Persaingan Ketat, Samsung Kehilangan Rp 569 T Sepanjang 2018

Rehia Sebayang, CNBC Indonesia
14 August 2018 07:19
Persaingan Ketat, Samsung Kehilangan Rp 569 T Sepanjang 2018
Foto: REUTERS/Adnan Abidi
Jakarta, CNBC Indonesia - Samsung Electronics adalah salah satu saham teknologi terburuk di dunia tahun ini di mana nilainya berkurang hingga miliaran dolar karena peningkatan persaingan di pasar smartphone (ponsel pintar) hingga kekhawatiran tentang kesehatan bisnis semikonduktor telah membebani kinerja perusahaan.

Saham raksasa teknologi asal Korea Selatan itu turun lebih dari 11% tahun ini, lebih besar dari penurunan saham teknologi Amerika Serikat (AS) dan Asia lainnya.

Samsung telah kehilangan lebih dari US$39,4 miliar (Rp 569,01 triliun) kapitalisasi pasarnya sepanjang tahun ini (year-to-date). Angka ini mengecewakan jika dibandingkan reli 41% saham Samsung pada tahun 2017.

Dilansir dari CNBC International, ada beberapa hal yang menyebabkan hal tersebut, di antaranya sebagai berikut.


Kekhawatiran melambatnya lini semikonduktor
Baru-baru ini, divisi semikonduktor telah menjadi bisnis terbesar Samsung, mencakup 37% dari penjualan, tetapi menyumbang 78% dari keuntungan pada kuartal kedua tahun ini. Ini adalah bisnis dengan margin tinggi, yang telah dibantu oleh tingginya permintaan dan kendala dalam pasokan, yang meningkatkan harga chip yang dijual oleh Samsung.

Keberhasilan Samsung dalam bisnis semikonduktor telah membantu mengimbangi pasar smartphone yang lebih lambat, tetapi beberapa analis khawatir bahwa dinamika pasar yang membantu membuat harga lebih tinggi akan lenyap tahun ini.

Dalam catatan riset baru-baru ini, Morgan Stanley memperingatkan adanya peningkatan persediaan di industri semikonduktor, yang dapat membuat perusahaan sulit untuk menjual dengan harga yang lebih tinggi.

Tetapi Samsung belum tampak khawatir. Dalam laporan laba kuartal keduanya, Samsung mengatakan memproyeksikan kondisi pasar untuk chip memori tetap 'solid' di paruh kedua tahun ini.
Penghasilan kuartal kedua Samsung menunjukkan pertumbuhan laba kuartalan paling lambat dalam lebih dari setahun, sebagian karena penjualan smartphone yang lesu.

Pendapatan dari divisi mobile turun 22% secara tahunan (year-on-year/ yoy) di periode tiga bulan hingga Juni, yang Samsung sebut dipengaruhi penjualan Galaxy S9, smartphone unggulan perusahaan, yang lebih rendah dari perkiraan.

Perusahaan ini memproyeksikan smartphone Note 9 yang baru saja dirilis, yang dibanderol dengan harga US$1.000/unit, dapat membantu menaikkan penjualan.

Namun, perusahaan juga menghadapi tantangan pasar karena penurunan penjualan handset dan meningkatnya persaingan.

Penjualan smartphone global menurun 1,8% dari tahun sebelumnya di kuartal kedua, menurut data dari IDC. Dan untuk pertama kalinya, Huawei menjadi perusahaan smartphone terbesar kedua dalam segi penjualannya, melampaui Apple dan hampir menyaingi Samsung yang ada di posisi teratas.

Samsung juga menghadapi persaingan yang ketat di pasar-pasar besar India dan China yang krusial. Huawei adalah pemain terbesar di China, diikuti oleh Oppo, Vivo dan Xiaomi, yang semuanya adalah perusahaan domestik. Samsung, yang beberapa tahun lalu masuk dakam lima besar perusahaan pembuat handset di negara itu, telah kehilangan banyak pangsa pasarnya.

Di India, Samsung, yang sangat dominan di masa lalu, menghadapi persaingan yang meningkat dari Xiaomi, yang sekarang setara dengan saingan Korea Selatan-nya dalam hal penjualan, menurut perusahaan riset Canalys.

Neil Shah, direktur riset di Counterpoint Research, mengatakan Samsung telah kehilangan pangsa di pasar utama China, Eropa dan AS, di mana perusahaan menerapkan harga jual ponsel yang lebih tinggi dari rata-rata. Hal itu membuat ponsel berharga murah yang dijualnya di negara-negara seperti India dan China lebih laku ketimbang ponsel mewahnya.

"S9 premium tidak laku di pasar-pasar itu. Jadi sekarang satu-satunya pasar tempat mereka bisa mereka jual Samsung premium S9 dengan harga mahal adalah Korea, yang merupakan pasar yang sangat kecil. Sebagian besar masalah ini diperparah karena premi yang lebih rendah. Jika perangkat halo Anda tidak bekerja dengan baik, itu disebabkan oleh perangkat yang lebih murah juga, karena Anda kehilangan efek halo dari produk unggulan itu," kata Shah kepada CNBC melalui telepon hari Senin. Samsung memasok panel yang disebut organic light-emitting diode (OLED) untuk Apple iPhone X. Ini membantu meningkatkan pendapatan perusahaan tahun lalu ketika Apple membeli saham dari Samsung untuk rilis perangkat.

Namun pada kuartal kedua 2018, pendapatan divisi panel layar Samsung turun 27% year-on-year karena "permintaan iPhone X pada semester pertama tahun ini belum sama," menurut Shah.

Mengingat masalah ini, Samsung menginvestasikan sebesar US$22 miliar baru-baru ini di bidang kecerdasan buatan (AI) dan teknologi internet seluler 5G. Salah satu topik besar tahun ini adalah apakah saham teknologi dapat melanjutkan kepemimpinan mereka di pasar saham seperti yang mereka lakukan di tahun 2017. Tapi mereka telah mengalami beberapa tekanan tahun ini karena faktor makro, yang termasuk perang dagang antara AS dan China, serta masalah luar seperti masalah privasi saham yang terjadi di Facebook.

Tapi saham teknologi AS terbukti lebih tangguh daripada Asia. Misalnya, Amazon melonjak lebih dari 61%, sementara Apple naik lebih dari 22% YoY. Bahkan Facebook berada di wilayah positif tahun ini, meskipun pendapatan kuartal kedua yang buruk menyebabkan penurunan besar pada harga saham.

Namun perusahaan besar China telah mencatatkan kerugian. Tencent turun hampir 9% untuk tahun ini, sementara Baidu yang terdaftar di AS telah jatuh 6%. Hanya Alibaba yang positif tahun ini, naik 4%.

Samsung bernasib lebih buruk dari perusahaan-perusahaan tersebut, turun lebih dari 11% tahun ini, menjadikannya salah satu saham teknologi utama berkinerja terburuk pada tahun 2018.

Namun, analis masih menganggapnya positif. Perusahaan saat ini mendapatkan 12 peringkat 'strong buy' dan 24 peringkat 'hold' dari analis, menurut data dari Reuters. Dan target harga rata-rata saham adalah 66.327,94 won Korea Selatan (US$58,42), yang mewakili lebih dari 47% kenaikan dari harga penutupan Senin, yang sebesar 45.050 won Korea Selatan.

Daiwa Capital Markets, yang memberi peringkat beli/buy pada Samsung Electronics, mengatakan dalam catatannya bahwa saham perusahaan positif karena "proyeksi labanya kuat dan kemungkinan pengembalian pemegang saham juga menguntungkan serta penilaiannya menarik".
Pages

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular