Dari Wall Street, tiga indeks utama mampu membukukan penguatan. Dow Jones Indusrial Average (DJIA) naik 0,99%, S&P 500 bertambah 0,78%, dan Nasdaq Composite melesat 1,05%.
Bahkan DJIA dan S&P 500 menyentuh titik tertinggi sepanjang masa. Sepertinya investor di bursa saham New York sudah
moved on dari isu perang dagang AS vs China.
Bintang di Wall Street tetap saham-saham teknologi, yang membuat Nasdaq menguat di kisaran 1%. Saham Intel melejit 2,28%, Microsoft lompat 1,67%, Facebook tedongrak 1,82%, Apple naik 0,76%, Amazon menguat 0,93%, Google melesat 1,47%, dan Twitter melonjak 1,12%.
Sedangkan yang menjadi pemberat Wall Street adalah saham-saham perusahaan pertahanan. Northrop Grumman anjlok 3,47%, Lochheed Martin turun 1,82%, dan Raytheon jauh 2,12%.
Penyebabnya adalah perdamaian dan denuklirisasi di Semenanjung Korea yang semakin terasa. Tidak ada konflik berarti menurunkan laba perusahaan pembuat senjata dan investor tidak suka itu, seperti saat Tony Stark memutuskan Stark Industries tidak lagi membuat senjata.
Euforia memang tengah melanda Wall Street. Namun perlu diingat bahwa tantangan ke depan masih berat sehingga investor perlu berhati-hati.
"Pasar saham seperti orang yang mabuk di puncak gunung. Orang ini bergoyang-goyang, dan namanya orang mabuk pasti akan jatuh. Kita hanya tidak tahu kapan dia jatuh dan seberapa parah," tutur Bernard Baumohl, Chief Global Economist di Economic Outlook Group yang berbasis di New Jersey, seperti dikutip Reuters.
Untuk perdagangan hari ini, investor perlu mencermati sejumlah sentimen. Pertama tentunya kinerja Wall Street yang oke. Diharapkan performa Wall Street bisa menular ke bursa saham Asia, termasuk Indonesia.
Sentimen kedua adalah perang dagang AS vs China. Walau baranya sudah mendingin, tetapi pelaku pasar sebaiknya jangan menganggap remeh. Sebab sejauh ini belum ada jaminan pasti kedua negara akan berdamai.
Bumbu-bumbu ketegangan juga masih ada. Kemarin, Ma Yun alias Jack Ma (pendiri raksasa ritel Alibaba) menyatakan bahwa perusahaannya tidak lagi memiliki niatan untuk membawa 1 juta lapangan pekerjaan ke AS. Hal ini menyusul berkecamuknya perang dagang Washington-Beijing.
"Janji yang kita buat berdasarkan premis hubungan AS-China yang bersahabat serta hubungan dagang yang rasional. Premis itu tidak lagi eksis pada hari ini, sehingga janji kita tidak bisa dipenuhi," tegas Ma, dikutip dari kantor berita Xinhua.
Kemudian, Menteri Perdagangan China juga menyatakan bahwa negaranya berharap AS memperbaiki perilakunya. Padahal selama ini justru AS yang selalu menuduh China melakukan kecurangan dalam berbisnis. Penasihat Ekonomi Gedung Putih Lawrence 'Larry' Kudlow malah sempat menyebutkan bahwa reformasi ekonomi China beranjak ke arah yang keliru.
Kedua pihak yang sama-sama keras kepala ini tampaknya mengindikasikan bahwa kisruh dagang akan memakan waktu lebih panjang hingga benar-benar selesai. Selama itu pula pelaku pasar harus tetap waspada.
Sentimen ketiga adalah harga minyak, yang terkoreksi setelah menguat 3 hari beruntun. Salah satu faktor yang membuat harga si emas hitam mundur teratur adalah pernyataan Presiden Trump.
"Kami melindungi negara-negara Timur Tengah, mereka tidak akan aman selama ini tanpa kami. Namun mereka terus mendorong harga minyak untuk naik! Kami akan mengingat ini. OPEC (Organisasi Negara-negara Ekspor Minyak) harus menurunkan harga sekarang!" tegas Trump melalui cuitan di Twitter.
Sebelumnya, seorang sumber mengatakan kepada Reuters bahwa belum ada rencana darurat dari OPEC untuk menambal pasokan Iran dan Venezuela. Akhir pekan ini menteri energi negara-negara OPEC dan produsen non-OPEC dijadwalkan bertemu untuk mendiskusikan kepatuhan terhadap pemangkasan produksi.
Sejumlah negara-negara produsen minyak itu dikabarkan masih akan mendiskusikan lebih lanjut bagaimana pembagian porsi peningkatan produksi sesuai dengan kerangka kuota masing-masing. Namun belum ada langkah yang tergesa-gesa dari OPEC.
Saat harga minyak melemah, tentunya akan menyuntikkan energi negatif bagi saham-saham emiten migas dan pertambangan. Dikhawatirkan sentimen negatif ini akan menjadi pemberat bagi IHSG secara keseluruhan.
Berikut adalah peristiwa-peristiwa yang akan terjadi hari ini:
- Rilis data pembacaan awal indeks PMI manufaktur dan jasa zona Eropa periode September 2018 (15:00 WIB).
- Rilis data pembacaan awal indeks PMI manufaktur dan jasa AS periode September 2018 (14:15 WIB).
Investor juga perlu mencermati agenda perusahaan yang akan diselenggarakan pada hari ini, yaitu:
| Perusahaan | Jenis Kegiatan | Waktu |
| PT Asia Pacific Investama Tbk (MYTX) | RUPS Tahunan | 09:30 |
| PT Gading Development Tbk (GAMA) | RUPSLB | 10:00 |
| PT Merdeka Copper Gold Tbk (MDKA) | RUPSLB | 14:00 |
Berikut sejumlah indikator perekonomian nasional:
| Indikator | Tingkat |
| Pertumbuhan ekonomi (Q II-2018 YoY) | 5.27% |
| Inflasi (Agustus 2018 YoY) | 3.20% |
| Defisit anggaran (APBN 2018) | -2.19% PDB |
| Transaksi berjalan (Q II-2018) | -3.04% PDB |
| Neraca pembayaran (Q II-2018) | -US$ 4.31 miliar |
| Cadangan devisa (Agustus 2018) | US$ 117.9 miliar |
Untuk mendapatkan informasi seputar data-data pasar, silakan klik di
sini.
TIM RISET CNBC INDONESIA