
Lira Terus Cetak Rekor Terlemah, Kenapa Rupiah Ikut Terjepit?
Alfado Agustio & Arif Gunawan, CNBC Indonesia
14 August 2018 10:30

Jakarta, CNBC Indonesia - Pelemahan lira terhadap dolar Amerika Serikat (AS) masih berlanjut pada pagi ini. Kondisi ini terjadi setelah Presiden AS Donald Trump menyetujui pengenaan bea masuk bagi impor baja dan aluminium asal Turki masing-masing sebesar 50% dan 20%.
Pada Selasa (14/8/2018) pukul 09:34 WIB, 1 lira di pasar spot ditransaksikan pada US$ 6,9128. Lira melemah 0,78% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Selain itu, posisi ini merupakan yang terlemah sepanjang sejarah.
Pelemahan lira itu memicu kekhawatiran jika utang luar negeri perusahaan-perusahaan di Turki membengkak. Hingga berujung gagal bayar (default) massal. Jika default massal itu terjadi, maka dampaknya bisa meluas. Sebab, banyak dari perusahaan Turki yang meminjam uang dari bank-bank asing.
Oleh karena itu, pasar mencemaskan akan terjadi efek penularan (contagion effect) terhadap sistem keuangan global. Hal ini yang menyebabkan investor beralih ke instrumen investasi minim resiko (safe haven asset) seperti dolar AS, yen Jepang hingga franch Swiss.
[Gambas:Video CNBC]
"Investor global membidik negara dengan tantangan ekonomi serupa, baik yang dibelit defisit neraca transaksi berjalan (CAD), menghadapi tekanan inflasi, atau memiliki utang berdenominasi asing. Brasil, Meksiko, Indonesia, dan Afrika Selatan masuk ke pertimbangan pertama dan utama," ujar David Rosenberd, ekonom kepala dan perencana investasi Gluskin Sheff, seperti dikutip CNBC.
Pada Selasa (14/8/2018) pukul 10:00 WIB, rupiah melemah 0,07% terhadap dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.600. Anjloknya lira terjadi setelah Trump membalas langkah Turki yang menahan seorang pastur asal AS, Andrew Brunson.
Pemerintah Turki menuding Brunson sebagai salah satu pendukung upaya kudeta yang gagal pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.
Upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk meredakan tekanan terhadap lira dengan menyuruh masyarakatnya menukarkan dolar AS dan emas ke lira tak direspons positif oleh pelaku pasar.
Di tengah kondisi itu, investor pun memburu greenback sehingga ketersediaan mata uang tersebut di Negeri Kebab pun berkurang. Akibatnya kejatuhan lira semakin menggila dan terlemah sepanjang sejarah pagi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/roy) Next Article Ikuti China, Erdogan Suarakan Turki 'Buang Dolar'
Pada Selasa (14/8/2018) pukul 09:34 WIB, 1 lira di pasar spot ditransaksikan pada US$ 6,9128. Lira melemah 0,78% dibandingkan penutupan perdagangan kemarin. Selain itu, posisi ini merupakan yang terlemah sepanjang sejarah.
![]() |
Oleh karena itu, pasar mencemaskan akan terjadi efek penularan (contagion effect) terhadap sistem keuangan global. Hal ini yang menyebabkan investor beralih ke instrumen investasi minim resiko (safe haven asset) seperti dolar AS, yen Jepang hingga franch Swiss.
"Investor global membidik negara dengan tantangan ekonomi serupa, baik yang dibelit defisit neraca transaksi berjalan (CAD), menghadapi tekanan inflasi, atau memiliki utang berdenominasi asing. Brasil, Meksiko, Indonesia, dan Afrika Selatan masuk ke pertimbangan pertama dan utama," ujar David Rosenberd, ekonom kepala dan perencana investasi Gluskin Sheff, seperti dikutip CNBC.
Pada Selasa (14/8/2018) pukul 10:00 WIB, rupiah melemah 0,07% terhadap dolar AS di pasar spot ke level Rp 14.600. Anjloknya lira terjadi setelah Trump membalas langkah Turki yang menahan seorang pastur asal AS, Andrew Brunson.
Pemerintah Turki menuding Brunson sebagai salah satu pendukung upaya kudeta yang gagal pada 2016. Brunson menolak tuduhan tersebut, tetapi nasibnya masih terkatung-katung.
Upaya Presiden Turki Recep Tayyip Erdogan untuk meredakan tekanan terhadap lira dengan menyuruh masyarakatnya menukarkan dolar AS dan emas ke lira tak direspons positif oleh pelaku pasar.
Di tengah kondisi itu, investor pun memburu greenback sehingga ketersediaan mata uang tersebut di Negeri Kebab pun berkurang. Akibatnya kejatuhan lira semakin menggila dan terlemah sepanjang sejarah pagi ini.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(ags/roy) Next Article Ikuti China, Erdogan Suarakan Turki 'Buang Dolar'
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular