
IHSG Volatil, BEI: Ini Sentimen Rupiah
Monica Wareza, CNBC Indonesia
04 September 2018 11:24

Jakarta, CNBC Indonesia - Bursa Efek Indonesia (BEI) menyebutkan saat ini kondisi market yang volatil cenderung melemah disebabkan oleh kondisi rupiah yang masih bergerak melemah dari dolar Amerika Serikat.
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Laksono Widito Widodo mengatakan kondisi rupiah dan sentimen dari Amerika ditambah dengan krisis yang terjadi di Turki dan Argentina menjadi berdampak ke negara berkembang lainnya termasuk Indonesia.
"Yang membuat sentimen naik turun itu perbaikan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tapi kan ini dimana-mana terjadi juga," kata Laksono di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (4/9).
Dia menjelaskan bahwa kondisi krisis yang saat ini terjadi di Turki dan Argentina juga menjadi salah satu sentimen negatif kepada negara berkembang seperti Indonesia.
"Yang terjadi di Argentina dan Turki sentimen yang seperti itu jadi kena impact negara berkembang. Karena ini kan basket kalau satu dikurangi jadi yang lain harus kurang," jelas dia.
Menurut dia, justru kondisi emiten yang saat ini sudah tercatat di BEI justru mengalami pertumbuhan yang baik sepanjang semester I-2018. Hal itu dibuktikan dengan pergerakan indeks yang hampir menyentuh level 6.000 pada paruh pertama tahun ini.
Satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk kembali bisa menarik minat investor kembali ke pasar saham dalam negeri adalah dengan membuat investor yakin bahwa saat Indonesia tak berada dalam kondisi krisis.
"Kita serahkan kepada investor karena kita bukan lagi kondisi krisis," imbuh dia.
(roy) Next Article VIDEO : Bos BEI Bicara Depresiasi Rupiah dan Anjloknya IHSG
Direktur Perdagangan dan Pengaturan Anggota Bursa Laksono Widito Widodo mengatakan kondisi rupiah dan sentimen dari Amerika ditambah dengan krisis yang terjadi di Turki dan Argentina menjadi berdampak ke negara berkembang lainnya termasuk Indonesia.
"Yang membuat sentimen naik turun itu perbaikan rupiah terhadap dolar Amerika Serikat tapi kan ini dimana-mana terjadi juga," kata Laksono di Gedung Bursa Efek Indonesia, Jakarta, Selasa (4/9).
"Yang terjadi di Argentina dan Turki sentimen yang seperti itu jadi kena impact negara berkembang. Karena ini kan basket kalau satu dikurangi jadi yang lain harus kurang," jelas dia.
Menurut dia, justru kondisi emiten yang saat ini sudah tercatat di BEI justru mengalami pertumbuhan yang baik sepanjang semester I-2018. Hal itu dibuktikan dengan pergerakan indeks yang hampir menyentuh level 6.000 pada paruh pertama tahun ini.
Satu-satunya cara yang bisa dilakukan untuk kembali bisa menarik minat investor kembali ke pasar saham dalam negeri adalah dengan membuat investor yakin bahwa saat Indonesia tak berada dalam kondisi krisis.
"Kita serahkan kepada investor karena kita bukan lagi kondisi krisis," imbuh dia.
(roy) Next Article VIDEO : Bos BEI Bicara Depresiasi Rupiah dan Anjloknya IHSG
Most Popular