Ratusan Investor Ritel AISA Hadiri RUPS Tahunan
Monica Wareza, CNBC Indonesia
27 July 2018 15:09

Jakarta, CNBC Indonesia - Ratusan pemegang saham ritel PT Tiga Pilar Sejahtera Tbk (AISA) datang untuk menghadiri acara rapat umum pemegang saham (RUPS). Hari ini, perseroan menggelar ke RUPS Tahunan untuk membahas sejumlah agenda.
Pelaksanaan RUPST ini telah dimundurkan setelah sebelumnya rencananya akan dilaksanakan pada 7 Juni lalu.
Dalam RUPST kali ini terdapat beberapa agenda yang akan dibahas perusahaan bersama dengan pemegang sahamnya, antara lain:
Total utang tersebut masing-masing senilai Rp 600 miliar dan Rp 300 miliar dengan tingkat suku bunga tetap 10,25% dan fee ijarah sebesar Rp 30,75 miliar per tahun. Jatuh tempo dari utang tersebut juga diperpanjang dari sebelumnya pada 5 April 2018 menjadi tanggal 5 April 2019.
Dalam skema sukuk ijarah tersebut, perseroan menjaminkan aset kedua anak usahanya yaitu PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) dan PT Poly Meditra Indonesia (PMI).
Selain kedua utang tersebut, perseroan juga memiliki utang suku ijarah TPS Food II senilai Rp 1,2 triliun. Utang tersebut juga jatuh tempo pada 5 April 2019 mendatang dengan fee ijarah sebesar Rp 126,6 miliar per tahun.
Sedangkan dalam skema sukuk ijarah II tersbeut, perseroan melakukan penjaminan aset anak usahnya yaitu PT Sukses Abadi Karya Inti (SAKTI).
Sementara itu, perseroan juga memiliki utang bank jangka pendek senilai Rp 2,19 triliun dalam buku laporan keuangan AISA 2017.
Utang bank jangka pendek tersebut diantaranya utang bank denominasi rupiah senilai Rp 2,17 triliun dengan utang terbesar berasal dari pinjaman sindikasi Rabobank Internasional senilai Rp 1,27 triliun. Lalu utang bank jangka pendek denominasi Dollar AS dengan Citi Bank senilai Rp 12,7 miliar.
Selain itu, pada buku tahun 2017 tersebut perseroan masih memiliki utang sewa pembiayaan berupa fasilitas sewa pembiayaan untuk pengadaan mesin pabrik, alat berat dan kendaraan dengan beberapa perusahaan sebesar Rp 105,75 miliar.
Namun, utang jangka panjang perseroan pada periode tersebut setelah dikurangi jatuh tempo dalam satu tahun sebesar Rp 578 juta atau turun signifikan dari utang jangka panjang pada 2016 sebesar Rp 189,75 miliar.
Utang-utang perseroan pada tahun buku 2017 jika dijumlahkan mencapai lebih dari Rp 4 triliun. Rasio jumlah utang perseroan pada 2017 juga sangat tinggi dengan aset AISA yang dimiliki pada 2017 yaitu sebesar Rp 8,72 triliun.
(hps/hps) Next Article Diberhentikan Sepihak, Direksi AISA: Keputusan Tidak Sah!
Pelaksanaan RUPST ini telah dimundurkan setelah sebelumnya rencananya akan dilaksanakan pada 7 Juni lalu.
![]() |
Dalam RUPST kali ini terdapat beberapa agenda yang akan dibahas perusahaan bersama dengan pemegang sahamnya, antara lain:
- Dispensasi atas penyelenggaraan Rapat Umum Pemegang Saham Tahunan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada tanggal 31 Desember 2017
- Persetujuan Laporan Tahunan Perseroan termasuk didalamnya Laporan Kegiatan Perseroan, Laporan Pengawasan Dewan Komisaris, serta Pengesahan Laporan Keuangan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir 31 Desember 2017
- Penunjukkan Kantor Akuntan Publik yang akan mengaudit Laporan Keuangan Perseroan untuk tahun buku yang berakhir pada 31 Desember 2018
- Persetujuan perubahan susunan Direksi dan/atau Dewan Komisaris Perseroan
Total utang tersebut masing-masing senilai Rp 600 miliar dan Rp 300 miliar dengan tingkat suku bunga tetap 10,25% dan fee ijarah sebesar Rp 30,75 miliar per tahun. Jatuh tempo dari utang tersebut juga diperpanjang dari sebelumnya pada 5 April 2018 menjadi tanggal 5 April 2019.
Dalam skema sukuk ijarah tersebut, perseroan menjaminkan aset kedua anak usahanya yaitu PT Tiga Pilar Sejahtera (TPS) dan PT Poly Meditra Indonesia (PMI).
![]() |
Selain kedua utang tersebut, perseroan juga memiliki utang suku ijarah TPS Food II senilai Rp 1,2 triliun. Utang tersebut juga jatuh tempo pada 5 April 2019 mendatang dengan fee ijarah sebesar Rp 126,6 miliar per tahun.
Sementara itu, perseroan juga memiliki utang bank jangka pendek senilai Rp 2,19 triliun dalam buku laporan keuangan AISA 2017.
Utang bank jangka pendek tersebut diantaranya utang bank denominasi rupiah senilai Rp 2,17 triliun dengan utang terbesar berasal dari pinjaman sindikasi Rabobank Internasional senilai Rp 1,27 triliun. Lalu utang bank jangka pendek denominasi Dollar AS dengan Citi Bank senilai Rp 12,7 miliar.
Selain itu, pada buku tahun 2017 tersebut perseroan masih memiliki utang sewa pembiayaan berupa fasilitas sewa pembiayaan untuk pengadaan mesin pabrik, alat berat dan kendaraan dengan beberapa perusahaan sebesar Rp 105,75 miliar.
![]() |
Namun, utang jangka panjang perseroan pada periode tersebut setelah dikurangi jatuh tempo dalam satu tahun sebesar Rp 578 juta atau turun signifikan dari utang jangka panjang pada 2016 sebesar Rp 189,75 miliar.
Utang-utang perseroan pada tahun buku 2017 jika dijumlahkan mencapai lebih dari Rp 4 triliun. Rasio jumlah utang perseroan pada 2017 juga sangat tinggi dengan aset AISA yang dimiliki pada 2017 yaitu sebesar Rp 8,72 triliun.
(hps/hps) Next Article Diberhentikan Sepihak, Direksi AISA: Keputusan Tidak Sah!
Most Popular