Pekan Lalu Melambung Tinggi, Harga Emas Stagnan Hari Ini

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
27 August 2018 14:35
Harga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 bergerak stabil cenderung melemah sebesar 0,05% ke US$1.212,7/troy ounce
Foto: REUTERS/Ints Kalnins/
Jakarta, CNBC IndonesiaHarga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 bergerak stabil cenderung melemah sebesar 0,05% ke US$1.212,7/troy ounce, pada perdagangan hari ini Senin (27/08/2018) hingga pukul 13.19 WIB hari ini.

Harga sang logam mulia mengawali pekan ini dengan kurang mulus, pasca di sepanjang pekan lalu menguat di kisaran 2,5%. Perkasanya harga emas seminggu terakhir tidak lepas dari kenaikan sebesar 1,62% di penutupan perdagangan hari Jumat (24/08/2018). Penguatan sebesar itu bahkan merupakan yang tertinggi dalam lebih dari setahun terakhir.



Kenaikan harga emas yang signifikan di akhir pekan kemarin didorong oleh pernyataan Gubernur The Federal Reserve/The Fed Jerome Powell. Dalam pertemuan tahunan The Fed di Jackson Hole, Wyoming, akhir pekan lalu, pidato Powell dinilai minim kejutan yang bisa mengangkat posisi greenback.

"Dengan angka pengangguran yang rendah, mengapa kami mengetatkan kebijakan moneter? Dengan problem inflasi yang belum kelihatan, mengapa kami mengetatkan kebijakan moneter yang bisa menghambat penciptaan lapangan kerja dan ekspansi ekonomi? Kami hanya ingin bergerak hati-hati. Kenaikan suku bunga secara gradual adalah langkah kami untuk mengatasi risiko tersebut (inflasi dan ekspansi ekonomi yang terlalu kencang)," ungkap Powell.

Pidato tersebut tidak memberikan petunjuk yang jelas mengenai kenaikan suku bunga acuan dua kali lagi sampai akhir tahun, atau empat kali sepanjang 2018. Pidato Powell juga seolah minim faktor kejutan yang bisa menjadi pendongkrak bagi greenback.

Selain itu, Powell juga menyebut bahwa sejauh ini AS belum mengalami masalah inflasi. Artinya, justru ada kemungkinan The Fed tidak terlalu agresif dalam menaikkan suku bunga acuan. Dengan inflasi yang masih sesuai harapan, maka sepertinya belum ada kebutuhan bagi The Fed untuk lebih agresif dalam pengetatan kebijakan moneter.

Dibayangi faktor pengetatan moneter yang tidak terlampau agresif, dolar AS pun mendapat tekanan jual. Sebab, selama ini penguatan greenback memang didorong oleh sentimen kenaikan suku bunga acuan.  Pada akhir pekan lalu, Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang dunia anjlok hingga 0,54%.

Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain greenback. Akhirnya, hal ini mampu menyokong permintaan sang logam mulia.

Meski demikian, hari ini pergerakan komoditas ini agak terbatas. Pasalnya, hari ini pelemahan dolar AS agak berkurang. Penyebanya adalah Bank Sentral China/People Bank of China (PBoC) yang menetapkan nilai tengah yuan di CNY 6,8508/US$. Menguat 0,3% dibandingkan akhir pekan lalu.

Hal tersebut merupakan buah dari kebijakan PBoC yang mengubah metodologi penentuan nilai tengah harian yuan agar mata uang ini lebih stabil. Selama ini, PBoC memang mematok nilai tengah harian yuan terhadap dolar AS, dengan hanya mengizinkan yuan melemah atau menguat maksimal 2% dari nilai tengah tersebut.

Awalnya, kebijakan ini direspons dengan penguatan yuan yang signifikan. Namun penguatan tajam ini memunculkan dampak negatif yang bernama ambil untung. Melihat yuan yang sempat menguat lebih dari 1%, investor tergoda melakukan profit taking.

Aksi jual masif yang melanda yuan menyebabkan mata uang ini berbalik melemah. Pelemahan yuan akhirnya memberi ruang bagi dolar AS untuk perlahan kembali menguat. Hingga pukul 13.17 WIB hari ini, Dollar Index menguat sebesar 0,03%. Alhasil, harga emas pun cenderung tertekan pada hari ini.   

(RHG/gus) Next Article China Serang AS Via WTO, Harga Emas Terendah Dalam 2 Pekan

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular