Analisis Teknikal

Luar-Dalam Hajar IHSG, Ini Prediksi Pasar Sesi II

Yazid Muamar, CNBC Indonesia
05 September 2018 13:28
IHSG merosot 191 poin (-3,25%) ke 5.713 pada setengah hari pertama perdagangan pada Rabu (5/9/2018), posisi terlemah sepanjang 2018.
Foto: CNBC Indonesia/ Andrean Kristianto
Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup merosot 191 poin (-3,25%) ke level 5.713 pada setengah hari pertama perdagangan pada Rabu (5/9/2018). Menjadikan indeks pada posisi terlemah sejak awal Juli 2018.

Semua sektor turun, dengan indeks sektor keuangan turun 3,13% memberikan sumbangan penurunan 54 poin bagi IHSG, disusul sektor konsumer yang terkoreksi 3,62% memberikan 43 poin pelemahan, menjadikan kedua sektor tersebut sebagai pemberat indeks siang ini.

Koreksi pada sektor-sektor IHSG terkait erat dengan sentimen global di mana mata uang dari beberapa negara mengalami depresiasi sangat parah seperti yang terjadi di Venezuela, Argentina, Turki dan yang terakhir Afrika Selatan.

Rupiah pun terdepresiasi sebesar 10% secara tahun berjalan (year to date/YTD) menjadikannya sebagai mata uang terlemah ke-8 di dunia setelah Swedia.

Hingga pukul 12:00 WIB di pasar spot, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.925 atau melemah 0,03% dibandingkan penutupan kemarin, menjadikan rupiah terlemah sejak krisis moneter 1998.

Mengutip data RTI, Investor asing kembali membukukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 338 miliar, lebih tinggi dibandingkan dengan net sell setengah hari kemarin sebesar Rp 39 miliar di pasar reguler.

Lalu, bagaimana dengan pergerakan IHSG pada sesi dua? Tim Riset CNBC Indonesia melakukan analisis secara teknikal sebagai berikut:
Sentimen Negatif Global Membanting IHSG. Ini Prediksi Sesi IIFoto: Sumber: Reuters
Kami memprediksi IHSG pada sesi II akan cenderung melemah, terlihat para penjual (seller) sangat mendominasi perdagangan hingga indeks ditutup turun dengan grafik berbentuk lilin hitam panjang (long black candle) yang memberikan sinyal penurunan sedang.

Indeks cenderung tertekan dalam dalam jangka menengah, mengingat bergerak di bawah garis rerata harga selama 10, 20 dan 50 harinya (MA 10, MA 20 dan MA 50) menurut indikator teknikal rerata pergerakan harga (moving average/MA).

Tren jangka pendeknya juga terlihat menurun menurut indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD), karena itu indeks diperkirakan masih akan melemah.

TIM RISET CNBC INDONESIA

(ags/ags) Next Article IHSG Diselimuti Awan Hitam, Sesi II Masih Cenderung Melemah

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular