
DPR Pertanyakan Tingginya Hapus Buku Bank BUMN
Rivi Satrianegara, CNBC Indonesia
21 August 2018 07:42

Jakarta, CNBC Indonesia - Seiring dengan penurunan rasio kredit bermasalah atau non-performing loan (NPL) bank-bank milik pemerintah, yakni PT Bank Mandiri (Persero) Tbk (BMRI), PT Bank Negara Indonesia (Persero) Tbk (BBNI), dan PT Bank Rakyat Indonesia (Persero) Tbk (BBRI), yang mengalami penurunan, tercatat nilai hapus buku yang juga tergolong tinggi.
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Himbara (Himpunan Bank Milik Negara), dan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dipaparkan data hapus bank beberapa bank. BRI mencatat jumlah hapus buku pada semester I-2018 mencapai Rp 5,6 triliun. Sedangkan sudah ada pemulihan kredit terhadap hapus buku (recovery rate) sebesar Rp 2,4 triliun atau 43%.
Kedua yaitu Bank BNI, mencatatkan hapus buku Rp 4,2 triliun dengan pemulihan kredit Rp 1,047 triliun. Dalam paparan BNI, tercatat jumlah hapus buku meningkat dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 3,4 triliun dengan pemulihan Rp 1,096 triliun.
Lalu, Bank Mandiri pada kuartal II-2018 mencatatkan nilai hapus buku mencapai Rp 2,76 triliun.
Selanjutnya, dipaparkan pula restrukturisasi kredit atau upaya perbaikan yang dilakukan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan melakukan pembayaran. Bank Mandiri mencatatkan restrukturisasi pada kuartal II-2018 sebesar Rp 50,6 triliun.
Sedangkan untuk semester I-2018, restrukturisasi BNI mencapai Rp 27,9 triliun. Atas total kredit, rasio restrukrisasi BNI pada periode tersebut adalah 6,1% atau turun dari periode sama tahun lalu yang mencapai 6,9%.
Komisi VI DPR RI pun menyoroti tingginya jumlah hapus buku di masing-masing bank yang belum memiliki data jelas dan sama, juga terkait informasi atas siapa-siapa saja yang menerima penghapusan tersebut.
Maka dari itu, dalam rapat tersebut muncul kesimpulan untuk masing-masing bank bisa memberi data terkait nasabah hapus buku dalam lima tahun terakhir pada 15 September 2018 mendatang. Pelaporan itu termasuk mekanisme restrukturisasi kredit, data debitur yang menerima hapus buku, serta data kredit KUR macet.
(prm) Next Article Rapor Laba Bank BUMN 2024: BRI Terbesar, BRIS Tumbuh Paling Tinggi!
Dalam Rapat Dengar Pendapat (RDP) antara Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN), Himbara (Himpunan Bank Milik Negara), dan Komisi VI Dewan Perwakilan Rakyat (DPR), dipaparkan data hapus bank beberapa bank. BRI mencatat jumlah hapus buku pada semester I-2018 mencapai Rp 5,6 triliun. Sedangkan sudah ada pemulihan kredit terhadap hapus buku (recovery rate) sebesar Rp 2,4 triliun atau 43%.
Kedua yaitu Bank BNI, mencatatkan hapus buku Rp 4,2 triliun dengan pemulihan kredit Rp 1,047 triliun. Dalam paparan BNI, tercatat jumlah hapus buku meningkat dibanding periode sama tahun lalu yang mencapai Rp 3,4 triliun dengan pemulihan Rp 1,096 triliun.
Selanjutnya, dipaparkan pula restrukturisasi kredit atau upaya perbaikan yang dilakukan dalam kegiatan perkreditan terhadap debitur yang mengalami kesulitan melakukan pembayaran. Bank Mandiri mencatatkan restrukturisasi pada kuartal II-2018 sebesar Rp 50,6 triliun.
Sedangkan untuk semester I-2018, restrukturisasi BNI mencapai Rp 27,9 triliun. Atas total kredit, rasio restrukrisasi BNI pada periode tersebut adalah 6,1% atau turun dari periode sama tahun lalu yang mencapai 6,9%.
Komisi VI DPR RI pun menyoroti tingginya jumlah hapus buku di masing-masing bank yang belum memiliki data jelas dan sama, juga terkait informasi atas siapa-siapa saja yang menerima penghapusan tersebut.
Maka dari itu, dalam rapat tersebut muncul kesimpulan untuk masing-masing bank bisa memberi data terkait nasabah hapus buku dalam lima tahun terakhir pada 15 September 2018 mendatang. Pelaporan itu termasuk mekanisme restrukturisasi kredit, data debitur yang menerima hapus buku, serta data kredit KUR macet.
(prm) Next Article Rapor Laba Bank BUMN 2024: BRI Terbesar, BRIS Tumbuh Paling Tinggi!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular