Internasional

Pertumbuhan Ekonomi AS Q2-2018 Capai 4,1%, Rekor Sejak 2014

Raditya Hanung Prakoswa, CNBC Indonesia
27 July 2018 20:31
Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) tumbuh sebesar 4,1% secara tahunan (year-on-year/YoY) pada kuartal II-2018 ini.
Foto: REUTERS / Mike Segar
Jakarta, CNBC Indonesia - Produk Domestik Bruto (PDB) Amerika Serikat (AS) tumbuh sebesar 4,1% quarter-to-quarter (QtQ) pada kuartal II-2018 ini. Capaian ini lantas memberikan harapan bahwa ekonomi Negeri Paman Sam siap melambung tinggi di tahun ini, setelah pada kuartal I-2018 cenderung loyo.

Pertumbuhan ekonomi AS di kuartal II-2018 ini sesuai dengan konsensus yang dihimpun oleh Reuters, didukung oleh melonjaknya pengeluaran konsumen dan investasi bisnis.

Dengan capaian itu, pertumbuhan ekonomi Negeri Paman Sam di kuartal lalu menjadi yang tercepat sejak kuartal II-2014 yang sebesar 4,6%, dan menjadi pertumbuhan ekonomi kuartalan tertinggi ke-3 di AS sejak era Resesi Besar (The Great Recession).

Pertumbuhan Ekonomi AS Q2-2018 Capai 4,1%, Rekor Sejak 2014Foto: CNBC Indonesia

Sebagai tambahan, data pertumbuhan ekonomi AS di kuartal I-2018 juga direvisi naik menjadi 2,2%, dari pembacaan sebelumnya sebesar 2%.

Tidak hanya pengeluaran konsumen dan investasi, pesatnya pertumbuhan ekonomi AS juga disokong oleh peningkatan ekspor dan belanja pemerintah. Ekspor tumbuh pesat seiring petani kedelai bergegas mengekspor produknya ke China, menjelang bea masuk yang akan diterapkan Negeri Panda beberapa hari ke depan.

Pelaku pasar memang cenderung menebak pertumbuhan ekonomi AS kuartal lalu, dari beberapa hari sebelumnya. Presiden AS Donald Trup bahkan sempat menulis cuitan di media sosial Twitter yang menyatakan bahwa AS memiliki "nilai finansial terbaik di planet Bumi", di beberap waktu lalu.

Penasihat ekonomi Gedung Putih Larry Kudlow juga memprediksi bahwa pertumbuhan ekonomi AS kuartal II-2018 akan cenderung "besar".

Rasa percaya diri pemerintah AS memang dipupuk oleh kebijakan pemangkasan pajak, deregulasi, dan ekspansi belanja pemerintah, yang ditujukan untuk mengerek pertumbuhan ekonomi. Direktur Anggaran Gedung Putih Mick Mulvaney menyatakan pada awal pekan ini bahwa deregulasi adalah kebijakan yang paling berperan, seiring perusahaan kini merasa lebih nyaman untuk membelanjakan barang modal, seperti dilansir dari CNBC International.

Akibat sudah diantisipasi sebelumnya, pergerakan dolar AS pun malah melambat merespon data ini. Dollar Index, yang merceminkan posisi greenback terhadap 6 mata uang dunia, memang masih menguat sebesar 0,06% pasca pengumuman data pertumbuhan ekonomi AS. Namun, penguatannya menipis dari 0,15% sebelum data PDB diumumkan.

Greenback cenderung sudah menguat kemarin. Sebagai informasi, Dollar Index menguat hingga 0,41% pada perdagangan hari Kamis (25/07/2018). Artinya, data PDB AS sudah priced in di mata investor. Akibatnya, begitu data dirilis maka yang terjadi adalah aksi ambil untung. Pameo buy the rumour and sell the news nampaknya berlaku di sini.

Selain itu, investor pun masih dibayangi oleh pertanyaan apakah pertumbuhan AS yang pesat ini dapat berkelanjutan. Pasalnya, sejumlah pelaku pasar cenderung skeptis bahwa pertumbuhan pengeluaran konsumen tidak akan berlangsung lama.

"Konsumsi pribadi perlu dijaga dengan kecepatan yang impresif, demi semester II-2018 yang solid," ucap Ian Lyngen dari BMO Capital Markets, seperti dikutip Reuters.

Selain itu, ekonom juga mengestimasikan bahwa perang dagang AS-China yang berkelanjutan juga berpotensi menekan pertumbuhan ekonomi ke depannya. Sebagai informasi, Trump telah menerapkan bea masuk sebesar 25% bagi produk impor China senilai US$34 miliar, dan kini mengancam tambahan untuk produk lain senilai US$200 miliar. Itu belum menghitung bea masuk untuk baja dan aluminium yang sebelumnya diteken.

Sisi positifnya, AS kini berdamai dengan Uni Eropa. Usai melakukan pertemuan kemarin, Donald Trump dan Presiden Uni Eropa Jean-Claude Juncker sepakat untuk menurunkan hambatan tarif dan non-tarif di bidang perdagangan.

"Kami sepakat bekerja bersama untuk menuju tarif nol, tidak adanya non-tariff barrier, dan tidak ada subsidi bagi produk-produk non otomotif. Kami juga akan meningkatkan perdagangan di bidang jasa, farmasi, produk-produk kesehatan, juga kedelai," ungkap Trump dalam konferensi pers di Gedung Putih, seperti dikutip dari Reuters.

Adanya angin segar dari Benua Biru, diharapkan dapat menjadi penolong pertumbuhan ekonomi AS di semester II-2018.



(RHG/roy) Next Article Pukul 15:00 WIB: 30 Poin Lagi, Rupiah Tembus 14.500/US$

Tags

Related Articles
Recommendation
Most Popular