RI Tirulah Thailand, Ekonomi Berkualitas Meski Politik Panas

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
06 September 2018 20:58
RI Tirulah Thailand, Ekonomi Berkualitas Meski Politik Panas
Ilustrasi Bendera Thailand (Reuters)
Jakarta, CNBC Indonesia - Thailand kini menjadi kekuatan ekonomi yang patut diperhitungkan di ASEAN maupun Asia secara keseluruhan. Ekonomi Thailand terlihat stabil dan kuat, padahal kerap dilanda gaduh politik. 

Rezim pemerintahan di Thailand datang dan pergi dengan relatif cepat. Pergantian rezim bahkan sering terjadi bukan melalui pemilu melainkan kekuatan massa. Tidak jarang militer turut campur, sesuatu yang sebenarnya agak diharamkan di tengah dominasi politik supremasi sipil. 

Kini pemerintahan Negeri Gajah Putih dipimpin oleh Perdana Menteri Prayut Chan-o-cha. Dia mulai memimpin pada 2014 melalui kudeta militer yang menggulingkan pemerintahan sementara sepeninggal Yingluck Sinawatra. 

Gonjang-ganjing politik yang berujung pada penggulingan pemerintah seolah menjadi hal yang biasa di Thailand. Sejak 1932, Thailand sudah mengalami 19 kali kudeta. Situasi seperti ini biasanya membuat investor cemas dan menghindar.  


Namun tidak di Thailand. Walau sejarah negara ini dihiasi dengan kudeta, tetapi investor tetap mau masuk. Pada 2017, nilai investasi asing di sektor riil (Foreign Direct Investment/FDI) yang masuk ke Thailand adalah US$ 7,94 miliar atau meroket 159,34% dibandingkan tahun sebelumnya. 

 

Tidak hanya investor, turis pun tetap berdatangan ke negara yang tidak pernah merasakan pedihnya penjajahan ini. Dalam setahun terakhir, rata-rata jumlah turis asing yang plesiran ke Thailand adalah 3,13 juta orang. Sementara di Indonesia, rata-rata kunjungan wisatawan asing dalam setahun terakhir adalah 908.113. 



Oleh karena itu, panasnya suhu politik dan pemerintahan di Thailand sepertinya tidak menyurutkan geliat ekonomi di negara tersebut. Bahkan industri manufaktur di sana begitu bergairah, sampai-sampai Thailand dinobatkan sebagai hub industri otomotif di ASEAN. 

Ekonomi Thailand yang tahan terhadap panasnya politik sering diibaratkan sebagai teflon, bahan penggorengan yang anti panas. Julukan 'teflon Thailand' memang cocok disematkan kepada mereka.

 Apa yang membuat ekonomi Thailand seperti panci teflon? 

Ada beberapa penjelasan. Pertama, pemerintah Thailand (siapapun yang memimpin) punya perhatian terhadap pengembangan infrastruktur.  

Pada 2017, belanja infrastruktur pemerintah mencapai 170 miliar baht atau sekira Rp 77 triliun. Jumlah ini diperkirakan meningkat menjadi 190 miliar baht (Rp 86,21 triliun) pada 2018.

Melalui pembangunan infrastruktur, ekonomi Thailand menjadi efisien, tidak ada ekonomi biaya tinggi karena masalah distribusi. Thailand juga mengembangkan kawasan industri yang dekat dengan fasilitas transportasi. Pabrik, gudang, sampai pelabuhan dibangun dalam lokasi yang berdekatan. 

Akibatnya, industri manufaktur berkembang pesat. Kontribusi sektor industri terhadap pembentukan Produk Domestik Bruto (PDB) di Thailand mencapai 35,03% pada 2018. 

Faktor kedua adalah keseriusan Thailand dalam pengembangan pariwisata. Thailand mampu mengemas berbagai destinasi wisata secara menarik. Bahkan pasar malam sederhana seperti Chatuchak saja punya pamor yang luar biasa karena promosi yang menarik dan mengglobal. 

Tidak hanya itu, infrastruktur penunjang pariwisata pun digarap secara serius. Untuk semakin memanjakan para turis, Thailand membuka bandara Suvarnabhumi pada 2006. Kini Suvarnabhumi jadi salah satu bandara tersibuk di dunia, di mana tahun lalu melayani 129,2 juta penumpang. 

Selain bandara, fasilitas transportasi di Thailand juga berkembang baik. Thailand memiliki jalur kereta api yang maju dengan panjang total mencapai 4.043 km. Turis tidak perlu bingung soal transportasi publik. 

Jalan raya juga terus dikembangkan, yang hingga saat ini panjangnya mencapai 180.053 km. Jalan layang susun juga sudah menjadi pemandangan yang jamak di sana. 

Oleh karena itu, pariwisata menjadi kontributor penting dalam perekonomian Thailand. Menurut World Tourism Council, dampak industri pariwisata terhadap perekonomian Thailand (baik langsung maupun tidak langsung) mencapai 21,2% dalam pembentukan PDB pada 2017. Untuk tahun ini, kontribusinya diperkirakan naik menjadi 22,1%. 

Faktor ketiga, di luar sisi ekonomi, adalah eksistensi raja sebagai pemersatu negara. Pemerintahan boleh bertumbangan, tetapi raja tetap menjadi simbol dan pemimpin negara. 

Jadi walau politik Thailand sering gaduh, tetapi pada akhirnya akan reda sesuai titah Sang Raja. Saat raja sudah memberi restu, baru sebuah pemerintahan sudah terbentuk. 

Setidaknya tiga faktor inilah yang membuat Thailand begitu tangguh. Dihadang badai politik seperti apapun, ekonomi Thailand tetap mampu bertahan dan menarik minat investor maupun wisatawan. 

Teflon Thailand memang anti panas...

TIM RISET CNBC INDONESIA
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular