
Industri Semen Tertekan, Ini Siasat Semen Baturaja
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
28 August 2018 08:53

Jakarta, CNBC Indonesia - PT Semen Baturaja Tbk (SMBR) mencatatkan kinerja volume penjualan semen domestik tertinggi pada semester I tahun ini. Kenaikan penjualan sebesar 28,6% YoY menjadi 868 ribu, pertumbuhan penjualan perseroan jauh diatas rata-rata penjualan semen perusahaan lainnya yang tercatat tumbuh di angka single digit bahkan minus.
Tekanan penjualan bagi industri semen tersebut terjadi saat kelebihan kapasitas produksi produk semen. Total kapasitas produksi pabrik semen di Indonesia mencapai 100 juta ton per tahun, tetapi konsumsi hanya 60 juta-68 juta ton.
Menyikapi kondisi tersebut, salah satu strategi yang diambil perseroan untuk menghindari kelebihan kapasitas produksi dan minim permintaan tersebut ialah dengan melakukan efisiensi dalam operasional produksi semen.
Tercatat, perseroan menargetkan untuk mengakuisisi dua tambang batubara dengan dana yang disiapkan senilai Rp 300 miliar pada tahun ini. Tujuan utama akuisisi tersebut untuk mengurangi beban operasional yang berasal dari bahan baku batubara.
"Jadi diharapkan tahun depan 50% kebutuhan batubara kami bisa dicukupi dengan akuisisi tersebut. Lalu volatilitas juga berkurang karena kan tambang yang dibeli dekat dengan Baturaja jadi kami tidak perlu melakukan ekspansi dari segi human resource-nya," ungkap Rahmad Pribadi Direktur Utama SMBR usai menghadiri acara Investor Summit 2018 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (28/8/18).
Lebih lanjut, menghindari tingginya over supply industri semen, perseroan juga berencana untuk membangun pabrik cement mill & packing plant Jambi dengan dana yang disiapkan senilai Rp 250 miliar dan ditargetkan beroperasi pada 2020 mendatang.
"Jadi dampak kapasitas terhadap over supply itu tidak bagus ya, jadi kami akan bangun Mill Jambi tersebut," tambahnya.
Sementara itu, perseroan memperkirakan bahwa kondisi over supply semen domestik akan berhenti pada 2023 mendatang didorong dengan demand (permintaan) yang kembali tinggi. Untuk itu, perseroan baru akan mulai untuk kembali menambahkan kapasitas produksi semennya minimal pada tahun 2020 mendatang.
Kondisi tersebut menurut perseroan, menyusul dengan dimulainya dampak positif dari pekerjaan infrastruktur dan pembangunan pemerintah yang sudah mulai dirampungkan oleh pemerintahan saat ini yang dipimpin Presiden Joko Widodo.
" Dampak yang terbesar industri semen bukan atas demand atas infrastruktur, tapi demand yang ter-create atas infrastruktur tersebut. Insentif pajak jual beli properti juga diturunkan, jadi saya rasa policy sudah sesuai jadi tinggal tunggu waktu saja," ujarnya.
Sementara itu, dengan persaingan yang ketat antar perusahaan semen yang beroperasi di Indonesia. Perseroan juga memperkirakan bahwa tren untuk industri semen kedepannya mulai ke arah konsolidasi.
"Jadi pemain semen itu ada sekitar 14 perusahaan, degan kondisi over supply ini yang terjadi berikutnya ialah konsolidasi. Misalnya yang terdekat ini kami juga tahu bahwa PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) mulai ditawarkan, jadi konsolidasi ini pasti akan terjadi," ungkap Rahmad.
(hps/hps) Next Article SMBR Buat Produk Semen untuk Bendungan dan Tanah Rawa
Tekanan penjualan bagi industri semen tersebut terjadi saat kelebihan kapasitas produksi produk semen. Total kapasitas produksi pabrik semen di Indonesia mencapai 100 juta ton per tahun, tetapi konsumsi hanya 60 juta-68 juta ton.
Menyikapi kondisi tersebut, salah satu strategi yang diambil perseroan untuk menghindari kelebihan kapasitas produksi dan minim permintaan tersebut ialah dengan melakukan efisiensi dalam operasional produksi semen.
"Jadi diharapkan tahun depan 50% kebutuhan batubara kami bisa dicukupi dengan akuisisi tersebut. Lalu volatilitas juga berkurang karena kan tambang yang dibeli dekat dengan Baturaja jadi kami tidak perlu melakukan ekspansi dari segi human resource-nya," ungkap Rahmad Pribadi Direktur Utama SMBR usai menghadiri acara Investor Summit 2018 di Bursa Efek Indonesia (BEI), Senin (28/8/18).
Lebih lanjut, menghindari tingginya over supply industri semen, perseroan juga berencana untuk membangun pabrik cement mill & packing plant Jambi dengan dana yang disiapkan senilai Rp 250 miliar dan ditargetkan beroperasi pada 2020 mendatang.
"Jadi dampak kapasitas terhadap over supply itu tidak bagus ya, jadi kami akan bangun Mill Jambi tersebut," tambahnya.
Sementara itu, perseroan memperkirakan bahwa kondisi over supply semen domestik akan berhenti pada 2023 mendatang didorong dengan demand (permintaan) yang kembali tinggi. Untuk itu, perseroan baru akan mulai untuk kembali menambahkan kapasitas produksi semennya minimal pada tahun 2020 mendatang.
Kondisi tersebut menurut perseroan, menyusul dengan dimulainya dampak positif dari pekerjaan infrastruktur dan pembangunan pemerintah yang sudah mulai dirampungkan oleh pemerintahan saat ini yang dipimpin Presiden Joko Widodo.
" Dampak yang terbesar industri semen bukan atas demand atas infrastruktur, tapi demand yang ter-create atas infrastruktur tersebut. Insentif pajak jual beli properti juga diturunkan, jadi saya rasa policy sudah sesuai jadi tinggal tunggu waktu saja," ujarnya.
Sementara itu, dengan persaingan yang ketat antar perusahaan semen yang beroperasi di Indonesia. Perseroan juga memperkirakan bahwa tren untuk industri semen kedepannya mulai ke arah konsolidasi.
"Jadi pemain semen itu ada sekitar 14 perusahaan, degan kondisi over supply ini yang terjadi berikutnya ialah konsolidasi. Misalnya yang terdekat ini kami juga tahu bahwa PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB) mulai ditawarkan, jadi konsolidasi ini pasti akan terjadi," ungkap Rahmad.
(hps/hps) Next Article SMBR Buat Produk Semen untuk Bendungan dan Tanah Rawa
Most Popular