
Rupiah Anjlok, Sebulan Net Sell Asing Capai Rp 2,67 T
alfado agustio, CNBC Indonesia
04 September 2018 15:14

Jakarta, CNBC Indonesia- Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) menjadi kabar buruk buat pasar saham. Aksi jual oleh investor asing pun marak terjadi, sehingga mendorong indeks saham mengalami penurunan.
Pada Selasa (4/9/2018) pukul 14:50 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di posisi 5.916,03 atau turun 0,86% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
Bahkan dalam sebulan terakhir, IHSG anjlok hingga 3% lebih. Pergerakan ini memang sejalan dengan depresiasi rupiah yang mencapai 3,21%.
Pelemahan rupiah menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor asing untuk berinvestasi Indonesia. Ini disebabkan, berinvestasi di aset-aset berdenominasi mata uang tersebut menjadi kurang menguntungkan. Hal ini terlihat dari akumulasi jual bersih (net sell) investor asing dalam sebulan terakhir yang mencapai Rp 2,67 T.
Pelemahan rupiah didorong oleh kuatnya faktor global. Mulai dari sinyal kuat kenaikan suku bunga acuan oleh Federal Reserve/The Fed pada akhir September mendatang hingga anjloknya mata uang negara-negara berkembang.
Sinyal kuat kenaikan suku bunga The Fed, seiring rilis data inflasi inti bulan agustus yang mencapai target sebesar 2%. Pesatnya pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam, memang berdampak kepada kenaikan harga di tingkat konsumen. Permintaan yang meningkat, mendorong harga naik dan berpengaruh terhadap pergerakan tingkat inflasi.
Inflasi yang telah mencapai target, cukup menjadi pertimbangan The Fed untuk sesegera mungkin menaikkan suku bunga acunnya, setelah pada dua pertemuan terakhir rencana tersebut tidak dieksekusi.
Di sisi lain, krisis mata uang yang terjadi di Turki dan Argentina juga menambah beban lainnya. Dalam sebulan terakhir, lira telah melemah hingga 24,89% terhadap dolar AS. Senasib dengan lira, peso Argentina juga melemah hingga 38,46%.
Anjloknya mata uang negara-negara tersebut menyebabkan investor global khawatir. Akibatnya, mereka mulai menarik dana-dananya dari negara berkembang termasuk Indonesia. Pergerakan IHSG pun terdampak, sehingga anjlok hingga 3% lebih hanya dalam sebulan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Pada Selasa (4/9/2018) pukul 14:50 WIB, Indeks Harga Saham Gabungan (IHSG) berada di posisi 5.916,03 atau turun 0,86% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin.
![]() |
Pelemahan rupiah menjadi pertimbangan tersendiri bagi investor asing untuk berinvestasi Indonesia. Ini disebabkan, berinvestasi di aset-aset berdenominasi mata uang tersebut menjadi kurang menguntungkan. Hal ini terlihat dari akumulasi jual bersih (net sell) investor asing dalam sebulan terakhir yang mencapai Rp 2,67 T.
Sinyal kuat kenaikan suku bunga The Fed, seiring rilis data inflasi inti bulan agustus yang mencapai target sebesar 2%. Pesatnya pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam, memang berdampak kepada kenaikan harga di tingkat konsumen. Permintaan yang meningkat, mendorong harga naik dan berpengaruh terhadap pergerakan tingkat inflasi.
Inflasi yang telah mencapai target, cukup menjadi pertimbangan The Fed untuk sesegera mungkin menaikkan suku bunga acunnya, setelah pada dua pertemuan terakhir rencana tersebut tidak dieksekusi.
Di sisi lain, krisis mata uang yang terjadi di Turki dan Argentina juga menambah beban lainnya. Dalam sebulan terakhir, lira telah melemah hingga 24,89% terhadap dolar AS. Senasib dengan lira, peso Argentina juga melemah hingga 38,46%.
Anjloknya mata uang negara-negara tersebut menyebabkan investor global khawatir. Akibatnya, mereka mulai menarik dana-dananya dari negara berkembang termasuk Indonesia. Pergerakan IHSG pun terdampak, sehingga anjlok hingga 3% lebih hanya dalam sebulan.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(alf/hps) Next Article Pergerakan IHSG dan Rupiah Jelang Akhir Pekan
Most Popular