi masih melanjutkan penguatan karena harga batu bara terus bergerak menguat.
Berdasarkan riset Mirae Asset Sekuritas, perusahaan sekuritas asal Korea Selatan ini masih merekomendasikan saham-saham di sektor batu bara mengingat harga batu bara yang diprediksi akan bergerak di rentang US$ 90-US$ 95 per ton hingga akhir 2019 mendatang. Pergerakan harga tersebut didorong oleh permintaan batu bara dari China yang masih akan tinggi.
Impor batu bara di China diperkirakan akan meningkat dalam waktu dekat mengingat akan masuknya musim dingin di negara tersebut. Sebagai gambaran, pada Agustus total produksi batubara China mencapai 296,6 juta ton, mendekati rata-rata 35 bulannya.
Sehingga diperkirakan China akan menjaga harga batu bara di level US$ 90 per ton dengan pertimbangan 19,9% dari total PDB China juga berasal dari komoditas ini.
Selain itu, eksportir dari Indonesia dinilai masih akan menjadi supplier batu bara di negeri Panda tersebut karena adanya kebutuhannya untuk mengurangi polusi namun tetap membutuhkan batu bara untuk menghadapi musim dingin.
"Dengan perkiraan harga batubara global tahun 2018-19F yang belum berubah, kami mengulangi rekomendasi Overweight kami pada sektor batubara. Pilihan utama kami adalah Bukit Asam," tulis Andy Wibowo Gunawan, analis Mirae Asset Sekuritas dalam risetnya seperti dikuti CNBC Indonesia, rabu (26/9).
(hps) Next Article Bisnis Batu Bara Disoroti KPK, Ini Pergerakan Saham Emitennya
Berdasarkan riset Mirae Asset Sekuritas, perusahaan sekuritas asal Korea Selatan ini masih merekomendasikan saham-saham di sektor batu bara mengingat harga batu bara yang diprediksi akan bergerak di rentang US$ 90-US$ 95 per ton hingga akhir 2019 mendatang. Pergerakan harga tersebut didorong oleh permintaan batu bara dari China yang masih akan tinggi.
Impor batu bara di China diperkirakan akan meningkat dalam waktu dekat mengingat akan masuknya musim dingin di negara tersebut. Sebagai gambaran, pada Agustus total produksi batubara China mencapai 296,6 juta ton, mendekati rata-rata 35 bulannya.
Sebaliknya jumlah pasokan batubara di enam PLTU besar di China melonjak menjadi 15,2 juta ton di Agustus untuk mengantisipasi musim dingin di 4Q.
Sehingga diperkirakan China akan menjaga harga batu bara di level US$ 90 per ton dengan pertimbangan 19,9% dari total PDB China juga berasal dari komoditas ini.
Selain itu, eksportir dari Indonesia dinilai masih akan menjadi supplier batu bara di negeri Panda tersebut karena adanya kebutuhannya untuk mengurangi polusi namun tetap membutuhkan batu bara untuk menghadapi musim dingin.
"Dengan perkiraan harga batubara global tahun 2018-19F yang belum berubah, kami mengulangi rekomendasi Overweight kami pada sektor batubara. Pilihan utama kami adalah Bukit Asam," tulis Andy Wibowo Gunawan, analis Mirae Asset Sekuritas dalam risetnya seperti dikuti CNBC Indonesia, rabu (26/9).
(hps) Next Article Bisnis Batu Bara Disoroti KPK, Ini Pergerakan Saham Emitennya
Most Popular