
Internasional
Laba Barclays Kuartal Dua Melesat 3 Kali Lipat Jadi Rp 36 T
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
02 August 2018 16:32

Jakarta, CNBC Indonesia - Barclays melaporkan kinerja yang lebih baik untuk laba kuartal kedua, pertanda baik bagi pasar setelah bank itu menghadapi tantangan selama beberapa tahun.
Bank asal Inggris itu melaporkan laba sebelum pajak senilai 1,9 miliar poundsterling (Rp 35,9 triliun) di kuartal kedua, lebih tinggi daripada tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) dan melampaui estimasi konsensus yang dikumpulkan bank tersebut.
CEO Barclays Jes Staley mengekspresikan optimismenya tentang hasil kinerja keuangan tersebut kepada CNBC International pada hari Kamis (2/8/2018).
"Ini jelas kuartal yang sangat kuat bagi Barclays, satu dari kuartal-kuartal pertama sejak restrukturasi dimulai di mana kami benar-benar bebas dari semua hambatan utama. Tidak ada lagi litigasi yang membayangi kita, tidak ada lagi biaya yang harus diraih, tidak ada lagi restrukturasi biaya. Satu dari kuartal-kuartal bersih pertama untuk Barclays, dan meramalkan hal-hal yang akan datang," kata Staley, dilansir dari CNBC International.
Barclays melaporkan laba sebelum pajak senilai 1,9 miliar poundsterling di kuartal kedua. Laba operasional semester pertama naik 20% menjadi 3,7 miliar poundsterling, tidak termasuk biaya litigasi dan biaya pengadaan.
Jika termasuk pungutan biaya, laba semester pertama anjlok 29% menjadi 1,66 miliar poundsterling.
Bank mengumumkan dividen interim sebesar 2,5 pence per lembar saham untuk semester pertama dan berencana membayar dividen 6,5 pence per lembar saham di tahun 2018.
Satu setengah tahun belakangan adalah masa yang berat bagi Barclays.
Pasalnya, bank itu berjuang untuk menghilangkan berbagai masalah terkait reputasinya setelah mengalami skandal selama beberapa tahun. Skandal terakhir berpusat pada dugaan penganiayaan pengungkap informasi (whistleblower) yang melanggar hukum di awal tahun 2017.
Barclays melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 56.000 karyawannya, menjual 22 bisnis secara global, dan menutup bisnis perbankan ritel di benua Eropa dan Afrika.
Bank itu juga menghadapi tuntutan dari Kementerian Kehakiman Amerika Serikat (AS) karena penjualan sekuritas berbasis kredit pemilikan rumah (mortgage) bermasalah sebelum krisis keuangan tahun 2008. Bank sepakat untuk membayar US$2 miliar (Rp 28,9 triliun) demi menyelesaikan gugatan itu.
Sebelumnya, Barclays melaporkan laba sebelum pajak kuartal pertama sebesar 1,7 miliar poundsterling di bulan April yang lebih baik daripada prediksi. Meskipun begitu, denda dan biaya hukum menyebabkan perusahaan mengalami kerugian.
(prm) Next Article Tak Hanya Rabobank, Bank Asing Ini juga Setop Operasi di RI
Bank asal Inggris itu melaporkan laba sebelum pajak senilai 1,9 miliar poundsterling (Rp 35,9 triliun) di kuartal kedua, lebih tinggi daripada tahun sebelumnya (year-on-year/yoy) dan melampaui estimasi konsensus yang dikumpulkan bank tersebut.
CEO Barclays Jes Staley mengekspresikan optimismenya tentang hasil kinerja keuangan tersebut kepada CNBC International pada hari Kamis (2/8/2018).
Barclays melaporkan laba sebelum pajak senilai 1,9 miliar poundsterling di kuartal kedua. Laba operasional semester pertama naik 20% menjadi 3,7 miliar poundsterling, tidak termasuk biaya litigasi dan biaya pengadaan.
Jika termasuk pungutan biaya, laba semester pertama anjlok 29% menjadi 1,66 miliar poundsterling.
Bank mengumumkan dividen interim sebesar 2,5 pence per lembar saham untuk semester pertama dan berencana membayar dividen 6,5 pence per lembar saham di tahun 2018.
Satu setengah tahun belakangan adalah masa yang berat bagi Barclays.
Pasalnya, bank itu berjuang untuk menghilangkan berbagai masalah terkait reputasinya setelah mengalami skandal selama beberapa tahun. Skandal terakhir berpusat pada dugaan penganiayaan pengungkap informasi (whistleblower) yang melanggar hukum di awal tahun 2017.
Barclays melakukan pemutusan hubungan kerja (PHK) terhadap 56.000 karyawannya, menjual 22 bisnis secara global, dan menutup bisnis perbankan ritel di benua Eropa dan Afrika.
Bank itu juga menghadapi tuntutan dari Kementerian Kehakiman Amerika Serikat (AS) karena penjualan sekuritas berbasis kredit pemilikan rumah (mortgage) bermasalah sebelum krisis keuangan tahun 2008. Bank sepakat untuk membayar US$2 miliar (Rp 28,9 triliun) demi menyelesaikan gugatan itu.
Sebelumnya, Barclays melaporkan laba sebelum pajak kuartal pertama sebesar 1,7 miliar poundsterling di bulan April yang lebih baik daripada prediksi. Meskipun begitu, denda dan biaya hukum menyebabkan perusahaan mengalami kerugian.
(prm) Next Article Tak Hanya Rabobank, Bank Asing Ini juga Setop Operasi di RI
Most Popular