
'Jangan Harap Rupiah Bisa Kembali ke 13.000/US$'
Chandra Gian Asmara, CNBC Indonesia
02 August 2018 15:45

Jakarta, CNBC Indonesia - Jangan pernah berharap nilai tukar rupiah terhadap dolar AS bisa kembali ke kisaran Rp 13.000/US$. Pasalnya, kondisi perekonomian global saat ini membawa rupiah menuju titik keseimbangan baru.
Hal tersebut dikemukakan mantan Menteri Keuangan Chatib Basri saat berbincang dengan CNBC Indonesia di bilangan Jakarta Pusat, Kamis (2/8/2018). Menurutnya, sulit bagi rupiah kembali ke level tersebut.
"Jangan pernah expect bisa kembali ke Rp 13.000/US$, karena itu tidak mungkin," kata Chatib.
Chatib menjelaskan, kondisi perekonomian global masih menjadi faktor utama yang menyebabkan tekanan terhadap nilai tukar. Misalnya, pemulihan perekonomian AS yang mendorong bank sentral AS meningkatkan bunga acuan
Ketika itu terjadi, maka akan terjadi arus pembalikan modal secara besar-besaran dari pasar keuangan dunia - tak terkecuali Indonesia - menuju ke negeri adi daya tersebut.
"Kondisi yang terjadi sekarang sudah menujuk ke titik equilibrium baru. Kita mau tidak mau harus terima dengan kondisi tersebut," jelasnya.
Pergerakan nilai tukar, sambungnya, bisa saja kembali ke level Rp 13.000/US$. Namun dengan catatan, The Federal Reserve tak lagi menaikkan bunga acuan dalam 2 tahun ini seiring membaiknya ekonomi AS.
"Kalau Fed tidak naikan, bisa saja [kembali ke kisaran Rp 13.000/US$]. Tetapi kalau dinaikkan, dia [rupiah] akan kembali lagi," tegasnya.
Sebagai informasi, kondisi nilai tukar rupiah pada saat ini berada di kisaran Rp 14.400/US$. Sejak awal tahun sampai saat ini, nilai tukar rupiah sudah terdepresiasi hingga 6%.
(dru) Next Article Dolar AS Berpotensi Tembus Level Rp 14.750?
Hal tersebut dikemukakan mantan Menteri Keuangan Chatib Basri saat berbincang dengan CNBC Indonesia di bilangan Jakarta Pusat, Kamis (2/8/2018). Menurutnya, sulit bagi rupiah kembali ke level tersebut.
"Jangan pernah expect bisa kembali ke Rp 13.000/US$, karena itu tidak mungkin," kata Chatib.
Ketika itu terjadi, maka akan terjadi arus pembalikan modal secara besar-besaran dari pasar keuangan dunia - tak terkecuali Indonesia - menuju ke negeri adi daya tersebut.
"Kondisi yang terjadi sekarang sudah menujuk ke titik equilibrium baru. Kita mau tidak mau harus terima dengan kondisi tersebut," jelasnya.
Pergerakan nilai tukar, sambungnya, bisa saja kembali ke level Rp 13.000/US$. Namun dengan catatan, The Federal Reserve tak lagi menaikkan bunga acuan dalam 2 tahun ini seiring membaiknya ekonomi AS.
"Kalau Fed tidak naikan, bisa saja [kembali ke kisaran Rp 13.000/US$]. Tetapi kalau dinaikkan, dia [rupiah] akan kembali lagi," tegasnya.
Sebagai informasi, kondisi nilai tukar rupiah pada saat ini berada di kisaran Rp 14.400/US$. Sejak awal tahun sampai saat ini, nilai tukar rupiah sudah terdepresiasi hingga 6%.
(dru) Next Article Dolar AS Berpotensi Tembus Level Rp 14.750?
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular