
Ketidakpastian Global Masih Hantui Ekonomi RI hingga 2022
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
20 August 2018 08:53

Jakarta, CNBC Indonesia - Pertumbuhan ekonomi Indonesia dalam jangka menengah masih akan tetap diwarnai berbagai ketidakpastian global. Meski demikian, pemerintah cukup optimistis geliat perekonomian nasional tak akan terganggu.
Pada 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada di rentang 5,5%-6,2%. Kemudian pada 2021 dan 2022, akselerasi ekonomi nasional masing-masing berada di kisaran 5,5%-6,4% dan 5,8%-6,5%.
Adapun proyeksi tersebut bahkan belum mendekati angka target pertumbuhan yang dicanangkan Presiden Joko Widodo dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 sebesar 7%.
Demikian terungkap dalam Nota Keuangan dan RAPBN 2019 seperti dikutip CNBC Indonesia, Senin (20/8/2018).
"Mencermati perkembangan perekonomian global dan domestik selama lima tahun terakhir, perekonomian nasional ke depan diperkirakan relatif stabil dan menunjukkan optimisme dalam jangka menengah," jelas kutipan Nota Keuangan dan RAPBN 2019 tersebut.
Risiko Global
Beberapa risiko yang dihadapi antara lain dari sisi kebijakan perdagangan yang semakin protektif dan berujung pada perang dagang menjadi salah satu risiko terbesar yang dihadapi oleh perekonomian dunia.
Selain itu, risiko lain bersumber dari normalisasi moneter di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), yang berpotensi menimbulkan dinamika likuiditas pada sektor keuangan global serta situasi geopolitik yang memanas di berbagai belahan dunia.
"Perkembangan perekonomian global ini secara langsung akan berpengaruh terhadap perekonomian nasional," menurut nota keuangan.
Risiko Domestik
Sementara itu, dari dalam negeri, perekonomian domestik masih menghadapi berbagai tantangan. Misalnya, dari sisi supply constraints karena daya dukung infrastruktur yang belum sepenuhnya memadai.
"Ini memerlukan terobosan-terobosan untuk mendorong produktivitas," dikutip dari dokumen tersebut.
Selain itu, masih kurang kuatnya daya saing ekonomi membutuhkan efisiensi sistem logistik dan birokrasi, masalah kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan yang perlu dientaskan melalui kebijakan afirmasi.
"isu-isu terkait dinamika ketenagakerjaan dan skill gap antara tenaga kerja yang tersedia dengan pasar tenaga kerja membutuhkan penguatan kuantitas dan kualitas pendidikan vokasional."
Adapun investasi dan konsumsi masyarakat masih tetap menjadi motor utama yang diharapkan dapat menjadi penggerak perekonomian. Ada beberapa hal yang akan dilakukan pemerintah, untuk tetap menjaga dua indikator tersebut tetap tumbuh.
"salah satu kunci pendorong pertumbuhan ekonomi nasional perlu disertai dengan upaya menjaga dan meningkatkan tingkat keyakinan masyarakat dan investor melalui peningkatan stabilitas politik dan keamanan, serta kepastian hukum dan kebijakan,"
(prm) Next Article Ekonom: Perang Dagang Jadi Kunci Rupiah di Tahun Politik
Pada 2020, pertumbuhan ekonomi Indonesia diperkirakan berada di rentang 5,5%-6,2%. Kemudian pada 2021 dan 2022, akselerasi ekonomi nasional masing-masing berada di kisaran 5,5%-6,4% dan 5,8%-6,5%.
Adapun proyeksi tersebut bahkan belum mendekati angka target pertumbuhan yang dicanangkan Presiden Joko Widodo dalam Rencana Pembangunan Jangka Menengah Nasional (RPJMN) 2014-2019 sebesar 7%.
"Mencermati perkembangan perekonomian global dan domestik selama lima tahun terakhir, perekonomian nasional ke depan diperkirakan relatif stabil dan menunjukkan optimisme dalam jangka menengah," jelas kutipan Nota Keuangan dan RAPBN 2019 tersebut.
Risiko Global
Beberapa risiko yang dihadapi antara lain dari sisi kebijakan perdagangan yang semakin protektif dan berujung pada perang dagang menjadi salah satu risiko terbesar yang dihadapi oleh perekonomian dunia.
Selain itu, risiko lain bersumber dari normalisasi moneter di beberapa negara maju, seperti Amerika Serikat (AS), yang berpotensi menimbulkan dinamika likuiditas pada sektor keuangan global serta situasi geopolitik yang memanas di berbagai belahan dunia.
"Perkembangan perekonomian global ini secara langsung akan berpengaruh terhadap perekonomian nasional," menurut nota keuangan.
Risiko Domestik
Sementara itu, dari dalam negeri, perekonomian domestik masih menghadapi berbagai tantangan. Misalnya, dari sisi supply constraints karena daya dukung infrastruktur yang belum sepenuhnya memadai.
"Ini memerlukan terobosan-terobosan untuk mendorong produktivitas," dikutip dari dokumen tersebut.
Selain itu, masih kurang kuatnya daya saing ekonomi membutuhkan efisiensi sistem logistik dan birokrasi, masalah kemiskinan, pengangguran, dan kesenjangan yang perlu dientaskan melalui kebijakan afirmasi.
"isu-isu terkait dinamika ketenagakerjaan dan skill gap antara tenaga kerja yang tersedia dengan pasar tenaga kerja membutuhkan penguatan kuantitas dan kualitas pendidikan vokasional."
Adapun investasi dan konsumsi masyarakat masih tetap menjadi motor utama yang diharapkan dapat menjadi penggerak perekonomian. Ada beberapa hal yang akan dilakukan pemerintah, untuk tetap menjaga dua indikator tersebut tetap tumbuh.
"salah satu kunci pendorong pertumbuhan ekonomi nasional perlu disertai dengan upaya menjaga dan meningkatkan tingkat keyakinan masyarakat dan investor melalui peningkatan stabilitas politik dan keamanan, serta kepastian hukum dan kebijakan,"
(prm) Next Article Ekonom: Perang Dagang Jadi Kunci Rupiah di Tahun Politik
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular