Dolar Tertekan, Pemerintah Serap Rp 6,26 T dari Lelang SBSN

Irvin Avriano A., CNBC Indonesia
21 August 2018 18:36
Faktor Trump Kritik The Fed
Foto: Freepik
Hasil lelang yang ramai penawaran dan jumlah penerbitan tersebut terjadi ketika nilai tukar rupiah dan pasar saham menguat, di tengah kondusifnya situasi ekonomi global. Kondisi global saat ini masih bersahabat untuk instrumen investasi negara berkembang seperti Indonesia sehingga belum ada aliran dana yang deras lagi ke pasar modal AS.

Kondusifnya dan melemahnya nilai tukar dolar AS disebabkan oleh tekanan Presiden AS Donald Trump kepada bank sentralnya sendiri yakni the Federal Reserve. Trump kembali mengungkapkan ketidaksetujuannya dengan keputusan the Federal Reserve yang menaikkan suku bunga acuan, sehingga menelurkan anggapan bahwa kondisi AS belum cukup kondusif.

Meskipun jumlah minat besar dan penerbitan juga di atas target, dalam lelang tersebut hampir seluruh seri lelang dimenangkan pemerintah dengan tingkat imbal hasil (yield) rerata tertimbang di atas prediksi pelaku pasar. 

Rerata yield tertimbang SPNS 6 bulan yang dimenangkan pemerintah berada pada 6,3%, SPNS 9 bulan 6,53%, PBS 2 tahun 7,52%, PBS 4 tahun 7,69%, PBS 7 tahun 8,24%, dan PBS 13 tahun 8,61%. Hal tersebut mencerminkan indikasi bahwa pemerintah masih perlu memenuhi penerbitan SBN yang kuartal III-2018 ini ditetapkan Rp 181 triliun.

SeriPrediksi MNC SekuritasRealisasi Lelang
SPN-S 080220196,18750% - 6,28125%6,304%
SPN-S 08520196,31250% - 6,40625%6,537%
PBS0167,40625% - 7,50000%7,520%
PBS0027,53125% - 7,62500%7,690%
PBS0128,09375% - 8,18750%8,248%
PBS0158,37500% - 8,46875%8,610%
Jumlah penawaranRp 8 triliun-Rp 15 triliun14,802

Sumber: Diolah 

Pada akhir perdagangan, penguatan harga terjadi lebih besar dibandingkan yang terjadi pada sesi pagi. Apresiasi harga SBN tersebut tercermin dari empat seri acuan (benchmark) yang sekaligus memangkas yield-nya. Pergerakan harga dan yield obligasi saling bertolak belakang di pasar sekunder.

Keempat seri itu adalah FR0063 bertenor 5 tahun, FR0064 bertenor 10 tahun, FR0065 bertenor 15 tahun, dan FR0075 bertenor 30 tahun.   Acuan 15 tahun dan 10 tahun mengalami penguatan harga terbesar, dengan penurunan yield 8 basis poin (bps) dan 7 bps hingga yield-nya menjadi 8,21% dan 7,84%.

Besaran 100 bps setara dengan 1%. Yield acuan 15 tahun dan 10 tahun tadi pagi hanya turun 3 bps dan 2 bps.  

Dua seri lain adalah acuan 5 tahun dan acuan 20 tahun yang mengalami penurunan yield lebih tipis, masing-masing 6 bps dan 2 bps menjadi 7,73% dan 8,37%.

Penguatan SBN tersebut ternyata dibarengi dengan koreksi di pasar obligasi AS, sehingga membuat selisih (spread) antara SBN tenor 10 tahun dan US Treasury 10 tahun menyempit yang sekarang sudah di bawah level psikologis 500 bps.

Saat ini spread antara US Treasury dengan SBN 10 tahun sudah berada di 499 basis poin, turun dari posisi tadi pagi 505 bps dan posisi pekan lalu 511 bps.

Spread yang menyempit mengindikasikan investor global sudah mulai menyeimbangkan (rebalancing) portofolionya dalam jangka pendek karena sudah masuk ke pasar SBN rupiah yang menawarkan yield lebih tinggi dan harga yang lebih murah dibandingkan dengan sebelumnya.

Hari ini, pemerintah juga baru mengumumkan bahwa kemarin telah dilepas SBN seri FR0074 yang bertenor 14 tahun (berkupon 7,5%) melalui metode penawaran terbatas. Jumlah yang dilepas adalah Rp750 miliar dengan yield 8,35%. 

Yield Obligasi Negara Acuan 21 Aug 2018
SeriBenchmarkYield 20 Aug 2018 (%) Yield 21 Aug 2018 (%)Selisih (basis poin)
FR00635 tahun7.8027.736-6.60
FR006410 tahun7.9137.84-7.30
FR006515 tahun8.2938.212-8.10
FR007520 tahun8.4048.379-2.50
Sumber: Reuters  

TIM RISET CNBC INDONESIA
(irv/hps)

Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular