
Analis: Sentimen Negatif Mereda, IHSG Mampu Menguat Terbatas
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
12 September 2018 08:22

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) mengawali pekan ini hari Senin (10/9/2018) dengan ditutup melemah 0,35% ke level 5.831,11 poin. Pelaku pasar kembali melakukan aksi jualnya akibat minimnya sentimen positif.
Pelemahan rupiah masih menjadi alasan pelaku pasar enggan masuk sementara waktu. Aksi jual pada saham-saham perbankan dan infrastruktur kian menekan IHSG.
Namun, para analis memperkirakan IHSG hari ini, Rabu (12/9/2018), akan bergerak menuju penguatan namun dalam rentang konsolidasi wajar dan cukup moderat (terbatas).
Analis dari Indosurya Sekuritas William Surya Wijaya mengatakan rilis data penjualan eceran yang terlansir adalah salah satu faktor yang menunjukkan bahwa kondisi perekonomian masih berada dalam kondisi stabil sehingga potensi kenaikan IHSG masih terbuka cukup lebar.
"Momentum koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi pembelian meningat IHSG dalam jangka panjang masih uptrend. Hari ini IHSG berpotensi melaju naik," ujar William.
Sedangkan Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada menambahkan IHSG dapat bertahan di atas support di level 5.815-5.822 dan resisten diharapkan dapat menyentuh kisaran 5.847-5.858.
"Pasca-menguat, laju IHSG memperlihatkan adanya pembalikan arah sehingga membuka peluang pelemahan lanjutan. Diharapkan aksi jual kian berkurang sehingga IHSG mampu bertahan dari potensi pelemahan kembali," ungkap Reza.
Sedangkan para analis dari Kiwoom Sekuritas menambahkan ditengah gonjang-ganjingnya berita krisis Indonesia akhir akhir ini, Nomura Holding memberikan informasi bahwa Indonesia memiliki risiko terkecil di antara negara emerging market lainnya.
"Tentu hal ini sesuatu yang harus kita sambut baik karena lembaga keuangan dari luar negeri sudah membuat analisis menggunakan methodology Democles di mana Democles ini yang menghitung inflasi, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dan cadangan devisa. Hal ini jugalah yang akan mendorong kekhawatiran pasar untuk dapat mereda," menurut catatan riset dari Kiwoom.
(prm) Next Article Menerka Nasib IHSG di Akhir Tahun, Kabar Baik atau Buruk?
Pelemahan rupiah masih menjadi alasan pelaku pasar enggan masuk sementara waktu. Aksi jual pada saham-saham perbankan dan infrastruktur kian menekan IHSG.
Namun, para analis memperkirakan IHSG hari ini, Rabu (12/9/2018), akan bergerak menuju penguatan namun dalam rentang konsolidasi wajar dan cukup moderat (terbatas).
"Momentum koreksi wajar masih dapat dimanfaatkan untuk melakukan akumulasi pembelian meningat IHSG dalam jangka panjang masih uptrend. Hari ini IHSG berpotensi melaju naik," ujar William.
Sedangkan Pengamat Pasar Modal Asosiasi Analis Efek Indonesia (AAEI) Reza Priyambada menambahkan IHSG dapat bertahan di atas support di level 5.815-5.822 dan resisten diharapkan dapat menyentuh kisaran 5.847-5.858.
"Pasca-menguat, laju IHSG memperlihatkan adanya pembalikan arah sehingga membuka peluang pelemahan lanjutan. Diharapkan aksi jual kian berkurang sehingga IHSG mampu bertahan dari potensi pelemahan kembali," ungkap Reza.
Sedangkan para analis dari Kiwoom Sekuritas menambahkan ditengah gonjang-ganjingnya berita krisis Indonesia akhir akhir ini, Nomura Holding memberikan informasi bahwa Indonesia memiliki risiko terkecil di antara negara emerging market lainnya.
"Tentu hal ini sesuatu yang harus kita sambut baik karena lembaga keuangan dari luar negeri sudah membuat analisis menggunakan methodology Democles di mana Democles ini yang menghitung inflasi, defisit transaksi berjalan atau current account deficit (CAD) dan cadangan devisa. Hal ini jugalah yang akan mendorong kekhawatiran pasar untuk dapat mereda," menurut catatan riset dari Kiwoom.
(prm) Next Article Menerka Nasib IHSG di Akhir Tahun, Kabar Baik atau Buruk?
Most Popular