Bengkak di Triwulan III, CAD 2018 Diproyeksi 2,6% PDB

Arys Aditya, CNBC Indonesia
17 September 2018 13:09
Pemerintah memproyeksikan defisit transaksi berjalan alias current account deficit/CAD sepanjang 2018 akan mencapai 2,6% dari PDB
Foto: Darmin Nasution Jelaskan Defisit Neraca Transaksi Berjalan (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pemerintah memproyeksikan defisit transaksi berjalan aliasĀ current account deficit/CAD sepanjang 2018 akan mencapai 2,6% dari PDB (produk domestik bruto).

Menteri Perekonomian Darmin Nasution mengungkapkan CAD terhadap PDB pada triwulan I dan II berada pada 2,6-2,7% terhadap PDB.

"Nah kalau dilihat kecenderungan, akan besar di triwulan III. Paling akhir tahun 2018 kami perkirakan 2,5-2,6% PDB. Itu akumulasi tahunan," papar Darmin di Istana Negara, Senin (17/9/2018).
Bengkak di Triwulan III, CAD 2018 Diproyeksi 2,6% PDBFoto: Ilustrasi aktivitas bongkar muat di Jakarta International Container Terminal (JICT), Tanjung Priok, Jakarta Utara. (CNBC Indonesia/Andrean Kristianto)

Pada Juli, defisit perdagangan mencapai US$ 2,03 miliar karena ekspor tumbuh 19,33% YoY sementara impor melonjak 31,56% YoY.

Tim Riset CNBC Indonesia membuat laporan, meski defisit perdagangan Agustus lebih baik ketimbang Juli, tetapi tetap saja jauh di atas konsensus pasar. Akibatnya, pasar keuangan Indonesia perlu waspada menghadapi ancaman aksi jual. Sebab, defisit neraca perdagangan akan mengancam transaksi berjalan (current account).

Pada kuartal II-2018, transaksi berjalan mencatat defisit yang cukup dalam yaitu 3,04% dari Produk Domestik Bruto (PDB). Neraca perdagangan Juli-Agustus yang defisit lumayan dalam membuat kemungkinan transaksi berjalan pada kuartal III-2018 akan bernasib serupa dengan kuartal sebelumnya.

Transaksi berjalan menggambarkan devisa yang masuk ke sebuah negara dari aktivitas ekspor-impor barang dan jasa. Devisa dari sektor ini lebih bisa diandalkan karena relatif lebih bertahan lama (sustain) ketimbang hot money di pasar keuangan.

Oleh karena itu, transaksi berjalan menjadi indikator utama kekuatan nilai tukar suatu mata uang. Saat transaksi berjalan menderita defisit, maka boleh dibilang tidak ada pijakan bagi mata uang tersebut untuk menguat karena saat ini aliran modal di sektor keuangan tersedot ke Negeri Adidaya akibat tren kenaikan suku bunga.

Ketika investor melihat ada prospek transaksi berjalan Indonesia kembali defisit pada kuartal III-2018, maka nasib rupiah pun jadi sorotan. Rupiah akan sulit menguat jika transaksi berjalan kembali defisit, sehingga tekanan jual akan melanda rupiah dan instrumen berbasis mata uang ini. Investor mana yang mau memegang aset yang nilainya kemungkinan besar akan turun?



Sementara, Ekonom Bank Mandiri Andry Asmoro memprediksi CAD pada akhir tahun 2018 sekitar 2,4%.

Itu terdorong oleh penyempitan defisit neraca perdagangan pada Agustus, menjadi US$ 1,02 miliar. Selain itu, dia memperkirakan penyempitan terjadi karena puncak pembayaran utang luar negeri pemerintah telah berlalu.

"Neraca perdagangan Agustus membuat secara year-to-date defisit mencapai US$ 4,09 miliar, lebih rendah dibandingkan periode sama tahun lalu yang surplus US$ 9,07 miliar," jelas Andry.

Defisit neraca perdagangan yang menyempit pada bulan Agustus terjadi karena dua hal. Pertama, walau total volume ekspor secara bulanan turun 11,8%, harga ekspor rata-rata meningkat, 10,16% atas migas dan 6,38% untuk non-migas.

"Sementara itu, harga impor rata-rata mengalami penurunan sebesar 8,12% secara bulanan," tambah Andry.

Pada periode yang sama, dia memperkirakan cadangan devisa akan turun jauh dibanding tahun-tahun lalu, yakni menjadi US$ 113 miliar. Jauh lebih rendah dari posisi 2017, US$ 130 miliar.



(dru/dru) Next Article Faisal Basri: Impor Kita Dahsyat! Ada Gula, Garam & Beras

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular