Don't Cry For Me Argentina & Cerita di Balik Krisisnya
Herdaru Purnomo, CNBC Indonesia
01 September 2018 09:53

Dalam rapat insidental, Bank Sentral Argentina (BCRA) memutuskan untuk menaikkan suku bunga acuan dari 45% menjadi 60%. Tujuannya adalah untuk memancing masuknya arus modal sehingga mampu menahan pelemahan mata uang peso.
Namun upaya ini belum membuahkan hasil signifikan. Peso masih anjlok 11,99% di hadapan dolar AS. Sejak awal tahun ini, peso sudah melemah 45,3%, terdalam di antara mata uang dunia.
Pelaku pasar membaca ada kepanikan dalam pemerintahan Presiden Mauricio Macri. Kemarin, Macri memutuskan untuk mengundang Dana Moneter Internasional (IMF). Sepertinya fasilitas utang US$ 50 miliar akan segera ditarik, dan IMF masuk untuk mendikte kebijakan ekonomi Negeri Tango.
Namun masuknya IMF bukan tanpa hambatan. Sebagian besar rakyat Argentina masih trauma dengan kehadiran IMF, yang juga hadir kala Argentina mengalami krisis pada awal dekade 2000-an.
Resep IMF, yaitu pengetatan fiskal dengan pemangkasan berbagai subsidi, ditengarai menjadi penyebab orang miskin menjadi tambah miskin. Kehadiran IMF kali ini kemungkinan masih membawa resep yang sama.
Oleh karena itu, posisi politik Macri menjadi kurang menguntungkan. Orang-orang yang dulu mendukungnya kini berbalik mencaci.
"Saya tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, bayangkan ada banyak orang di luar sana yang penghasilannya lebih kecil dari saya. Kami susah, dan saya dulu memilih Macri," tegas Julio Varela, seorang pegawai bank di Buenos Aires, dikutip dari Reuters.
Dikhawatirkan situasi Argentina akan meledak seperti Turki beberapa hari lalu. Investor menjadi memilih bermain aman dan meninggalkan negara-negara berkembang. Jika ini terjadi, maka IHSG dan rupiah akan kekurangan pasokan modal sehingga pelemahan sangat mungkin terjadi.
Perkembangan di AS dan Argentina berpotensi membuat dolar AS semakin kuat karena menjadi buruan investor yang memilih bermain aman. Beban rupiah akan semakin berat dan depresiasi kemungkinan akan berlanjut. (dru)
Namun upaya ini belum membuahkan hasil signifikan. Peso masih anjlok 11,99% di hadapan dolar AS. Sejak awal tahun ini, peso sudah melemah 45,3%, terdalam di antara mata uang dunia.
Pelaku pasar membaca ada kepanikan dalam pemerintahan Presiden Mauricio Macri. Kemarin, Macri memutuskan untuk mengundang Dana Moneter Internasional (IMF). Sepertinya fasilitas utang US$ 50 miliar akan segera ditarik, dan IMF masuk untuk mendikte kebijakan ekonomi Negeri Tango.
Resep IMF, yaitu pengetatan fiskal dengan pemangkasan berbagai subsidi, ditengarai menjadi penyebab orang miskin menjadi tambah miskin. Kehadiran IMF kali ini kemungkinan masih membawa resep yang sama.
Oleh karena itu, posisi politik Macri menjadi kurang menguntungkan. Orang-orang yang dulu mendukungnya kini berbalik mencaci.
"Saya tidak bisa memenuhi kebutuhan keluarga, bayangkan ada banyak orang di luar sana yang penghasilannya lebih kecil dari saya. Kami susah, dan saya dulu memilih Macri," tegas Julio Varela, seorang pegawai bank di Buenos Aires, dikutip dari Reuters.
Dikhawatirkan situasi Argentina akan meledak seperti Turki beberapa hari lalu. Investor menjadi memilih bermain aman dan meninggalkan negara-negara berkembang. Jika ini terjadi, maka IHSG dan rupiah akan kekurangan pasokan modal sehingga pelemahan sangat mungkin terjadi.
Perkembangan di AS dan Argentina berpotensi membuat dolar AS semakin kuat karena menjadi buruan investor yang memilih bermain aman. Beban rupiah akan semakin berat dan depresiasi kemungkinan akan berlanjut. (dru)
Next Page
Semua Karena Argentina, RI Kena Dampak
Pages
Most Popular