
Analisis Teknikal
7 Saham Masuk FTSE Asia-Pacific, Bagaimana Prospeknya?
Yazid Muamar, CNBC Indonesia
27 August 2018 16:42

Jakarta, CNBC Indonesia - FTSE Russel melalui situsnya telah memasukkan tujuh saham emiten Indonesia sebagai konstituen indeksnya yang mulai efektif diperdagangkan pada Senin (24/9/2018).
Penilaian (assessment) tersebut merupakan hal rutin yang dilakukan setiap setengah tahun (6 bulan) sekali untuk memperbaiki struktur aset dasar (underlying asset) yang menjadi pembentukan indeks tersebut.
Bagaimana pergerakan saham-saham yang dipilih FTSE tersebut? Berikut analisis Tim Riset CNBC Indonesia secara teknikal atas ke-7 saham tersebut:
1. PT Pabrik Kertas Tjiwi Kimia Tbk (TKIM)
Saham ini bergerak naik (uptrend) sejak awal tahun. TKIM mencapai level tertingginya pada 22 Juni 2018, sekaligus mencapai rekor tertingginya sejak sahamnya dicatatkan di bursa efek.
Secara jangka pendek saham ini cenderung terkonsolidasi dengan bergerak menyamping (sideways). Adapun level penghalang harga naik (resistance) berada pada harga Rp 16.000 dengan level penopang harga turun (support) Rp 12.775.
Hingga berita ini diturunkan pada Senin (27/8/2018), saham TKIM di posisi naik 500 poin (+3,33%) pada harga Rp 15.475 per unit.
TKIM cenderung menguat dalam jangka pendek, dengan bergerak di atas garis rerata 5,10 dan 20 hari (MA 5, MA 10 dan MA 20) berdasarkan indikator rerata pergerakan harga (moving average/MA).
2. PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS)
Jika dilihat dari awal tahun, TOPS cenderung bergerak menyamping (sideways), dengan level resistance pada harga Rp 950 dan level support pada Rp 800.
Sampai berita ini diturunkan Senin (27/8/2018) TOPS mengalami kenaikan 75 poin ke Rp 960 (+8,47%) per unit. Dapat dikatakan bahwa harga tersebut telah menembus level resistance-nya (breakout resistance).
Namun, saham ini mempunyai volatilitas yang cukup tinggi yang kadang bergerak dalam rentang harga sempit dan kadang bergerak naik tinggi. Saham ini memang cenderung menguat dalam jangka pendek, dengan bergerak di atas MA 5, MA 10 dan MA 20.
3. PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM)
Saham berkode TRAM ini dalam jangka beberapa bulan terakhir bergerak menyamping (sideways) dengan level resistance pada harga Rp 400 dan support pada Rp 300. Namun, dalam jangka pendek saham ini cenderung bergerak menurun (down trend).
Sampai berita ini diturunkan Senin (27/8/2018) TRAM naik cukup tinggi sebanyak 34 poin (+15,31%) di harga Rp 256 per unit saham. TRAM cenderung menguat dalam jangka pendek, dengan bergerak di atas MA 5 dan MA 10.
4. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP)
Saham ini bergerak naik (uptrend) sejak awal tahun. INKP mencapai level tertingginya pada 21 Juni 2018 di harga 20.700, sekaligus rekor tertingginya sejak tercatat di bursa efek.
Namun, dalam jangka pendek saham ini cenderung bergerak menyamping (sideways) dengan level resistance pada Rp 20.000 dan level support Rp 17.525.
Hingga berita ini diturunkan, saham INKP telah melemah 200 poin (-1,05%) di harga Rp 18.800 per saham. INKP cenderung bergerak naik di jangka pendek karena bergerak di atas garis MA 5 dan MA 10.
5. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Jika dilihat dari awal tahun, saham INDF cenderung down trend. Namun, dalam jangka pendek cenderung sideways dengan level resistance pada Rp 20.000 dan level support Rp 17.525.
Sampai berita ini diturunkan pada Senin, saham INDF diperdagangkan pada harga Rp 6.700 (+0,37%) per unit saham.INDF cenderung menguat dalam jangka pendek, dengan bergerak di atas garis MA 5, MA 10 dan MA 20.
6. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
Jika dilihat dari awal tahun, KLBF cenderung bergerak turun. Namun, dalam jangka pendek cenderung sideways dengan level resistance pada Rp 1.365 dan level support Rp 1.200.
Sampai berita ini diturunkan, saham KLBF diperdagangkan di harga Rp 1.300 per unit atau sama dengan harga penutupan kemarin. KLBF cenderung bergerak variatif dengan bergerak di rentang sempit dalam beberapa hari, KLBF bergerak di antara garis MA 5, MA 10 dan MA 20.
7. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
Jika dilihat dari awal tahun (jangka panjang), INTP masih cenderung bergerak turun. Namun, dalam jangka menengah cenderung menyamping (sideways). dengan level resistance Rp 19.600 dan level support Rp 16.500.
