
Internasional
Yield Obligasi AS Tembus di Atas 3%, Dolar AS Bakal Menggila?
Irvin Avriano, CNBC Indonesia
01 August 2018 21:07

Jakarta, CNBC Indonesia - Tingkat imbal hasil (yield) obligasi pemerintah Amerika Serikat (AS) tenor 10 tahun menembus level psikologis 3%, tepatnya di kisaran 3,002% pada awal perdagangan waktu AS.
Data Reuters menunjukkan posisi yield itu menjadi rekor tertinggi posisi penutupan harian obligasi pemerintah AS (US Treasury) sejak 23 Mei 2018. Yield adalah indikator dan acuan perdagangan obligasi secara umum, yang pergerakannya bertolak belakang dengan harga.
(roy/roy) Next Article Yield Obligasi Acuan AS Bisa Sentuh 3,5% Sebelum Akhir 2018
Data Reuters menunjukkan posisi yield itu menjadi rekor tertinggi posisi penutupan harian obligasi pemerintah AS (US Treasury) sejak 23 Mei 2018. Yield adalah indikator dan acuan perdagangan obligasi secara umum, yang pergerakannya bertolak belakang dengan harga.
Rekor yield US Treasury 10 tahun tertinggi pernah terjadi pada 13 Juni 2018 tetapi menggunakan data rentang transaksi harian (intraday), bukan posisi akhir transaksi. Obligasi negara tenor 10 tahun kerap dijadikan acuan terhadap kondisi pasar obligasi secara umum dan menjadi indikator untuk mengukur kondisi makroekonomi sebuah negara.
Tembusnya yield US Treasury 10 tahun membuat selisih (spread) dengan yield obligasi pemerintah denominasi rupiah tenor 10 tahun menjadi 474 basis poin (bps), menyempit dari posisi sebelumnya di kisaran 480 bps.
Spread yang menyempit dapat memicu minat investor global untuk masuk kembali ke AS semakin besar. Sebaliknya, jika spread melebar, maka dapat diartikan investor sudah mulai jenuh di pasar AS dan dapat memicu minat investor global untuk keluar dari pasar obligasi AS menuju pasar obligasi Indonesia.
Kenaikan yield US Treasury terjadi setelah data ketenagakerjaan AS menunjukkan hasil yang positif, sehingga memicu sentimen positif terhadap iklim berinvestasi di negara tersebut.
Umumnya, dengan menyikapi data yang optimis dan positif, investor global akan melepas kepemilikannya di bonds pemerintah AS dan mengalihkan dananya ke pasar saham. Malam ini, pasar saham AS belum dibuka. Tekanan jual di pasar bonds tersebut merupakan penyebab koreksi harga sekaligus pendongkrak yield.
Kenaikan yield juga bertepatan dengan momentum menjelang rapat dewan gubernur bank sentral AS (FOMC) yang keputusannya akan diputuskan Kamis dini hari waktu Indonesia.
Bank sentral Negeri Paman Sam diprediksikan akan menahan suku bunga acuan pada edisi kali ini. Probabilitasnya mencapai 97% menurut CME Fedwatch.
TIM RISET CNBC INDONESIA
Tembusnya yield US Treasury 10 tahun membuat selisih (spread) dengan yield obligasi pemerintah denominasi rupiah tenor 10 tahun menjadi 474 basis poin (bps), menyempit dari posisi sebelumnya di kisaran 480 bps.
Spread yang menyempit dapat memicu minat investor global untuk masuk kembali ke AS semakin besar. Sebaliknya, jika spread melebar, maka dapat diartikan investor sudah mulai jenuh di pasar AS dan dapat memicu minat investor global untuk keluar dari pasar obligasi AS menuju pasar obligasi Indonesia.
Kenaikan yield US Treasury terjadi setelah data ketenagakerjaan AS menunjukkan hasil yang positif, sehingga memicu sentimen positif terhadap iklim berinvestasi di negara tersebut.
Umumnya, dengan menyikapi data yang optimis dan positif, investor global akan melepas kepemilikannya di bonds pemerintah AS dan mengalihkan dananya ke pasar saham. Malam ini, pasar saham AS belum dibuka. Tekanan jual di pasar bonds tersebut merupakan penyebab koreksi harga sekaligus pendongkrak yield.
Kenaikan yield juga bertepatan dengan momentum menjelang rapat dewan gubernur bank sentral AS (FOMC) yang keputusannya akan diputuskan Kamis dini hari waktu Indonesia.
Bank sentral Negeri Paman Sam diprediksikan akan menahan suku bunga acuan pada edisi kali ini. Probabilitasnya mencapai 97% menurut CME Fedwatch.
TIM RISET CNBC INDONESIA
(roy/roy) Next Article Yield Obligasi Acuan AS Bisa Sentuh 3,5% Sebelum Akhir 2018
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular