
Faisal Basri Beberkan Kenapa Utang RI Terus Naik
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
24 September 2018 15:57

Jakarta, CNBC Indonesia - PosisiĀ utang pemerintah Indonesia hingga akhir Agustus 2018 mencapai Rp 4.363 triliun atau sekitar 30,3% dari produk domestik bruto (PDB).
Jumlah ini naik Rp 110 triliun dibandingkan posisi utang pemerintah pada Juli 2018 yang tercatat Rp 4.253 triliun, di mana pada saat itu rasio utang terhadap PDB mencapai 29,74%.
Posisi utang pemerintah, memang melonjak cukup signifikkan hingga Rp 547,4 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu. Apa yang menjadi pennyebab utama utang pemerintah terus meroket?
Ekonom Senior Universitas Indonesia Faisal Basri mengungkapkan, lonjakan utang pemerintah disebabkan oleh ekspansi fiskal yang tak mampu dikompensasi dari penerimaan pajak.
"Peningkatan utang yang relatif pesat selama pemerintahan Jokowi - JK disebabkan oleh kenaikan tajam pengeluaran yang tidak diiringi oleh peningkatan nisbah pajak [tax ratio]," kata Faisal, dikutip dari laman resminya, Senin (24/9/2018).
Faisal tak memungkiri, utang pemerintah Indonesia relatif kecil, bahkan relatif sangat kecil dibandingkan dengan utang kebanyakan negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Saat ini, negara penguatan paling besar adalah Jepang. Utang negeri Sakuran itu terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 253%. Negara tetangga seperti Singapura, pun rasio utangnya terhadap PDB mencapai 100%.
Namun, tidak bisa begitu saja membandingkan total utang Indonesia yang relatif rendah dengan utang Jepang. Negara tersebut, kata Faisal memang berutang namun pada waktu yang bersamaan juga menguasai surat utang yang diterbitkan oleh negara lain.
"Jadi Jepang selain sebagai debitor juga sebagai kreditor. Sedangkan Indonesia praktis sebagai debitor murni," tegasnya.
Selain itu, jika dibandingkan dengan Jepang, bunga utang di Indonesia relatif lebih tinggi. Belum lagi, mayoritas surat utang pemerintah Jepang dipegang oleh rakyatnya sendiri, sehingga pembayaran bunga yang mengalir ke luar negeri relatif kecil.
"Sebaliknya, surat utang Indonesia yang dipegang oleh investor asing tergolong relatif besar. Bahkan paling besar atau setidaknya salah satu yang paling besar di dunia," ujarnya.
"Tak pelak lagi, kondisi ini membuat Indonesia lebih rentan terhadap gejolak eksternal," tegas Faisal.
(dru) Next Article Bukan Nominal yang Jadi Soal, Tapi Bunga Utang RI Bengkak
Jumlah ini naik Rp 110 triliun dibandingkan posisi utang pemerintah pada Juli 2018 yang tercatat Rp 4.253 triliun, di mana pada saat itu rasio utang terhadap PDB mencapai 29,74%.
Posisi utang pemerintah, memang melonjak cukup signifikkan hingga Rp 547,4 triliun dibandingkan periode sama tahun lalu. Apa yang menjadi pennyebab utama utang pemerintah terus meroket?
"Peningkatan utang yang relatif pesat selama pemerintahan Jokowi - JK disebabkan oleh kenaikan tajam pengeluaran yang tidak diiringi oleh peningkatan nisbah pajak [tax ratio]," kata Faisal, dikutip dari laman resminya, Senin (24/9/2018).
Faisal tak memungkiri, utang pemerintah Indonesia relatif kecil, bahkan relatif sangat kecil dibandingkan dengan utang kebanyakan negara, baik negara maju maupun negara berkembang.
Saat ini, negara penguatan paling besar adalah Jepang. Utang negeri Sakuran itu terhadap produk domestik bruto (PDB) mencapai 253%. Negara tetangga seperti Singapura, pun rasio utangnya terhadap PDB mencapai 100%.
Namun, tidak bisa begitu saja membandingkan total utang Indonesia yang relatif rendah dengan utang Jepang. Negara tersebut, kata Faisal memang berutang namun pada waktu yang bersamaan juga menguasai surat utang yang diterbitkan oleh negara lain.
"Jadi Jepang selain sebagai debitor juga sebagai kreditor. Sedangkan Indonesia praktis sebagai debitor murni," tegasnya.
Selain itu, jika dibandingkan dengan Jepang, bunga utang di Indonesia relatif lebih tinggi. Belum lagi, mayoritas surat utang pemerintah Jepang dipegang oleh rakyatnya sendiri, sehingga pembayaran bunga yang mengalir ke luar negeri relatif kecil.
"Sebaliknya, surat utang Indonesia yang dipegang oleh investor asing tergolong relatif besar. Bahkan paling besar atau setidaknya salah satu yang paling besar di dunia," ujarnya.
"Tak pelak lagi, kondisi ini membuat Indonesia lebih rentan terhadap gejolak eksternal," tegas Faisal.
(dru) Next Article Bukan Nominal yang Jadi Soal, Tapi Bunga Utang RI Bengkak
Most Popular