
Ini Cerita Tentang Trump yang Buat Harga Emas Hancur Lebur
Prima Wirayani, CNBC Indonesia
21 August 2018 15:29

Jakarta, CNBC Indonesia - Komoditas emas sedang menghadapi periode yang sulit sepanjang tahun ini dan semua ini adalah akibat ulah Presiden Amerika Serikat (AS) Donald Trump.
Harga emas telah menyentuh posisi tertingginya tahun ini d US$1.358 per troy ounce di 24 Januari lalu. Sejak itu, harga emas menuruni bukit yang curam hingga tiba di posisi terendahnya US$1.174 per troy ounce pada 16 Agustus pekan lalu.
Harga emas kemudian sempat pulih menjadi US$1.184.
Dengan demikian, logam mulia ini telah mengalami penurunan harga sekitar 13,5% dari posisi tertingginya hanya dalam waktu sekitar enam bulan. Pergerakan ini disebut investor sedang berada di area koreksi dan sedang menuju pasar bearish.
Koreksi terjadi bila harga turun lebih dari 10% sementara pasar bearish terjadi ketika harga anjlok lebih dari 20%.
Kejatuhan harga emas itu disebabkan oleh penguatan dolar AS yang terjadi di rentang waktu yang sama. Forbes, seperti dikutip Selasa (21/8/2018) menulis, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap beberapa mata uang penting dunia melompat 7% dari 85 di 24 Januari menjadi 91 di 10 Agustus.
Karena harga emas diukur dalam dolar, ketika dolar menguat, harga emas akan jatuh. Beberapa orang mengatakan nilai dolar ditentukan oleh berapa banyak nilai itu dapat membeli emas sehingga ketika harga emas melemah, itu berarti nilai dolar sedang melonjak, tulis Forbes.
Alasan mengapa greenback begitu perkasa adalah bauran kebijakan ekonomi yang saat ini sedang diambil pemerintah AS. Suku bunga untuk obligasi jangka pendek naik dan diperkirakan akan terus begitu dalam beberapa waktu ke depan.
Ditambah lagi, pemerintah AS kini belanja lebih banyak daripada jumlah pendapatan yang mampu mereka kumpulkan sehingga kebutuhan anggaran akan ditutup dari penerbitan obligasi tambahan.
Di saat yang sama, bank sentral AS Federal Reserve sedang secara bertahap menaikkan suku bunga acuannya. Jadi, secara singkat pemerintahan Trump sedang mengadopsi kebijakan fiskal longgar saat The Fed mengetatkan kebijakan moneternya.
Sebagai akibatnya, arus modal membanjiri AS.
"Investor asing membeli US$417,4 miliar aset AS di kuartal kedua, terbanyak dalam satu kuartal selama satu dekade terakhir," menurut data Departemen Keuangan AS.
Secara sederhana, aliran modal asing itu membuat investor membeli lebih banyak dolar sehingga greenback terus menguat. Namun, konsekuensinya adalah harga emas tertekan dalam.
Namun, investor tak perlu cemas sebab di saat yang sama instrumen investasi lainnya masih mampu memberikan kinerja yang baik.
(dru) Next Article Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!
Harga emas telah menyentuh posisi tertingginya tahun ini d US$1.358 per troy ounce di 24 Januari lalu. Sejak itu, harga emas menuruni bukit yang curam hingga tiba di posisi terendahnya US$1.174 per troy ounce pada 16 Agustus pekan lalu.
Harga emas kemudian sempat pulih menjadi US$1.184.
Koreksi terjadi bila harga turun lebih dari 10% sementara pasar bearish terjadi ketika harga anjlok lebih dari 20%.
Kejatuhan harga emas itu disebabkan oleh penguatan dolar AS yang terjadi di rentang waktu yang sama. Forbes, seperti dikutip Selasa (21/8/2018) menulis, indeks dolar yang mengukur greenback terhadap beberapa mata uang penting dunia melompat 7% dari 85 di 24 Januari menjadi 91 di 10 Agustus.
Karena harga emas diukur dalam dolar, ketika dolar menguat, harga emas akan jatuh. Beberapa orang mengatakan nilai dolar ditentukan oleh berapa banyak nilai itu dapat membeli emas sehingga ketika harga emas melemah, itu berarti nilai dolar sedang melonjak, tulis Forbes.
Alasan mengapa greenback begitu perkasa adalah bauran kebijakan ekonomi yang saat ini sedang diambil pemerintah AS. Suku bunga untuk obligasi jangka pendek naik dan diperkirakan akan terus begitu dalam beberapa waktu ke depan.
Ditambah lagi, pemerintah AS kini belanja lebih banyak daripada jumlah pendapatan yang mampu mereka kumpulkan sehingga kebutuhan anggaran akan ditutup dari penerbitan obligasi tambahan.
Di saat yang sama, bank sentral AS Federal Reserve sedang secara bertahap menaikkan suku bunga acuannya. Jadi, secara singkat pemerintahan Trump sedang mengadopsi kebijakan fiskal longgar saat The Fed mengetatkan kebijakan moneternya.
Sebagai akibatnya, arus modal membanjiri AS.
"Investor asing membeli US$417,4 miliar aset AS di kuartal kedua, terbanyak dalam satu kuartal selama satu dekade terakhir," menurut data Departemen Keuangan AS.
Secara sederhana, aliran modal asing itu membuat investor membeli lebih banyak dolar sehingga greenback terus menguat. Namun, konsekuensinya adalah harga emas tertekan dalam.
Namun, investor tak perlu cemas sebab di saat yang sama instrumen investasi lainnya masih mampu memberikan kinerja yang baik.
(dru) Next Article Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!
Most Popular