
Sanksi AS Tahan Ekspor Iran, Harga Minyak Balik ke Zona Hijau
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
03 September 2018 18:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Harga minyak jenis brent kontrak pengiriman November 2018 menguat 0,58% ke level US$78,09/barel, sementara harga minyak light sweet kontrak Oktober 2018 juga terkoreksi sebesar 0,20% ke US$69,94/barel, hingga pukul 18.15 WIB hari ini.
Dengan pergerakan itu, harga minyak berbalik arah ke zona hijau pasca tadi pagi kompak terjebak di zona merah. Sebagai informasi, hingga pukul 11.00 WIB tadi pagi, harga sang emas hitam masih kompak melemah di kisaran 0,4%.
BACA: Produksi AS dan OPEC Naik, Harga Minyak Loyo di Awal Pekan
Adalah sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran yang kembali mengambil alih jalannya perdagangan hari ini. Sentimen ini mampu mengungguli bertambahnya pasokan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan AS.
Edward Bell, analis dari NBD Bank di Dubai menyampaikan bahwa pasokan dari Iran mulai terbatas oleh adanya sanksi dari Negeri Paman Sam. "Produksi Iran sudah menunjukkan sinyal penurunan, jatuh sekitar 150.000 barel/hari pada bulan lalu [...] (seiring) importir barel (minyak) dari Iran telah berhenti mengambil pengiriman," ujar Bell, seperti dikutip dari Reuters.
Meski Teheran sudah memberikan diskon lumayan besar, total volume minyak mentah (termasuk kondensat) yang diekspor Iran diestimasikan hanya sekitar 64 juta barel, atau 2,06 juta barel/hari, pada bulan Agustus 2018.
Jumlah itu turun lumayan signifikan dari puncaknya di April 2018, yakni sebesar 92,8 juta barel atau 3,09 juta barel/hari.
Teranyar, perusahaan minyak besar Jepang sedang bersiap untuk menangguhkan impor minyak mentah dari Iran pada bulan Oktober, akibat ancaman Washington yang akan memberikan sanksi kepada negara-negara yang mengimpor minyak mentah Iran, seperti dilaporkan media lokal Negeri Sakura, mengutip AFP.
Hal ini lantas memberikan persepsi bahwa pasokan minyak global akan seret. Akhirnya, sentimen ini mampu mengerek naik harga minyak pada hari ini.
Meski demikian, sentimen negatif juga sebenarnya ada di permukaan. Produksi OPEC pada periode Juli-Agustus 2018 bertambah 220.000 barel/hari ke angka 32,79 juta barel/hari pada periode Juli-Agustus, berdasarkan survei dari Reuters.
Dengan capaian tersebut, produksi kartel minyak itu sudah mencapai volume tertingginya di tahun 2018 ini. Peningkatan itu disumbang oleh pulihnya produksi minyak di Libya, serta ekspor Irak Selatan yang menyentuh rekor tertingginya.
Sementara itu, aktivitas pengeboran minyak di AS kembali menggeliat. Jumlah sumur pengeboran aktif di AS bertambah sebanyak 2 unit ke angka 862 unit pada pekan lalu, mengutip data dari Baker Hughes. Bertambahnya jumlah sumur pengeboran itu menjadi yang pertama kalinya dalam 3 pekan terakhir.
Sebagai informasi, jumlah sumur pengeboran aktif yang tinggi telah membantu produksi minyak mentah AS naik lebih dari 30% sejak pertengahan 2016, ke angka 11 juta barel/hari.
(RHG/gus) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Dengan pergerakan itu, harga minyak berbalik arah ke zona hijau pasca tadi pagi kompak terjebak di zona merah. Sebagai informasi, hingga pukul 11.00 WIB tadi pagi, harga sang emas hitam masih kompak melemah di kisaran 0,4%.
BACA: Produksi AS dan OPEC Naik, Harga Minyak Loyo di Awal Pekan
Adalah sanksi Amerika Serikat (AS) terhadap Iran yang kembali mengambil alih jalannya perdagangan hari ini. Sentimen ini mampu mengungguli bertambahnya pasokan dari Organisasi Negara-negara Pengekspor Minyak (OPEC) dan AS.
Edward Bell, analis dari NBD Bank di Dubai menyampaikan bahwa pasokan dari Iran mulai terbatas oleh adanya sanksi dari Negeri Paman Sam. "Produksi Iran sudah menunjukkan sinyal penurunan, jatuh sekitar 150.000 barel/hari pada bulan lalu [...] (seiring) importir barel (minyak) dari Iran telah berhenti mengambil pengiriman," ujar Bell, seperti dikutip dari Reuters.
Meski Teheran sudah memberikan diskon lumayan besar, total volume minyak mentah (termasuk kondensat) yang diekspor Iran diestimasikan hanya sekitar 64 juta barel, atau 2,06 juta barel/hari, pada bulan Agustus 2018.
Jumlah itu turun lumayan signifikan dari puncaknya di April 2018, yakni sebesar 92,8 juta barel atau 3,09 juta barel/hari.
Teranyar, perusahaan minyak besar Jepang sedang bersiap untuk menangguhkan impor minyak mentah dari Iran pada bulan Oktober, akibat ancaman Washington yang akan memberikan sanksi kepada negara-negara yang mengimpor minyak mentah Iran, seperti dilaporkan media lokal Negeri Sakura, mengutip AFP.
Hal ini lantas memberikan persepsi bahwa pasokan minyak global akan seret. Akhirnya, sentimen ini mampu mengerek naik harga minyak pada hari ini.
Meski demikian, sentimen negatif juga sebenarnya ada di permukaan. Produksi OPEC pada periode Juli-Agustus 2018 bertambah 220.000 barel/hari ke angka 32,79 juta barel/hari pada periode Juli-Agustus, berdasarkan survei dari Reuters.
Dengan capaian tersebut, produksi kartel minyak itu sudah mencapai volume tertingginya di tahun 2018 ini. Peningkatan itu disumbang oleh pulihnya produksi minyak di Libya, serta ekspor Irak Selatan yang menyentuh rekor tertingginya.
Sementara itu, aktivitas pengeboran minyak di AS kembali menggeliat. Jumlah sumur pengeboran aktif di AS bertambah sebanyak 2 unit ke angka 862 unit pada pekan lalu, mengutip data dari Baker Hughes. Bertambahnya jumlah sumur pengeboran itu menjadi yang pertama kalinya dalam 3 pekan terakhir.
Sebagai informasi, jumlah sumur pengeboran aktif yang tinggi telah membantu produksi minyak mentah AS naik lebih dari 30% sejak pertengahan 2016, ke angka 11 juta barel/hari.
(RHG/gus) Next Article Sepekan Melejit 5% Lebih, Harga Minyak Dunia kini Terpeleset
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular