Mata Uang Asia Sudah Perkasa, Kenapa Rupiah Masih Loyo?

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
19 September 2018 17:03
Aturan Devisa Hasil Ekspor Masih Samar-samar
Ilustrasi Rupiah dan Dolar AS (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Namun situasi ini gagal dimanfaatkan oleh rupiah. Bahkan rupiah menyandang status sebagai mata uang dengan depresiasi terdalam di Asia pada hari ini. 

Jika sentimen domestik jadi pendorong penguatan baht, maka di Indonesia yang terjadi adalah sebaliknya. Sentimen domestik justru menjadi beban buat rupiah. 

Kementerian Perdagangan merilis aturan bahwa ekspor sejumlah komoditas wajib menggunakan Letters of Credit (L/C) dari perbankan nasional. Eksportir juga akan diwajibkan mengonversi hasil ekspornya ke rupiah.


Hal ini dilakukan untuk meningkatkan likuiditas valas di pasar dalam negeri sehingga diharapkan mampu menjadi penopang bagi penguatan rupiah. Akan tetapi, peraturan soal konversi devisa hasil ekspor itu perlu diselaraskan dengan lembaga lain seperti Kementerian Keuangan dan Bank Indonesia.

Suahasil Nazara, Kepala Badan Kebijakan Fiskal Kementerian Keuangan, mengungkapkan pihaknya bahkan belum mengetahui soal aturan dari Kementerian Perdagangan tersebut. "Belum tahu, belum ada pembahasan soal itu. Nanti akan di-update," kata Suahasil. 


BI pun merespons dengan nada yang kurang lebih sama. Mengutip Reuters, Deputi Gubernur Senior BI Mirza Adityaswara mengatakan BI belum berencana membuat aturan baru untuk menyelaraskan dengan peraturan Kementerian Perdagangan.  

Perkembangan ini membuat operasi penyelamatan rupiah menjadi samar-samar. Konversi devisa hasil ekspor adalah isu besar yang mampu berdampak signifikan terhadap rupiah. Namun kebijakan ini sepertinya masih jauh panggang dari api. 

Akibatnya, investor masih cenderung melepas rupiah karena kurang yakin terhadap prospek mata uang ini. Apalagi data defisit neraca perdagangan Agustus yang mencapai US$ 1,02 miliar masih lekat di benak pelaku pasar. Defisit neraca perdagangan yang lumayan dalam pada Juli-Agustus membuat transaksi berjalan pada kuartal III-2018 berpotensi kembali defisit cukup signifikan. 

TIM RISET CNBC INDONESIA

(aji/aji)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular