Harga Emas Menuju Performa Mingguan Terparah Dalam 15 Bulan

Raditya Hanung, CNBC Indonesia
17 August 2018 16:30
Di sepanjang pekan ini, harga sang logam mulia dihajar habis-habisan oleh dolar Amerika Serikat (AS) yang sedang perkasa.
Foto: REUTERS/Leonhard Foeger
Jakarta, CNBC Indonesia - Harga emas COMEX kontrak pengiriman Desember 2018 bergerak menguat tipis sebesar 0,05% ke US$1.184,6/troy ounce, pada perdagangan hari ini Jumat (17/08/2018) hingga pukul 15.50 WIB hari ini.

Meski bergerak naik, harga emas menuju pelemahan mingguan nyaris 3%. Koreksi sedalam itu merupakan yang terparah dalam 15 bulan terakhir. Di sepanjang pekan ini, harga sang logam mulia dihajar habis-habisan oleh dolar Amerika Serikat (AS) yang sedang perkasa.

Harga Emas Menuju Performa Mingguan Terparah Dalam 15 BulanFoto: CNBC Indonesia/Raditya Hanung

Sumber: CNBC International

Harga emas hari ini mendapatkan dukungan dari dolar AS yang berada dalam posisi defensif. Dollar Index, yang mencerminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang utama dunia, terkoreksi sebesar 0,22% hingga pukul 15.50 WIB hari ini.

Tekanan yang dialami dolar AS datang dari perkembangan positif hubungan AS dan China. Mengutip Reuters, delegasi dari Beijing akan bertandang ke Washington pada akhir bulan ini untuk membahas isu-isu perdagangan.

Delegasi China akan dipimpin oleh Wang Shouwen, Wakil Menteri Perdagangan. Sementara AS akan diwakili oleh David Malpass, penasihat Kementerian Keuangan AS bidang perdagangan internasional.

Friksi dagang AS vs China memang masih terjadi. Teranyar, China melaporkan kebijakan AS ke Organisasi Perdagangan Dunia (WTO). China memprotes kebijakan AS yang memberi subsidi kepada perusahaan energi terbarukan dan menerapkan bea masuk untuk impor panel surya. Kebijakan ini dilakukan AS pada Januari 2018, dan menjadi peluit dimulainya pertandingan perang dagang.

Namun dengan pembicaraan AS-China, diharapkan ada titik temu di antara mereka sehingga perselisihan bisa diselesaikan. Harapan itu membuat pelaku pasar optimistis, dan mulai berani mengambil risiko. Dana-dana pun mulai meninggalkan dolar AS dan menyebar ke berbagai penjuru. Termasuk ke pasar keuangan negara berkembang Asia.

Selain itu, rilis data pembangunan rumah baru di AS hanya dilaporkan bertambah sebesar 1,17 juta unit pada bulan Juli 2018, masih jauh di bawah ekspektasi pasar sebesar 1,27 juta unit. Hal ini mengindikasikan tertekannya pasar perumahan di negeri adidaya, disebabkan oleh meningkatnya biaya konstruksi dan kelangkaan tenaga kerja. Data ini lantas menjadi sentimen negatif tambahan bagi dolar AS.

Seperti diketahui, aset berdenominasi dolar AS seperti emas akan sensitif terhadap pergerakan mata uang tersebut. Terdepresiasinya dolar AS akan membuat emas relatif lebih murah untuk pemegang mata uang asing selain greenback. Hal ini lantas mampu menyokong permintaan sang logam mulia.

Meski demikian, perlu diingat bahwa Dollar Index sudah menguat hingga 0,3% di sepanjang pekan ini, hingga perdagangan kemarin. Indeks ini bahkan sempat menyentuh posisi tertingginya sejak Juni 2017 di pekan ini. Penyebabnya tidak lain adalah tensi Turki-AS yang meninggi.

Akibat retaknya hubungan Ankara-Washington, mata uang lira Turki pun terjun bebas. Ketika lira terus melemah, dikhawatirkan utang luar negeri perusahaan-perusahaan di Turki membengkak. Dalam satu titik, potensi gagal bayar (default) massal pun tidak bisa diabaikan. Jika default itu terjadi, maka dampaknya bisa meluas. Sebab, perusahaan-perusahaan asal Turki banyak meminjam uang di bank luar negeri.

Oleh karena itu, pasar mencemaskan akan terjadi efek penularan (contagion effect) terhadap sistem keuangan global. Risiko ini yang kemudian membuat investor memasang mode risk-off di pekan ini, ogah mengambil risiko.

Investor pun berbondong-bondong mengalihkan asetnya ke instrumen safe haven, seperti mata uang yen Jepang atau franc Swiss. Namun dalam kadar tertentu, dolar AS pun bisa berlaku sebagai safe haven karena dinilai aman, dan juga menjanjikan imbal hasil tinggi akibat potensi kenaikan suku bunga acuan.

Alhasil, mata uang negeri adidaya pun superior di pekan ini. Sebaliknya, harga emas justru jatuh cukup dalam di pekan ini, bahkan sempat menyentuh titik terendahnya dalam 1,5 tahun lebih atau sejak Desember 2016, pada perdagangan hari Kamis (16/08/2018).

TIM RISET CNBC INDONESIA
(RHG/hps) Next Article Akhirnya, Emas Mulai Menunjukkan Kilaunya!

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular