
Ultimatum Menteri Rini ke BUMN di Tengah Pelemahan Rupiah
Exist In Exist, CNBC Indonesia
01 September 2018 10:41

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukarĀ rupiah terhadap dolar AS yang telah menembus level baru diĀ Rp 14.700/US$ membuat sejumlah pengusaha termasuk Badan Usaha Milik Negara (BUMN) harus berhati-hati dalam menjalankan usahanya.
Di tengah kondisi pelemahan rupiah ini, Menteri BUMN Rini Soemarno meminta perusahaan pelat merah melakukan beberapa hal untuk mendukung penguatan rupiah.
"Memang saat ini kita coba selalu tekankan, sekarang adalah bagaimana kita mengurangi impor," imbaunya saat peluncuran aturan penggunaan B20, dikutip Sabtu (1/9/2018).
Sementara itu, lanjutnya, bagi BUMN yang melakukan ekspor seperti batu bara, timah, nikel, diharapkan dapat menjaga pendapatan dolar untuk mendukung kepentingan dalam negeri.
Bersamaan dengan ini, Rini menjelaskan pemerintah juga terus mencari solusi untuk dapat mengurangi impor.
"Jadi, sekarang kita melihat apa sih yang dapat digunakan terhadap [komponen] dalam negeri. Satu, misalnya, ada hal seumpamanya, ada beberapa mobile power plant dari PLN yang kita bisa konversi [bahan bakarnya] memakai 100% CPO (Crude Palm Oil)," jelasnya.
"Sekarang ternyata sudah ada alat yang bisa merombak untuk memanfaatkan 100% CPO. Ini yang sedang kami coba, sedang usulkan, semoga dapat diterima untuk mengonversi itu jadi sekitar 1.000 megawatt," lanjutnya.
Rini mengatakan hal ini merupakan bagian dari rencana jangka menengah-panjang yang diharapkan dapat menghemat pengeluaran devisa sampai dengan US$ 1 miliar.
(dru) Next Article Menteri Rini Bilang Batal, Global Bond Pertamina Tetap Terbit
Di tengah kondisi pelemahan rupiah ini, Menteri BUMN Rini Soemarno meminta perusahaan pelat merah melakukan beberapa hal untuk mendukung penguatan rupiah.
"Memang saat ini kita coba selalu tekankan, sekarang adalah bagaimana kita mengurangi impor," imbaunya saat peluncuran aturan penggunaan B20, dikutip Sabtu (1/9/2018).
![]() |
Sementara itu, lanjutnya, bagi BUMN yang melakukan ekspor seperti batu bara, timah, nikel, diharapkan dapat menjaga pendapatan dolar untuk mendukung kepentingan dalam negeri.
"Yang eksportir saya menekankan harus menjaga pendapatan dolar-nya untuk kepentingan dari dalam negeri, untuk mendukung BUMN juga. Pertamina masih harus impor dan membutuhkan dolar," ujar dia.
Bersamaan dengan ini, Rini menjelaskan pemerintah juga terus mencari solusi untuk dapat mengurangi impor.
"Jadi, sekarang kita melihat apa sih yang dapat digunakan terhadap [komponen] dalam negeri. Satu, misalnya, ada hal seumpamanya, ada beberapa mobile power plant dari PLN yang kita bisa konversi [bahan bakarnya] memakai 100% CPO (Crude Palm Oil)," jelasnya.
"Sekarang ternyata sudah ada alat yang bisa merombak untuk memanfaatkan 100% CPO. Ini yang sedang kami coba, sedang usulkan, semoga dapat diterima untuk mengonversi itu jadi sekitar 1.000 megawatt," lanjutnya.
Rini mengatakan hal ini merupakan bagian dari rencana jangka menengah-panjang yang diharapkan dapat menghemat pengeluaran devisa sampai dengan US$ 1 miliar.
(dru) Next Article Menteri Rini Bilang Batal, Global Bond Pertamina Tetap Terbit
Most Popular