
Internasional
Surplus Perdagangan Jepang dengan AS Turun 22% di Juli
Bernhart Farras, CNBC Indonesia
16 August 2018 13:02

Tokyo, CNBC Indonesia - Surplus perdagangan Jepang dengan Amerika Serikat (AS), yang sensitif secara politik, merosot tajam pada bulan Juli, menurut data resmi yang dipublikasikan pada hari Kamis (16/8/2018). Kedua negara yang bersekutu itu terus berseteru terkait kebijakan perdagangan AS.
Surplus Jepang dengan AS merosot 22,1% yang disebabkan oleh turunnya pengiriman kendaraan bermotor dan peralatan pembuat microchip.
Meskipun memiliki hubungan politik dan ekonomi yang dekat dengan AS, Jepang tidak mendapat pengecualian dari Presiden Donald Trump dalam pengenaan bea masuk produk baja dan alumunium. Tokyo telah memperingatkan akan membalas di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Pejabat tinggi dari kedua belah pihak bertemu di Washington pekan lalu tetapi tidak ada terobosan yang diumumkan setelah pembicaraan tersebut.
Secara keseluruhan, Jepang mencatat defisit perdagangan sebesar 231,2 miliar yen atau US$2 miliar (Rp 29 triliun) bulan lalu, dibandingkan surplus sebesar 406,6 miliar yen atau US$3 miliar di bulan yang sama tahun lalu, AFP melaporkan.
Dengan penguatan yen terhadap dolar, ekspor mencatat pertumbuhan paling lambat dalam empat bulan, naik 3,9% dari tahun ke tahun. Sementara itu, impor melonjak 14,6%.
Defisit Jepang dengan mitra dagang terbesarnya, Cina, menyusut 17,8% karena ekspor naik 11,9%, kenaikan dua digit dalam lima bulan berturut-turut.
(prm) Next Article Tamparan Keras untuk Pemerintah Lewat Defisit Neraca Dagang
Surplus Jepang dengan AS merosot 22,1% yang disebabkan oleh turunnya pengiriman kendaraan bermotor dan peralatan pembuat microchip.
Meskipun memiliki hubungan politik dan ekonomi yang dekat dengan AS, Jepang tidak mendapat pengecualian dari Presiden Donald Trump dalam pengenaan bea masuk produk baja dan alumunium. Tokyo telah memperingatkan akan membalas di Organisasi Perdagangan Dunia (WTO).
Secara keseluruhan, Jepang mencatat defisit perdagangan sebesar 231,2 miliar yen atau US$2 miliar (Rp 29 triliun) bulan lalu, dibandingkan surplus sebesar 406,6 miliar yen atau US$3 miliar di bulan yang sama tahun lalu, AFP melaporkan.
Dengan penguatan yen terhadap dolar, ekspor mencatat pertumbuhan paling lambat dalam empat bulan, naik 3,9% dari tahun ke tahun. Sementara itu, impor melonjak 14,6%.
Defisit Jepang dengan mitra dagang terbesarnya, Cina, menyusut 17,8% karena ekspor naik 11,9%, kenaikan dua digit dalam lima bulan berturut-turut.
(prm) Next Article Tamparan Keras untuk Pemerintah Lewat Defisit Neraca Dagang
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular