Turun 4 Hari Beruntun, Harga CPO di Rekor Terendah Sejak Juli

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
20 September 2018 14:28
Harga CPO kini sudah menyentuh level terendahnya dalam 2 bulan terakhir, atau sejak 25 Juli 2018.
Foto: REUTERS/Samsul Said
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak acuan di Bursa Derivatif Malaysia tercatat terkoreksi 0,28% level MYR2.121/ton pada perdagangan hari ini Kamis (20/9/2018) hingga pukul 13.51 WIB.   

Harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini kini sudah melemah 4 hari berturut-turut. Dua hari perdagangan terakhir, harga CPO bahkan terkoreksi dalam hingga 1,82% dan 2,18%. Harga CPO kini sudah menyentuh level terendahnya dalam 2 bulan terakhir, atau sejak 25 Juli 2018.

Sentimen yang menghantui harga CPO hari ini datang dari estimasi peningkatan stok minyak kelapa sawit Malaysia, serta terkoreksinya harga minyak kedelai.



Pekan lalu, Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan bahwa stok minyak kelapa sawit Malaysia ada akhir Agustus 2018 meningkat 12,4% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke angka 2,49 juta ton.  Jumlah itu merupakan yang tertinggi dalam 6 bulan terakhir.

Peningkatan itu juga mampu melampaui konsensus yang dihimpun Reuters, di mana stok akhir minyak kelapa sawit Malaysia di bulan lalu diekspektasikan naik 9% MtM ke angka 2,41 juta ton.

Beberapa trader di Kuala Lumpur bahkan memperkirakan stok minyak kelapa sawit bisa meningkat lebih jauh lagi seiring pertumbuhan produksi masih amat cepat, seperti dikutip dari Reuters hari ini. Sentimen ini lantas menjadi sumber utama kejatuhan harga CPO hari ini.

Tidak hanya itu, harga CPO juga tertekan oleh harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBoT) yang terjun bebas. Hingga pukul 13.41 WIB hari ini, harga minyak kedelai masih tercatat melemah sebesar 0,29%.

Harga komoditas agrikultur unggulan Amerika Serikat (AS) tersebut lantas sudah melemah nyaris 4% di sepanjang bulan ini (hingga tanggal 19 September), akibat panasnya tensi dagang AS-China.

Seperti diketahui, harga CPO dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya, seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai turun, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut melemah.

Meski demikian, hingga penutupan sesi I (istirahat siang) hari ini, harga CPO sebenarnya masih mampu naik tipis 0,09%. Perkasanya harga minyak mentah dunia mampu memberikan energi positif bagi pergerakan harga CPO. Kemarin, harga minyak naik untuk 3 hari berturut-turut, menyusul anjloknya cadangan minyak mentah Negeri Paman Sam serta, serta sinyal bahwa Organisasi Negara-Negara Pengekspor Minyak (OPEC) mungkin tidak akan menaikkan produksinya.

Kenaikan harga minyak dunia memang cenderung mengerek harga CPO. Biofuel merupakan salah satu substitusi utama bagi bahan bakar minyak (BBM). Saat harga minyak dunia melambung, produksi biofuel menjadi lebih ekonomis. Hal ini lantas menjadi sentimen meningkatnya permintaan CPO sebagai bahan baku biofuel.

Sebagai tambahan, angin segar bagi harga CPO juga datang dari meningkatnya ekspor minyak kelapa sawit sebesar 70% MtM pada periode 1-20 September, berdasarkan surveyor kargo AmSpec Agri Malaysia. Hal ini mengindikasikan permintaan CPO global sebenarnya masih sehat.

Sayangnya, sentimen lemahnya harga minyak kedelai dan meningkatnya stok di Malaysia, kembali mendominasi pada perdagangan sesi II ini. Harga CPO pun kembali terperosok ke zona merah.


(RHG/gus) Next Article Reli Berlanjut, Harga CPO di Titik Tertinggi Dalam 2 Pekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular