Masih Ada 'Kanker' yang Bikin Rupiah Sulit Menguat

Hidayat Setiaji, CNBC Indonesia
04 September 2018 12:47
Faktor Domestik Ikut Tekan Rupiah
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Itu dari sisi eksternal yang di luar kuasa Indonesia. Namun sebenarnya rupiah juga terbeban oleh faktor domestik yaitu transaksi berjalan (current account). 

Transaksi berjalan adalah neraca yang menggambarkan arus devisa dari perdagangan barang dan jasa. Devisa dari sisi ini dianggap lebih mumpuni, lebih mampu menopang nilai tukar dalam jangka panjang karena tidak mudah keluar-masuk seperti portofolio di sektor keuangan. 

Malang bagi Indonesia. Sejak 2011, Indonesia tidak pernah mengalami surplus di neraca ini. Artinya, devisa dari sisi ekspor barang dan jasa lebih banyak yang keluar ketimbang yang masuk. Dampaknya, rupiah seakan berdiri tanpa pijakan yang kuat. 

 

Saat ini investor global sepertinya tengah menyoroti transaksi berjalan di negara-negara berkembang. Pasalnya, arus modal portofolio hampir dipastikan kering karena tersedot ke AS. Oleh karena itu, semestinya memang transaksi berjalan yang menopang nilai tukar. 

Faktor ini ini yang membuat selama beberapa waktu terakhir investor cenderung meninggalkan negara-negara berkembang dengan transaksi berjalan yang defisit. Sebab, negara yang mengidap 'penyakit' itu akan sulit mengalami apresiasi kurs karena memang tidak ada yang menopang. 

Diawali dari Turki, aksi jual berlanjut ke Argentina. Dalam sebulan terakhir, mata uang lira Turki anjlok 24,18% sementara peso Argentina merosot 38,45%. Rupiah juga melemah, tetapi 'hanya' 2,99%. 

Sementara negara-negara yang mencatat surplus di transaksi perdagangan nasibnya lebih baik. Misalnya dolar Singapura yang hanya terdepresiasi 0,39%, ringgit Malaysia melemah 1,39%, bahkan baht Thailand mampu menguat 1,8%. Andai saja Indonesia tidak mengalami defisit transaksi berjalan, mungkin rupiah tidak perlu melemah sedalam sekarang.  

NEXT


(aji/roy)
Pages

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular