
Banjir Sentimen Positif, IHSG Menguat Nyaris 1%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
20 September 2018 16:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,98% pada perdagangan hari ini ke level 5.931,27. IHSG bergerak senada dengan mayoritas bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 0,01%, indeks Strait Times naik 0,22%, indeks Hang Seng naik 0,26%, dan indeks Kospi naik 0,65%.
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,42 triliun dengan volume sebanyak 9,37 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 421.614 kali.
Sikap AS dan China yang masih menahan diri dalam perang dagang antar keduanya memberikan optimisme bagi investor untuk masuk ke bursa saham Benua Kuning. Baru-baru ini, China telah resmi mengumumkan balasan terhadap kebijakan pengenaan bea masuk baru oleh AS. China memutuskan untuk membalas dengan membebankan bea masuk 10% untuk importasi produk buatan AS senilai US$ 60 miliar, berlaku mulai 24 September.
"China terpaksa untuk merespons kebijakan AS yang proteksionistik. Kami tidak punya pilihan selain merespons dengan bea masuk," tegas pernyataan Kementerian Keuangan China, dikutip dari Reuters.
Ada 5.207 produk AS yang masuk daftar kena bea masuk baru ini, mulai dari gas alam cair (LNG), pesawat terbang, bubuk kakao, sampai sayuran beku.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Sikap Trump yang tak langsung mengenakan bea masuk senilai 25% memberikan persepsi bahwa pihak AS terus mencoba untuk membuka ruang negosiasi dengan China. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, AS pada minggu lalu telah mengirimkan surat kepada pihak China guna mencoba merencanakan sebuah negosiasi dagang.
Kemudian, aksi balasan dari China hanya menyasar barang-barang impor AS senilai US$ 60 miliar, jauh lebih kecil dari yang disasar oleh AS. Ini juga menandakan bahwa China masih memiliki etikat baik untuk menyelesaikan perang dagang yang terjadi. Lebih lanjut, besaran bea masuk yang dikenakan China hanya 10%, lebih rendah dari 20% yang digaungkan sebelumnya.
Selain itu, aura perdamaian di semenanjung Korea juga membuat investor tak pikir panjang untuk memburu saham-saham di tanah air. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada hari Rabu (20/9/2018) mengatakan bahwa negosiasi denuklirisasi dengan Korea Utara akan selesai pada Januari 2021. Tenggat waktu itu mencerminkan komitmen dari diktator Korea Utara Kim Jong Un, menurut Pompeo.
Pernyataan itu dibuat sehari setelah Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Kim bertemu di Pyongyang untuk membahas langkah lanjutan dalam proses perdamaian mereka. Kabar tersebut tentu menjadi lonjakan signifikan bagi upaya Trump untuk membujuk Kim meninggalkan senjata nuklirnya, setelah pertemuan puncak bersejarah di Singapura beberapa bulan yang lalu.
Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari penguatan rupiah. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat 0,2% di pasar spot ke level Rp 14.840/dolar AS. Greenback memang sedang loyo, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,14%.
Selain karena dolar AS yang memang sedang loyo, rupiah menguat lantaran investor mengapresiasi dirilisnya aturan oleh Kementerian Perdagangan yang mewajibkan ekspor sejumlah komoditas wajib menggunakan Letters of Credit (L/C) dari perbankan nasional. Eksportir nantinya akan diwajibkan mengonversi hasil ekspornya ke rupiah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan likuiditas valas di pasar dalam negeri sehingga diharapkan mampu menjadi penopang bagi penguatan rupiah.
Secara sektoral, sektor jasa keuangan (+1,13%) dan barang konsumsi (+1,21%) memotori penguatan IHSG. Bagi saham-saham perbankan, rupiah yang menguat memberikan daya tarik tersendiri, selain juga karena sentimen eksternal yang kondusif. Sementara terkait saham-saham barang konsumsi, investor melakukan aksi beli guna merespon kencangnya penjualan mobil di tanah air.
Sepanjang Agustus 2018, penjualan mobil di tanah air tercatat tumbuh sebesar 5,1% YoY menjadi 102.197 unit. Capaian ini jauh lebih tinggi dibandingkan Agustus 2017 yang hanya sebesar 1% YoY. Kuatnya penjualan mobil lantas memberikan indikasi bahwa konsumsi masyarakat Indonesia tetap kuat, terlepas dari sudah berlalunya periode Ramadan.
Seiring dengan sentimen positif yang ada, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 221,4 miliar. Saham-saham yang paling banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 136,7 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 114,4 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 113,6 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 67,5 miliar), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 47,8 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Nilai transaksi tercatat sebesar Rp 7,42 triliun dengan volume sebanyak 9,37 miliar unit saham. Frekuensi perdagangan adalah 421.614 kali.
