Rupiah Terus Terpuruk, Laba Perbankan Tergerus

Gita Rossiana, CNBC Indonesia
03 September 2018 16:06
OJK mencatat, laba bersih industri perbankan hingga Juni 2018 mencapai Rp 70,92 triliun, meningkat 7,96% dibandingkan Juni 2017 yang mencapai Rp 65,69 triliun.
Foto: CNBC Indonesia/Muhammad Sabki
Jakarta, CNBC Indonesia - Laba industri perbankan tahun ini diprediksi bertumbuh tidak setinggi tahun sebelumnya. Hal ini disebabkan oleh menurunnya margin bunga bersih (net interest margin/NIM) dan biaya dana perbankan.

Chief Economist PT. Bank Central Asia Tbk (BBCA) David Sumual menjelaskan, tahun lalu, laba bank bisa bertumbuh dua digit. "Tahun ini tidak setinggi tahun lalu, mungkin di bawah 10%," ujar dia kepada CNBC Indonesia, Senin (3/9/2018).

Penyebab dari pergerakan laba tersebut adalah NIM perbankan yang menurun karena peningkatan biaya dana. Peningkatan biaya dana ini terjadi karena peningkatan suku bunga simpanan.

Sementara itu, dari sisi beban pencadangan, menurut David belum setinggi tahun sebelumnya. Pasalnya, kredit bermasalah (non performing loan/NPL) bank berada dalam tren menurun.

Namun tren NPL yang menurun ini bisa berubah apabila terjadi fluktuasi nilai tukar secara tajam. "Apabila nilai tukar bergerak secara liar, meningkat juga secara tajam atau menurun secara tajam maka akan berpengaruh ke kredit macet," ucap dia.

Sementara itu, Otoritas Jasa Keuangan (OJK) mencatat, perolehan laba bersih industri perbankan hingga Juni 2018 mencapai Rp 70,92 triliun, meningkat 7,96% dibandingkan Juni 2017 yang mencapai Rp 65,69 triliun.

Diantara empat kelas bank, hanya bank BUKU IV yang mencatat kenaikan tertinggi, yakni mencapai Rp 151,69 triliun pada Juni 2018 atau meningkat dibandingkan Juni 2017 yang mencapai Rp 145,91 triliun.


(roy) Next Article Tahun Ini BRI Kejar Laba Bersih Tembus Rp 37 Triliun

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular