
Perdagangan Saham Sesi I Semarak, IHSG Menguat Nyaris 1%
Anthony Kevin, CNBC Indonesia
19 September 2018 12:47

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) menguat 0,99% ke level 5.869,51 hingga akhir sesi I. IHSG berhasil mengekor bursa saham utama kawasan Asia yang juga ditransaksikan di zona hijau: indeks Nikkei naik 1,31%, indeks Shanghai naik 1,25%, indeks Hang Seng naik 1,31%, dan indeks Strait Times naik 0,6%.
Transaksi berlangsung sangat ramai dengan volume sebanyak 6,21 miliar unit saham atau setara dengan 85,8% dari rata-rata volume transaksi harian sepanjang tahun ini (hingga perdagangan hari Senin, 17/9/2018) yang sejumlah 7,24 miliar unit. Nilai transaksi tecatat sebesar Rp 3,1 triliun, sementara frekuensi perdagangan adalah 250.046 kali.
Beberapa saham dengan kontribusi terbesar bagi kenaikan IHSG adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+2,53%), PT Astra International Tbk/ASII (+2,85%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+3,08%), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (+2,35%), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk/AMRT (+6,17%).
Eskalasi perang dagang AS-China tak menciutkan minat investor untuk masuk ke bursa saham Benua Kuning. Kini, China telah resmi mengumumkan balasan terhadap kebijakan pengenaan bea masuk baru oleh AS. China memutuskan untuk membalas dengan membebankan bea masuk 10% untuk importasi produk buatan AS senilai US$ 60 miliar, berlaku mulai 24 September.
"China terpaksa untuk merespons kebijakan AS yang proteksionistik. Kami tidak punya pilihan selain merespons dengan bea masuk," tegas pernyataan Kementerian Keuangan China, dikutip dari Reuters.
Ada 5.207 produk AS yang masuk daftar kena bea masuk baru ini, mulai dari gas alam cair (LNG), pesawat terbang, bubuk kakao, sampai sayuran beku.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Investor nampak lebih memilih untuk melihat sisi positif dari ronde terbaru perang dagang AS-China. Sikap Trump yang tak langsung mengenakan bea masuk senilai 25% memberikan persepsi bahwa pihak AS terus mencoba untuk membuka ruang negosiasi dengan China. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, AS pada minggu lalu telah mengirimkan surat kepada pihak China guna mencoba merencanakan sebuah negosiasi dagang.
Kemudian, aksi balasan dari China hanya menyasar barang-barang impor AS senilai US$ 60 miliar, jauh lebih kecil dari yang disasar oleh AS. Ini juga menandakan bahwa China masih memiliki etikat baik untuk menyelesaikan perang dagang yang terjadi.
Di sisi lain, penguatan IHSG dibatasi oleh pelemahan rupiah. Hingga akhir sesi 1, rupiah melemah 0,27% di pasar spot ke level Rp 14.890/dolar AS. Walaupun direspon positif di bursa saham, eskalasi perang dagang AS-China nampaknya tetap membuat dolar AS menjadi primadona.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Bursa Eropa Tetap Tegar
Transaksi berlangsung sangat ramai dengan volume sebanyak 6,21 miliar unit saham atau setara dengan 85,8% dari rata-rata volume transaksi harian sepanjang tahun ini (hingga perdagangan hari Senin, 17/9/2018) yang sejumlah 7,24 miliar unit. Nilai transaksi tecatat sebesar Rp 3,1 triliun, sementara frekuensi perdagangan adalah 250.046 kali.
Beberapa saham dengan kontribusi terbesar bagi kenaikan IHSG adalah: PT Unilever Indonesia Tbk/UNVR (+2,53%), PT Astra International Tbk/ASII (+2,85%), PT Gudang Garam Tbk/GGRM (+3,08%), PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk/INKP (+2,35%), dan PT Sumber Alfaria Trijaya Tbk/AMRT (+6,17%).
"China terpaksa untuk merespons kebijakan AS yang proteksionistik. Kami tidak punya pilihan selain merespons dengan bea masuk," tegas pernyataan Kementerian Keuangan China, dikutip dari Reuters.
Ada 5.207 produk AS yang masuk daftar kena bea masuk baru ini, mulai dari gas alam cair (LNG), pesawat terbang, bubuk kakao, sampai sayuran beku.
Sebelumnya, Presiden AS Donald Trump memutuskan untuk mengenakan bea masuk baru senilai 10% terhadap berbagai produk China senilai US$ 200 miliar (Rp 2.978 triliun) mulai 24 September 2018. Bea masuk tersebut kemudian akan naik menjadi 25% pada akhir tahun ini.
Investor nampak lebih memilih untuk melihat sisi positif dari ronde terbaru perang dagang AS-China. Sikap Trump yang tak langsung mengenakan bea masuk senilai 25% memberikan persepsi bahwa pihak AS terus mencoba untuk membuka ruang negosiasi dengan China. Seperti yang sudah diketahui sebelumnya, AS pada minggu lalu telah mengirimkan surat kepada pihak China guna mencoba merencanakan sebuah negosiasi dagang.
Kemudian, aksi balasan dari China hanya menyasar barang-barang impor AS senilai US$ 60 miliar, jauh lebih kecil dari yang disasar oleh AS. Ini juga menandakan bahwa China masih memiliki etikat baik untuk menyelesaikan perang dagang yang terjadi.
Di sisi lain, penguatan IHSG dibatasi oleh pelemahan rupiah. Hingga akhir sesi 1, rupiah melemah 0,27% di pasar spot ke level Rp 14.890/dolar AS. Walaupun direspon positif di bursa saham, eskalasi perang dagang AS-China nampaknya tetap membuat dolar AS menjadi primadona.
Apalagi, defisit neraca dagang Indonesia pada bulan lalu diumumkan oleh Badan Pusat Statistik (BPS) sebesar US$ 1,02 miliar, lebih besar dari konsensus yang dihimpun CNBC Indonesia sebesar US$ 645 juta. Lebarnya defisit neraca dagang lantas berpotensi kembali menekan defisit neraca berjalan/current account defisit (CAD) kuartal-III 2018.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ank/hps) Next Article Jelang Rilis Data Inflasi AS, Bursa Eropa Tetap Tegar
Most Popular