
Pekan Ini, Harga CPO Dibuka Melemah 1%
Raditya Hanung, CNBC Indonesia
13 August 2018 11:14

Jakarta, CNBC Indonesia- Harga minyak sawit mentah (Crude Palm Oil/CPO) kontrak Oktober 2018 di bursa derivatif Malaysia mengawali pekan ini dengan bergerak melemah 0,98% ke level MYR2.220/ton hingga pukul 10.44 WIB hari ini.
Dengan pergerakan itu, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini tak mampu melanjutkan momentum penguatan pada pekan lalu. Sebagai informasi, dalam seminggu terakhir harga CPO mampu membukukan penguatan sebesar 2,09%.
Faktor yang menjadi pemberat bagi harga CPO datang dari faktor fundamental. Malaysian Palm Oil Board (MPOB) melaporkan kenaikan produksi CPO sebesar 12,8% secara bulanan (month-to-month/MtM) ke level 1,5 juta ton, pada bulan Juli 2018.
Pelaku pasar kini dibuat khawatir akan laju produksi CPO Malaysia. Produksi dari negara produsen terbesar kedua di dunia itu diperkirakan akan terus menanjak dalam beberapa bulan ke depan, dan diperkirakan mencapai puncaknya pada akhir tahun ini.
Dari data lainnya, ekspor minyak kelapa sawit Malaysia juga naik 6,8% MtM di bulan Juli 2018. Namun, secara tahunan (year-on-year/YoY), ekspor menurun hingga 13,57%. Hal ini masih mengindikasikan permintaan CPO global yang belum pulih benar.
Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor minyak kelapa sawit Indonesia juga turun 2% YoY pada semester I-2018, atau dari 15,62 juta ton menjadi 15,30 juta ton. Di sisi lain, produksi minyak sawit RI justru naik cukup signifikan sebesar 23% YoY dari 18,15 juta ton menjadi 22,32 juta ton, di periode yang sama.
Di sisi lain, stok CPO Negeri Jiran dilaporkan mengalami pertumbuhan sebesar 1,3% MtM ke 2,21 juta ton di bulan lalu. Kabar baiknya, kenaikan ini masih lebih lambat dari konsensus Reuters yang mengestimasikan kenaikan sebesar 7% MtM ke 2,34 juta ton
Data lain yang agak meringankan kekhawatiran investor adalah ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang naik 7,4% MtM pada periode 1-10 Agustus, menurut survei dari AmSpec Agri Malaysia. Sementara itu, menurut SGS kenaikannya mencapai 11,8% MtM di periode yang sama.
Selain dari faktor fundamental, faktor negatif yang membebani harga CPO datang dari harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBOT) yang melemah nyaris 5% pada perdagangan hari Jumat (10/08/2018), pasca pemerintahan Amerika Serikat (AS) memperkirakan stok minyak biji-bijian Negeri Paman Sam akan membengkak ke rekor tertingginya dalam sejarah.
Seperti diketahui, harga CPO akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai anjlok, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
(gus) Next Article Harga Minyak Kedelai Selamatkan Harga CPO
Dengan pergerakan itu, harga komoditas agrikultur unggulan Indonesia dan Malaysia ini tak mampu melanjutkan momentum penguatan pada pekan lalu. Sebagai informasi, dalam seminggu terakhir harga CPO mampu membukukan penguatan sebesar 2,09%.
![]() |
Pelaku pasar kini dibuat khawatir akan laju produksi CPO Malaysia. Produksi dari negara produsen terbesar kedua di dunia itu diperkirakan akan terus menanjak dalam beberapa bulan ke depan, dan diperkirakan mencapai puncaknya pada akhir tahun ini.
Dari data lainnya, ekspor minyak kelapa sawit Malaysia juga naik 6,8% MtM di bulan Juli 2018. Namun, secara tahunan (year-on-year/YoY), ekspor menurun hingga 13,57%. Hal ini masih mengindikasikan permintaan CPO global yang belum pulih benar.
Hal serupa juga terjadi di Indonesia. Berdasarkan data dari Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI), ekspor minyak kelapa sawit Indonesia juga turun 2% YoY pada semester I-2018, atau dari 15,62 juta ton menjadi 15,30 juta ton. Di sisi lain, produksi minyak sawit RI justru naik cukup signifikan sebesar 23% YoY dari 18,15 juta ton menjadi 22,32 juta ton, di periode yang sama.
Di sisi lain, stok CPO Negeri Jiran dilaporkan mengalami pertumbuhan sebesar 1,3% MtM ke 2,21 juta ton di bulan lalu. Kabar baiknya, kenaikan ini masih lebih lambat dari konsensus Reuters yang mengestimasikan kenaikan sebesar 7% MtM ke 2,34 juta ton
Data lain yang agak meringankan kekhawatiran investor adalah ekspor minyak kelapa sawit Malaysia yang naik 7,4% MtM pada periode 1-10 Agustus, menurut survei dari AmSpec Agri Malaysia. Sementara itu, menurut SGS kenaikannya mencapai 11,8% MtM di periode yang sama.
Selain dari faktor fundamental, faktor negatif yang membebani harga CPO datang dari harga minyak kedelai kontrak acuan di Chicago Board of Trade (CBOT) yang melemah nyaris 5% pada perdagangan hari Jumat (10/08/2018), pasca pemerintahan Amerika Serikat (AS) memperkirakan stok minyak biji-bijian Negeri Paman Sam akan membengkak ke rekor tertingginya dalam sejarah.
Seperti diketahui, harga CPO akan dipengaruhi oleh pergerakan harga minyak nabati lainnya (seperti minyak kedelai), seiring mereka bersaing memperebutkan pangsa pasar minyak nabati global. Ketika harga minyak kedelai anjlok, kecenderungannya adalah harga CPO akan ikut turun.
(gus) Next Article Harga Minyak Kedelai Selamatkan Harga CPO
Most Popular