
Internasional
Warga Protes Pelemahan Mata Uang Yaman, Aden Lumpuh
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
03 September 2018 14:40

Aden, CNBC Indonesia - Ratusan demonstran melakukan protes terhadap memburuknya situasi ekonomi dan pelemahan mata uang Yaman. Mereka memblokade jalan-jalan utama dan membakar bank di sebelah selatan kota Aden pada hari Minggu (2/9/2018). Pertokoan dan kantor pemerintah pun ditutup.
Pada malam hari, pemerintah negara itu memerintahkan penghentian sementara impor barang-barang, seperti otomotif, dan kenaikan upah 30% untuk karyawan sektor publik, termasuk para pensiunan dan kontraktor.
Mata uang Yaman, rial, sudah kehilangan lebih dari separuh nilainya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak dimulainya perang sipil pada tahun 2015. Perang itu terjadi antara pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang berbasis di selatan dan didukung oleh Arab Saudi, dengan gerakan Houthi yang terafiliasi Iran. Kelompok Houthi mengendalikan negara bagian utara, termasuk ibukota Sanaa.
Kenaikan harga telah membuat beberapa komoditas dasar tidak dapat dibeli oleh banyak warga Yaman. Bank sentral juga bersusah payah untuk membayar upah sektor publik yang sangat bergantung pada cadangan valuta asing yang semakin menipis.
Yaman adalah salah satu negara termiskin di kawasan Arab. Perang telah menyebabkan negara itu mengalami krisis kemanusiaan karena menyebarnya kelaparan dan penyakit.
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyelenggarakan diskusi terkait hal ini di Jenewa pada hari Kamis (30/8/2018). Diskusi tersebut merupakan upaya pertama yang dilakukan untuk menegosiasikan konflik yang sudah berlangsung selama dua tahun lebih.
Pasar Aden yang biasanya ramai pengunjung nampak kosong pada hari Minggu, dilansir dari Reuters, setelah Dewan Koordinasi Konfederasi Umum Perserikatan Pekerja Selatan menghimbau rakyat sipil untuk membangkang. Bumbungan asap dari ban yang dibakar menjadi pemandangan di berbagai lokasi, termasuk alun-alun utama di mana gedung National Bank of Yemen berlokasi.
Terdapat laporan protes berskala lebih kecil di beberapa kota terdekat.
"Tidak ada alternatif untuk mengubah situasi kecuali revolusi terhadap korupsi dalam segala bentuk," kata salah seorang demontran bernama Fadl Ali Abdullah. "Masyarakat sudah kehilangan kepercayaan terhadap apapun di sekitar mereka."
Penurunan tajam
Salah satu penyelenggara mengatakan demonstrasi dan pembangkangan publik akan berlanjut setiap hari dari pukul 6 pagi sampai 2 sore, kecuali hari Jumat. Aksi protes akan terus dilakukan sampai pemerintah mengundurkan diri dan harga kebutuhan konsumen turun.
Otoritas juga sudah berupaya meningkatkan likuiditas dengan mencetak uang.
Namun, rial terjun ke posisi 350 terhadap dolar dari 250 setelah kelompok pertama cetakan mata uang disebar ke pasaran tahun lalu. Lira Yaman diperdagangkan 440 terhadap dolar pada akhir tahun lalu dan anjlok menjadi sekitar 500 pada bulan Januari.
Arab Saudi, yang memimpin koalisi militer melawan Houthis, kemudian mendepositkan dana US$2 miliar (Rp 29,5 triliun) ke bank sentral Yaman guna mengerek nilai tukar rial. Namun, nilai mata uang tersebut kembali melemah.
Pada hari Minggu malam, para bankir dan trader mata uang di Aden mengatakan nilai tukar sudah turun tajam dan menyentuh 610 terhadap dolar.
Hadi, yang sudah tinggal di pengasingan di Riyadh sejak tahun 2015, memimpin komite ekonomi pemerintah untuk menemukan "langkah dan solusi efektif guna mengatasi situasi terkini". Komentar-komentar tersebut dilontarkan oleh kantor berita negara SABA.
Sebagai tambahan dari pelarangan impor dan kenaikan upah, pemerintah memerintahkan kenaikan yang tidak ditentukan terhadap produksi dari ladang minyak Maila di provinsi Hadramout, ekspor minyak dari provinsi Shabwa dan langkah darurat untuk mengekspor gas. Pernyataan terkait hal tersebut ditulis oleh Menteri Informasi Moammar al-Eryani di Twitter.
Ia juga mengatakan tempat penukaran uang yang tidak terdaftar akan ditutup dan entitas pemerintah akan memerlukan lisensi untuk berurusan dengan pasar valas.
