
Dolar AS Rp 14.910, Rupiah Terlemah Sejak Awal September
Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
17 September 2018 15:14

Sementara dari dalam negeri, rupiah juga terbeban oleh rilis data perdagangan internasional. Badan Pusat Statistik (BPS) melaporkan, pada Agustus 2018 ekspor tumbuh 4,15% year-on-year (YoY) sementara impor melonjak 24,65%. Ini membuat neraca perdagangan defisit US$ 1,02 miliar.
Defisit neraca perdagangan akan mengancam transaksi berjalan (current account). Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatat defisit yang cukup dalam yaitu 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Neraca perdagangan Juli-Agustus yang defisit lumayan dalam membuat kemungkinan transaksi berjalan pada kuartal III-2018 akan bernasib serupa dengan kuartal sebelumnya.
Transaksi berjalan menggambarkan devisa yang masuk ke sebuah negara dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari sektor ini lebih bisa diandalkan karena relatif lebih bertahan lama (sustain) ketimbang hot money di pasar keuangan.
Oleh karena itu, transaksi berjalan menjadi indikator utama kekuatan nilai tukar suatu mata uang. Ketika investor melihat ada prospek transaksi berjalan Indonesia kembali defisit pada kuartal III-2018, maka nasib rupiah pun jadi sorotan.
Rupiah akan sulit menguat jika transaksi berjalan kembali defisit, sehingga tekanan jual akan melanda rupiah dan instrumen berbasis mata uang ini. Investor mana yang mau memegang aset yang nilainya kemungkinan besar akan turun?
Dihantam sentimen negatif dari dalam dan luar negeri, rupiah pun semakin melemah. Hasilnya, rupiah kembali terdampar di zona Rp 14.900/US$ setelah lebih dari sepekan tidak merasakannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Defisit neraca perdagangan akan mengancam transaksi berjalan (current account). Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatat defisit yang cukup dalam yaitu 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Neraca perdagangan Juli-Agustus yang defisit lumayan dalam membuat kemungkinan transaksi berjalan pada kuartal III-2018 akan bernasib serupa dengan kuartal sebelumnya.
Transaksi berjalan menggambarkan devisa yang masuk ke sebuah negara dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari sektor ini lebih bisa diandalkan karena relatif lebih bertahan lama (sustain) ketimbang hot money di pasar keuangan.
Rupiah akan sulit menguat jika transaksi berjalan kembali defisit, sehingga tekanan jual akan melanda rupiah dan instrumen berbasis mata uang ini. Investor mana yang mau memegang aset yang nilainya kemungkinan besar akan turun?
Dihantam sentimen negatif dari dalam dan luar negeri, rupiah pun semakin melemah. Hasilnya, rupiah kembali terdampar di zona Rp 14.900/US$ setelah lebih dari sepekan tidak merasakannya.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(aji/aji)
Pages
Most Popular