
Analisis Teknikal
IHSG Menguat di Sesi I Melawan Tren, Berikut Prediksi Sesi II
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
06 September 2018 13:11

Jakarta, CNBC Indonesia - Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) ditutup menguat 7 poin (+0,13%) ke level 5.691 pada setengah hari pertama perdagangan Rabu (6/9/2018). IHSG menguat secara teknikal (technical rebound) setelah penurunan dalam pada perdagangan kemarin.
Indeks sektor aneka industri menjadi pemberat IHSG dengan penurunan 1,52%, memberikan sumbangan penurunan 4.5 poin bagi IHSG. Lain halnya dengan indeks sektor konsumer yang menguat 1,26% dan memberikan 14 poin penguatan terhadap IHSG siang ini.
Indeks bursa saham acuan ini masih diselimuti sentimen negatif menyusul tumbangnya beberapa mata uang negara berkembang lainnya seperti bolivar (Venezuela), Peso (Argentina), Turki (Lira) dan Rand (Afrika Selatan) terhadap mata uang yang sama.
Rupiah pun terdepresiasi sebesar 10% secara tahun berjalan (year to date/YTD) dan sempat melampaui level Rp 14.900 per dolar Amerika Serikat (AS) menjadikannya sebagai mata uang terlemah ke-8 di dunia setelah Swedia.
Hingga pukul 12:00 WIB di pasar spot, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.892 atau menguat 0,25% dibandingkan penutupan kemarin. Meski menguat, rupiah masih dibayangi penurunan mengingat AS akan merilis beberapa data pada awal bulan ini yang berpotensi memperkuat greenback.
Mengutip data RTI, investor asing kembali membukukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 238 miliar. Lalu, bagaimana dengan pergerakan IHSG pada sesi dua? Tim Riset CNBC Indonesia melakukan analisis secara teknikal sebagai berikut:
Pada sesi II, kami memprediksi IHSG akan cenderung melemah, dimulai dengan grafik berbentuk palu (hammer) meski memberikan sinyal menguat dengan sifat yang cenderung lemah. Pola itu terbentuk setelah pembeli (buyer) kembali mendominasi perdagangan.
Indeks cenderung tertekan dalam dalam jangka menengah dengan bergerak di bawah garis rerata harga selama 10, 20 dan 50 harinya (MA 10, MA 20 dan MA 50) menurut indikator rerata pergerakan harga (moving average/MA).
Tren jangka pendeknya juga terlihat menurun menurut indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD), karena itu indeks diperkirakan masih akan melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Menerka Nasib IHSG di Akhir Tahun, Kabar Baik atau Buruk?
Indeks sektor aneka industri menjadi pemberat IHSG dengan penurunan 1,52%, memberikan sumbangan penurunan 4.5 poin bagi IHSG. Lain halnya dengan indeks sektor konsumer yang menguat 1,26% dan memberikan 14 poin penguatan terhadap IHSG siang ini.
Indeks bursa saham acuan ini masih diselimuti sentimen negatif menyusul tumbangnya beberapa mata uang negara berkembang lainnya seperti bolivar (Venezuela), Peso (Argentina), Turki (Lira) dan Rand (Afrika Selatan) terhadap mata uang yang sama.
Hingga pukul 12:00 WIB di pasar spot, US$1 ditransaksikan pada Rp 14.892 atau menguat 0,25% dibandingkan penutupan kemarin. Meski menguat, rupiah masih dibayangi penurunan mengingat AS akan merilis beberapa data pada awal bulan ini yang berpotensi memperkuat greenback.
Mengutip data RTI, investor asing kembali membukukan penjualan bersih (net sell) sebesar Rp 238 miliar. Lalu, bagaimana dengan pergerakan IHSG pada sesi dua? Tim Riset CNBC Indonesia melakukan analisis secara teknikal sebagai berikut:
![]() |
Indeks cenderung tertekan dalam dalam jangka menengah dengan bergerak di bawah garis rerata harga selama 10, 20 dan 50 harinya (MA 10, MA 20 dan MA 50) menurut indikator rerata pergerakan harga (moving average/MA).
Tren jangka pendeknya juga terlihat menurun menurut indikator rerata pergerakan konvergen dan divergen (moving average convergence divergence/ MACD), karena itu indeks diperkirakan masih akan melemah.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/ags) Next Article Menerka Nasib IHSG di Akhir Tahun, Kabar Baik atau Buruk?
Most Popular