Setelah rapat tersebut, Hadi bertolak ke AS untuk menerima perawatan medis, termasuk pemeriksaan rutin. Pimpinan berusia 73 tahun itu telah menerima perawatan untuk kondisi jantungnya sejak tahun 2011.
(prm) Next Article Mata Uangnya Rontok, Yaman Hentikan Impor Barang Mewah
Pada malam hari, pemerintah negara itu memerintahkan penghentian sementara impor barang-barang, seperti otomotif, dan kenaikan upah 30% untuk karyawan sektor publik, termasuk para pensiunan dan kontraktor.
Mata uang Yaman, rial, sudah kehilangan lebih dari separuh nilainya terhadap dolar Amerika Serikat (AS) sejak dimulainya perang sipil pada tahun 2015. Perang itu terjadi antara pemerintah Presiden Abd-Rabbu Mansour Hadi, yang berbasis di selatan dan didukung oleh Arab Saudi, dengan gerakan Houthi yang terafiliasi Iran. Kelompok Houthi mengendalikan negara bagian utara, termasuk ibukota Sanaa.
Yaman adalah salah satu negara termiskin di kawasan Arab. Perang telah menyebabkan negara itu mengalami krisis kemanusiaan karena menyebarnya kelaparan dan penyakit.
Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB) telah menyelenggarakan diskusi terkait hal ini di Jenewa pada hari Kamis (30/8/2018). Diskusi tersebut merupakan upaya pertama yang dilakukan untuk menegosiasikan konflik yang sudah berlangsung selama dua tahun lebih.
Pasar Aden yang biasanya ramai pengunjung nampak kosong pada hari Minggu, dilansir dari Reuters, setelah Dewan Koordinasi Konfederasi Umum Perserikatan Pekerja Selatan menghimbau rakyat sipil untuk membangkang. Bumbungan asap dari ban yang dibakar menjadi pemandangan di berbagai lokasi, termasuk alun-alun utama di mana gedung National Bank of Yemen berlokasi.
Terdapat laporan protes berskala lebih kecil di beberapa kota terdekat.
"Tidak ada alternatif untuk mengubah situasi kecuali revolusi terhadap korupsi dalam segala bentuk," kata salah seorang demontran bernama Fadl Ali Abdullah. "Masyarakat sudah kehilangan kepercayaan terhadap apapun di sekitar mereka."
Penurunan tajam
Salah satu penyelenggara mengatakan demonstrasi dan pembangkangan publik akan berlanjut setiap hari dari pukul 6 pagi sampai 2 sore, kecuali hari Jumat. Aksi protes akan terus dilakukan sampai pemerintah mengundurkan diri dan harga kebutuhan konsumen turun.
Otoritas juga sudah berupaya meningkatkan likuiditas dengan mencetak uang.
Namun, rial terjun ke posisi 350 terhadap dolar dari 250 setelah kelompok pertama cetakan mata uang disebar ke pasaran tahun lalu. Lira Yaman diperdagangkan 440 terhadap dolar pada akhir tahun lalu dan anjlok menjadi sekitar 500 pada bulan Januari.
Arab Saudi, yang memimpin koalisi militer melawan Houthis, kemudian mendepositkan dana US$2 miliar (Rp 29,5 triliun) ke bank sentral Yaman guna mengerek nilai tukar rial. Namun, nilai mata uang tersebut kembali melemah.
Pada hari Minggu malam, para bankir dan trader mata uang di Aden mengatakan nilai tukar sudah turun tajam dan menyentuh 610 terhadap dolar.
Hadi, yang sudah tinggal di pengasingan di Riyadh sejak tahun 2015, memimpin komite ekonomi pemerintah untuk menemukan "langkah dan solusi efektif guna mengatasi situasi terkini". Komentar-komentar tersebut dilontarkan oleh kantor berita negara SABA.
Sebagai tambahan dari pelarangan impor dan kenaikan upah, pemerintah memerintahkan kenaikan yang tidak ditentukan terhadap produksi dari ladang minyak Maila di provinsi Hadramout, ekspor minyak dari provinsi Shabwa dan langkah darurat untuk mengekspor gas. Pernyataan terkait hal tersebut ditulis oleh Menteri Informasi Moammar al-Eryani di Twitter.
Ia juga mengatakan tempat penukaran uang yang tidak terdaftar akan ditutup dan entitas pemerintah akan memerlukan lisensi untuk berurusan dengan pasar valas.
Setelah rapat tersebut, Hadi bertolak ke AS untuk menerima perawatan medis, termasuk pemeriksaan rutin. Pimpinan berusia 73 tahun itu telah menerima perawatan untuk kondisi jantungnya sejak tahun 2011.
(prm) Next Article Mata Uangnya Rontok, Yaman Hentikan Impor Barang Mewah
Most Popular