IMF: Yuan Melemah Namun Masih Wajar
Ester Christine Natalia, CNBC Indonesia
27 July 2018 18:40

Jakarta, CNBC Indonesia - Mata uang yuan China masih "divaluasi dengan adil" meski belakangan mengalami pelemahan terhadap dolar, kata pejabat Dana Moneter Internasional (International Monetary Fund/ IMF) pada hari Jumat (27/7/2018).
"Pergerakannya belum sebesar itu berdasarkan standar pasar berkembang lainnya. Negara itu hanya perlu menarik nilai tukar mata uangnya kembali ke posisi di awal tahun dan rata-rata tahun lalu," kata James Daniel selaku Kepala Misi IMF untuk China, dilansir dari CNBC International.
Nilai tukar mata uang China tergelincir sejak pertengahan Juni akibat memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, setelah sempat mencapai posisi tertinggi dari Februari sampai Mei. Pada hari Jumat, nilai tukar yuan terhadap dolar AS diperdagangkan sekitar US$6,8 (Rp 97.756).
Pergerakan terkini yuan China adalah apa yang memang diharapkan terjadi dari nilai tukar yang fleksibel, kata Daniel kepada CNBC International.
"Secara domestik di China, ada sedikit penurunan, semacam pelonggaran moneter ... [tetapi] perekonomian Amerika berjalan baik dan terdapat bias pengetatan di Amerika, sehingga Anda bisa memprediksi kondisi moneter berbeda seperti ini tercermin ke dalam nilai tukar yang lemah di China," jelas Daniel.
Komentar Daniel itu didasari oleh ulasan tahunan IMF terhadap perekonomian China.
Perekonomian China terus berjalan dengan kuat, kata IMF, dengan pertumbuhan diprediksi 6,6% tahun ini. Meskipun begitu, pertumbuhan diprediksi lebih lambat daripada 6,9% tahun lalu.
Proyeksi pertumbuhan tidak berubah dari prediksi terakhir IMF di bulan Mei. Lembaga itu sudah menaikkan estimasi pertumbuhan China 2018 di bulan Januari setelah perekonomian secara tidak terduga meningkat tahun lalu.
Sementara IMF memuji perkembangan China dalam mengurangi risiko sektor keuangan dan semakin membuka perekonomiannya, lembaga itu juga mengatakan pertumbuhan kredit masih sangat tidak berkelanjutan karena beberapa aspek penyeimbangan kembali di negara itu melambat.
"China adalah titik temu bersejarah. Setelah pertumbuhan pesat selama beberapa dekade, otoritas kini fokus pada pertumbuhan berkualitas tinggi," tulis laporan IMF.
IMF menambahkan inflasi China diprediksi naik secara bertahap menjadi sekitar 2,5%, sementara inflasi harga produsen akan moderat.
AS juga sangat mengawasi nilai tukarnya terhadap mitra perdagangan utama.
Sebelumnya pada hari Kamis (26/7/2018), Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berkata kepada CNBC dia "memantau ketat" pelemahan nilai mata uang China. Pemerintah AS telah berulang kali menuduh China sengaja memanipulasi mata uangnya agar melemah terhadap dolar sehingga ekspor-ekspornya menjadi lebih kompetitif.
(prm) Next Article Peran Dolar AS di Pasar Global Makin Tergerus, Ini Buktinya!
"Pergerakannya belum sebesar itu berdasarkan standar pasar berkembang lainnya. Negara itu hanya perlu menarik nilai tukar mata uangnya kembali ke posisi di awal tahun dan rata-rata tahun lalu," kata James Daniel selaku Kepala Misi IMF untuk China, dilansir dari CNBC International.
Nilai tukar mata uang China tergelincir sejak pertengahan Juni akibat memanasnya perang dagang antara Amerika Serikat (AS) dan China, setelah sempat mencapai posisi tertinggi dari Februari sampai Mei. Pada hari Jumat, nilai tukar yuan terhadap dolar AS diperdagangkan sekitar US$6,8 (Rp 97.756).
"Secara domestik di China, ada sedikit penurunan, semacam pelonggaran moneter ... [tetapi] perekonomian Amerika berjalan baik dan terdapat bias pengetatan di Amerika, sehingga Anda bisa memprediksi kondisi moneter berbeda seperti ini tercermin ke dalam nilai tukar yang lemah di China," jelas Daniel.
Komentar Daniel itu didasari oleh ulasan tahunan IMF terhadap perekonomian China.
Perekonomian China terus berjalan dengan kuat, kata IMF, dengan pertumbuhan diprediksi 6,6% tahun ini. Meskipun begitu, pertumbuhan diprediksi lebih lambat daripada 6,9% tahun lalu.
Proyeksi pertumbuhan tidak berubah dari prediksi terakhir IMF di bulan Mei. Lembaga itu sudah menaikkan estimasi pertumbuhan China 2018 di bulan Januari setelah perekonomian secara tidak terduga meningkat tahun lalu.
Sementara IMF memuji perkembangan China dalam mengurangi risiko sektor keuangan dan semakin membuka perekonomiannya, lembaga itu juga mengatakan pertumbuhan kredit masih sangat tidak berkelanjutan karena beberapa aspek penyeimbangan kembali di negara itu melambat.
"China adalah titik temu bersejarah. Setelah pertumbuhan pesat selama beberapa dekade, otoritas kini fokus pada pertumbuhan berkualitas tinggi," tulis laporan IMF.
IMF menambahkan inflasi China diprediksi naik secara bertahap menjadi sekitar 2,5%, sementara inflasi harga produsen akan moderat.
AS juga sangat mengawasi nilai tukarnya terhadap mitra perdagangan utama.
Sebelumnya pada hari Kamis (26/7/2018), Menteri Keuangan AS Steven Mnuchin berkata kepada CNBC dia "memantau ketat" pelemahan nilai mata uang China. Pemerintah AS telah berulang kali menuduh China sengaja memanipulasi mata uangnya agar melemah terhadap dolar sehingga ekspor-ekspornya menjadi lebih kompetitif.
(prm) Next Article Peran Dolar AS di Pasar Global Makin Tergerus, Ini Buktinya!
Tags
Related Articles
Recommendation

Most Popular