
Fokus Investor
Saham Emiten Poultry Melesat, AS Rencana Naikkan Bea Masuk
Tito Bosnia, CNBC Indonesia
08 August 2018 08:52

Jakarta, CNBC Indonesia - Saham-saham emiten poultry tercatat melesat naik pada perdagangan kemarin Selasa (7/8/18). Tercatat, tiga harga saham emiten poultry yaitu PT Malindo Feedmill Tbk (MAIN), PT Japfa Comfeed Indonesia Tbk (JPFA), dan PT Charoen Pokphand Indonesia Tbk (CPIN) terus naik hingga penutupan perdagangan.
Harga saham MAIN menduduki posisi kenaikan tertinggi (+20,37%) atau 220 poin ke level Rp 1.300/saham. Sedangkan harga saham JPFA melonjak +10,89% ke level Rp 2.240/saham dan harga saham CPIN naik 140 poin (+3,01%) ke level harga Rp 4.790/saham.
Kenaikan harga day old chicks (DOC) dan broiler selama Juli 2018 menjadi pemicu investor memborong ketiga saham tersebut.
Harga broiler di bulan Juli 2018 mencapai Rp22.960/kg atau naik 6,2% secara bulanan. Sementara secara tahunan, harga broiler naik hingga 37,8%.
Secara fundamental, ketiga perusahaan sebelumnya terbilang cukup berisiko bagi investor. Pasalnya, kenaikan penjualan pada tahun lalu tak diikuti oleh kenaikan bottom line alias laba bersih.
Pada tahun 2017, penjualan MAIN, JPFA, dan CPIN naik masing-masing sebesar 3,7%, 9,4%, dan 29%. Namun, laba bersih MAIN dan JPFA justru turun masing-masing sebesar 83,1% dan 51,7%. Sementara itu, laba bersih CPIN masih bisa naik walaupun tak sebesar kenaikan penjualan, yakni sebesar 12,5%.
Namun, sepanjang semester-I 2018, penjualan MAIN, JPFA, dan CPIN naik masing-masing sebesar 13,6%, 18,2%, dan 2,7% YoY. Namun, laba bersih ketiganya meroket masing-masing sebesar 349,7%, 146,2%, dan 59,7% YoY.
Sementara itu, produk-produk poultry atau unggas asal Indonesia kini sedang disasar oleh AS. Melansir Bloomberg, saat ini AS sedang mengurus perizinan kepada World Trade Organization (WTO) untuk menaikkan bea masuk bagi produk-produk ekspor asal Indonesia senilai US$ 350 juta, termasuk produk-produk poultry.
Langkah ini diambil AS, lantaran Indonesia dianggap gagal menaati perintah dari WTO untuk menghapus sejumlah restriksi bagi impor produk-produk agrikultur asal AS. Tenggat waktu bagi Indonesia untuk mematuhi perintah WTO tersebut adalah pada 22 Juli silam.
Mengutip laporan keuangan masing-masing emiten tahun 2017, ketiganya kompak melakukan kegiatan usaha ekspor. Namun, hanya 1 emiten yakni JPFA yang menyebut AS sebagai negara tujuan ekspornya, walaupun tak merinci seberapa besar nilai ekspor ke Negeri Paman Sam. Dalam materi presentasi yang diperoleh dari halaman resmi perusahaan, hal tersebut juga tak dirinci.
Dengan melihat fakta tersebut, seharusnya JPFA menjadi emiten yang memiliki eksposur terbesar terhadap kebijakan AS ketimbang dua emiten lainnya.
(roy) Next Article Saham MAIN, JPFA dan CPIN Melesat, Begini Fundamentalnya
Harga saham MAIN menduduki posisi kenaikan tertinggi (+20,37%) atau 220 poin ke level Rp 1.300/saham. Sedangkan harga saham JPFA melonjak +10,89% ke level Rp 2.240/saham dan harga saham CPIN naik 140 poin (+3,01%) ke level harga Rp 4.790/saham.
Secara fundamental, ketiga perusahaan sebelumnya terbilang cukup berisiko bagi investor. Pasalnya, kenaikan penjualan pada tahun lalu tak diikuti oleh kenaikan bottom line alias laba bersih.
Pada tahun 2017, penjualan MAIN, JPFA, dan CPIN naik masing-masing sebesar 3,7%, 9,4%, dan 29%. Namun, laba bersih MAIN dan JPFA justru turun masing-masing sebesar 83,1% dan 51,7%. Sementara itu, laba bersih CPIN masih bisa naik walaupun tak sebesar kenaikan penjualan, yakni sebesar 12,5%.
Namun, sepanjang semester-I 2018, penjualan MAIN, JPFA, dan CPIN naik masing-masing sebesar 13,6%, 18,2%, dan 2,7% YoY. Namun, laba bersih ketiganya meroket masing-masing sebesar 349,7%, 146,2%, dan 59,7% YoY.
Sementara itu, produk-produk poultry atau unggas asal Indonesia kini sedang disasar oleh AS. Melansir Bloomberg, saat ini AS sedang mengurus perizinan kepada World Trade Organization (WTO) untuk menaikkan bea masuk bagi produk-produk ekspor asal Indonesia senilai US$ 350 juta, termasuk produk-produk poultry.
Langkah ini diambil AS, lantaran Indonesia dianggap gagal menaati perintah dari WTO untuk menghapus sejumlah restriksi bagi impor produk-produk agrikultur asal AS. Tenggat waktu bagi Indonesia untuk mematuhi perintah WTO tersebut adalah pada 22 Juli silam.
Mengutip laporan keuangan masing-masing emiten tahun 2017, ketiganya kompak melakukan kegiatan usaha ekspor. Namun, hanya 1 emiten yakni JPFA yang menyebut AS sebagai negara tujuan ekspornya, walaupun tak merinci seberapa besar nilai ekspor ke Negeri Paman Sam. Dalam materi presentasi yang diperoleh dari halaman resmi perusahaan, hal tersebut juga tak dirinci.
Dengan melihat fakta tersebut, seharusnya JPFA menjadi emiten yang memiliki eksposur terbesar terhadap kebijakan AS ketimbang dua emiten lainnya.
(roy) Next Article Saham MAIN, JPFA dan CPIN Melesat, Begini Fundamentalnya
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular