Berawal dari Argentina, Darmin: Rupiah Hingga Inflasi RI Kena

Exist In Exist, CNBC Indonesia
01 September 2018 09:25
Pelemahan rupiah dipengaruhi oleh faktor eksternal, khususnya masalah pelemahan nilai tukar mata uang Argentina, peso.
Foto: Darmin Nasution (CNBC Indonesia/Rivi Satrianegara)
Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan nilai tukar rupiah terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berlanjut. Bahkan, pada Jumat (31/8/2018), Dolar AS telah menembus level baru yaitu Rp 14.700/US$.

Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Darmin Nasution menilai hal ini dipengaruhi oleh faktor eksternal, khususnya masalah pelemahan nilai tukar mata uang Argentina, peso.

"Ya itu kan karena ada permasalahan negara lain, di Argentina. Coba liat kurs di semua negara di Asia Tenggara, Malaysia dan Thailand, biasa kan? hampir kan tidak ada tertekan? tapi kemarin merekan kan juga melemah mata uangnya," ujarnya di Kantor Kemenko Ekonomi, dikutip Sabtu (1/9/2018).
Berawal dari Argentina, Darmin: Rupiah Hingga Inflasi RI KenaFoto: Menko Perekonomian Darmin Nasution (Samuel Pablo/CNBC Indonesia)

"Semua negara di kawasan ini mengalami itu dan memang ada unsur, ada surprise juga urusan Argentina itu," tambahnya.

Seperti dampak krisis Turki beberapa waktu lalu yang hanya sedikit mempengaruhi perdagangan RI, lanjutnya, dampak krisis Argentina pun tidak jauh berbeda. Apalagi, hubungan dagang dengan Argentina dan negara-negara Amerika Latin masih lebih kecil dibandingkan Turki.

Meski demikian, Darmin mengakui secara umum hal ini berdampak ke pasar obligasi dan pasar uang. Setelah krisis ini bisa ditangani, jelasnya, pasar baru akan menyesuaikan diri dengan kondisi tersebut.

Selain itu, Darmin juga menjelaskan pelemahan rupiah ini pada akhirnya juga akan berimbas pada inflasi baik imported inflation ataupun core inflation. Hal ini mulai terasa pada semester II 2018.

"Ada naik, sebenarnya kalau mau melihat dampak dari nilai tukar ke dalam inflasi itu melalui core inflation, meski itu barangnya banyak, bukan cuma barang impor. Tapi yang pasti bukan pangan, administered price," jelasnya.

"Sekarang ini ada kenaikan kalau dilihat dan diakumulasikan, misalnya di Agustus, tapi belum besar kenaikannya. Kapan kelihatan dampaknya? Tidak tahu, susah menebaknya," tambahnya.

Sementara itu, Darmin mengakui agak sulit mengendalikan imported inflation. Pasalnya, Indonesia masih mengimpor sejumlah barang dari luar negeri, sehingga pengaruh pelemahan rupiah tetap terasa.

Meski demikian, Darmin meyakini nilai tukar rupiah akan ikut terdorong seiring dengan pergerakan positif neraca perdagangan pada akhir tahun. Dengan begitu, dia yakin nilai tukar rupiah ikut terdorong.

"Kalau neraca perdagangan kita negatif dan makin besar, itu tekanan terhadap rupiah meningkat. Lihat rumusnya. [...] Kalau neraca perdagangan baik, maka rupiah juga baik. Itu hubungannya jelas. Kuartal IV, kira-kira [neraca perdagangan] membaik. Akhir tahun," kata Darmin.

Dia menjelaskan pergerakan positif neraca perdagangan ini terdorong oleh berbagai usaha Pemerintah, seperti perluasan mandatori penerapan campuran solar dengan minyak sawit sebesar 20% atau biodiesel 20 (B20).

Untuk itu, Darmin tidak mau ambil pusing terkait pelemahan rupiah ini. "Sudah, tenang saja. Intinya satu, kami menyusun langkah-langkah dan kebijakan untuk menjawab. Itu intinya," pungkasnya.
(Reporter : Lidya Julita)


(dru) Next Article Rupiah Melemah, Menko Darmin: Inflasi Kita Bisa Kena

Tags


Related Articles
Recommendation
Most Popular