Sikap AS dan China yang masih menahan diri dalam perang dagang antar keduanya memberikan optimisme bagi investor untuk masuk ke bursa saham Benua Kuning. Baru-baru ini, China telah resmi mengumumkan balasan terhadap kebijakan pengenaan bea masuk baru oleh AS. China memutuskan untuk membalas dengan membebankan bea masuk 10% untuk importasi produk buatan AS senilai US$ 60 miliar, berlaku mulai 24 September.
Ada 5.207 produk AS yang masuk daftar kena bea masuk baru ini, mulai dari gas alam cair (LNG), pesawat terbang, bubuk kakao, sampai sayuran beku.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Sikap Trump yang tak langsung mengenakan bea masuk senilai 25% memberikan persepsi bahwa pihak AS terus mencoba untuk membuka ruang negosiasi dengan China. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, AS pada minggu lalu telah mengirimkan surat kepada pihak China guna mencoba merencanakan sebuah negosiasi dagang.
Kemudian, aksi balasan dari China hanya menyasar barang-barang impor AS senilai US$ 60 miliar, jauh lebih kecil dari yang disasar oleh AS. Ini juga menandakan bahwa China masih memiliki etikat baik untuk menyelesaikan perang dagang yang terjadi. Lebih lanjut, besaran bea masuk yang dikenakan China hanya 10%, lebih rendah dari 20% yang digaungkan sebelumnya.
Selain itu, aura perdamaian di semenanjung Korea juga membuat investor tak pikir panjang untuk memburu saham-saham di tanah air. Menteri Luar Negeri AS Mike Pompeo pada hari Rabu (20/9/2018) mengatakan bahwa negosiasi denuklirisasi dengan Korea Utara akan selesai pada Januari 2021. Tenggat waktu itu mencerminkan komitmen dari diktator Korea Utara Kim Jong Un, menurut Pompeo.
Pernyataan itu dibuat sehari setelah Presiden Korea Selatan Moon Jae-in dan Kim bertemu di Pyongyang untuk membahas langkah lanjutan dalam proses perdamaian mereka. Kabar tersebut tentu menjadi lonjakan signifikan bagi upaya Trump untuk membujuk Kim meninggalkan senjata nuklirnya, setelah pertemuan puncak bersejarah di Singapura beberapa bulan yang lalu.
Dari dalam negeri, sentimen positif datang dari penguatan rupiah. Hingga akhir perdagangan, rupiah menguat 0,2% di pasar spot ke level Rp 14.840/dolar AS. Greenback memang sedang loyo, ditunjukkan oleh indeks dolar AS yang terkoreksi sebesar 0,14%.
Selain karena dolar AS yang memang sedang loyo, rupiah menguat lantaran investor mengapresiasi dirilisnya aturan oleh Kementerian Perdagangan yang mewajibkan ekspor sejumlah komoditas wajib menggunakan Letters of Credit (L/C) dari perbankan nasional. Eksportir nantinya akan diwajibkan mengonversi hasil ekspornya ke rupiah. Hal ini dilakukan untuk meningkatkan likuiditas valas di pasar dalam negeri sehingga diharapkan mampu menjadi penopang bagi penguatan rupiah.
Secara sektoral, sektor jasa keuangan (+1,13%) dan barang konsumsi (+1,21%) memotori penguatan IHSG. Bagi saham-saham perbankan, rupiah yang menguat memberikan daya tarik tersendiri, selain juga karena sentimen eksternal yang kondusif. Sementara terkait saham-saham barang konsumsi, investor melakukan aksi beli guna merespon kencangnya penjualan mobil di tanah air.
Sepanjang Agustus 2018, penjualan mobil di tanah air tercatat tumbuh sebesar 5,1% YoY menjadi 102.197 unit. Capaian ini jauh lebih tinggi dibandingkan Agustus 2017 yang hanya sebesar 1% YoY. Kuatnya penjualan mobil lantas memberikan indikasi bahwa konsumsi masyarakat Indonesia tetap kuat, terlepas dari sudah berlalunya periode Ramadan.
Seiring dengan sentimen positif yang ada, investor asing membukukan beli bersih senilai Rp 221,4 miliar. Saham-saham yang paling banyak dikoleksi investor asing adalah: PT Bank Mandiri Tbk/BMRI (Rp 136,7 miliar), PT Bank Central Asia Tbk/BBCA (Rp 114,4 miliar), PT Bank Rakyat Indonesia Tbk/BBRI (Rp 113,6 miliar), PT Telekomunikasi Indonesia Tbk/TLKM (Rp 67,5 miliar), dan PT Bukit Asam Tbk/PTBA (Rp 47,8 miliar).
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/roy) Next Article Obral-obral, Deretan Saham LQ45 Ini Sudah Rebound Lagi Lho!
Most Popular