Hingga berita ini diturunkan, saham INTP diperdagangkan naik 1.025 poin pada harga Rp 17.525 (+6,21%) per unit. INTP cenderung menguat dalam jangka pendek, dengan bergerak di atas garis MA 5, MA 10 dan MA 20.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article Saham CPIN Mulai Bangkit, Setelah Didera Koreksi Hingga 14%
Penilaian (assessment) tersebut merupakan hal rutin yang dilakukan setiap setengah tahun (6 bulan) sekali untuk memperbaiki struktur aset dasar (underlying asset) yang menjadi pembentukan indeks tersebut.
Bagaimana pergerakan saham-saham yang dipilih FTSE tersebut? Berikut analisis Tim Riset CNBC Indonesia secara teknikal atas ke-7 saham tersebut:
Saham ini bergerak naik (uptrend) sejak awal tahun. TKIM mencapai level tertingginya pada 22 Juni 2018, sekaligus mencapai rekor tertingginya sejak sahamnya dicatatkan di bursa efek.
Secara jangka pendek saham ini cenderung terkonsolidasi dengan bergerak menyamping (sideways). Adapun level penghalang harga naik (resistance) berada pada harga Rp 16.000 dengan level penopang harga turun (support) Rp 12.775.
Hingga berita ini diturunkan pada Senin (27/8/2018), saham TKIM di posisi naik 500 poin (+3,33%) pada harga Rp 15.475 per unit.
TKIM cenderung menguat dalam jangka pendek, dengan bergerak di atas garis rerata 5,10 dan 20 hari (MA 5, MA 10 dan MA 20) berdasarkan indikator rerata pergerakan harga (moving average/MA).
2. PT Totalindo Eka Persada Tbk (TOPS)
Jika dilihat dari awal tahun, TOPS cenderung bergerak menyamping (sideways), dengan level resistance pada harga Rp 950 dan level support pada Rp 800.
Sampai berita ini diturunkan Senin (27/8/2018) TOPS mengalami kenaikan 75 poin ke Rp 960 (+8,47%) per unit. Dapat dikatakan bahwa harga tersebut telah menembus level resistance-nya (breakout resistance).
Namun, saham ini mempunyai volatilitas yang cukup tinggi yang kadang bergerak dalam rentang harga sempit dan kadang bergerak naik tinggi. Saham ini memang cenderung menguat dalam jangka pendek, dengan bergerak di atas MA 5, MA 10 dan MA 20.
3. PT Trada Alam Minera Tbk (TRAM)
Saham berkode TRAM ini dalam jangka beberapa bulan terakhir bergerak menyamping (sideways) dengan level resistance pada harga Rp 400 dan support pada Rp 300. Namun, dalam jangka pendek saham ini cenderung bergerak menurun (down trend).
Sampai berita ini diturunkan Senin (27/8/2018) TRAM naik cukup tinggi sebanyak 34 poin (+15,31%) di harga Rp 256 per unit saham. TRAM cenderung menguat dalam jangka pendek, dengan bergerak di atas MA 5 dan MA 10.
4. PT Indah Kiat Pulp & Paper Tbk (INKP)
Saham ini bergerak naik (uptrend) sejak awal tahun. INKP mencapai level tertingginya pada 21 Juni 2018 di harga 20.700, sekaligus rekor tertingginya sejak tercatat di bursa efek.
Namun, dalam jangka pendek saham ini cenderung bergerak menyamping (sideways) dengan level resistance pada Rp 20.000 dan level support Rp 17.525.
Hingga berita ini diturunkan, saham INKP telah melemah 200 poin (-1,05%) di harga Rp 18.800 per saham. INKP cenderung bergerak naik di jangka pendek karena bergerak di atas garis MA 5 dan MA 10.
5. PT Indofood Sukses Makmur Tbk (INDF)
Jika dilihat dari awal tahun, saham INDF cenderung down trend. Namun, dalam jangka pendek cenderung sideways dengan level resistance pada Rp 20.000 dan level support Rp 17.525.
Sampai berita ini diturunkan pada Senin, saham INDF diperdagangkan pada harga Rp 6.700 (+0,37%) per unit saham.INDF cenderung menguat dalam jangka pendek, dengan bergerak di atas garis MA 5, MA 10 dan MA 20.
6. PT Kalbe Farma Tbk (KLBF)
Jika dilihat dari awal tahun, KLBF cenderung bergerak turun. Namun, dalam jangka pendek cenderung sideways dengan level resistance pada Rp 1.365 dan level support Rp 1.200.
Sampai berita ini diturunkan, saham KLBF diperdagangkan di harga Rp 1.300 per unit atau sama dengan harga penutupan kemarin. KLBF cenderung bergerak variatif dengan bergerak di rentang sempit dalam beberapa hari, KLBF bergerak di antara garis MA 5, MA 10 dan MA 20.
7. PT Indocement Tunggal Prakarsa Tbk (INTP)
Jika dilihat dari awal tahun (jangka panjang), INTP masih cenderung bergerak turun. Namun, dalam jangka menengah cenderung menyamping (sideways). dengan level resistance Rp 19.600 dan level support Rp 16.500.
Hingga berita ini diturunkan, saham INTP diperdagangkan naik 1.025 poin pada harga Rp 17.525 (+6,21%) per unit. INTP cenderung menguat dalam jangka pendek, dengan bergerak di atas garis MA 5, MA 10 dan MA 20.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/hps) Next Article Saham CPIN Mulai Bangkit, Setelah Didera Koreksi Hingga 14%
Most Popular